Special 2

384 42 2
                                    

Junmyeon POV. 

Sayup-sayup aku bisa mendengar suara celotehan ketiga anakku yang membuatku tersenyum dalam tidurku. Apa sudah pagi? Aku tidak tahu kalau aku akan merasa sesenang ini hanya dengan mendengar suara imut mereka yang masih belajar berbicara itu. Aku perlahan membuka kedua mata dan melihat istriku sedang bermain di depan tempat tidur. Senyum dan tawa mereka merupakan suara terindah yang diberikan ke dalam hidupku saat ini. Kondisi badanku juga terasa lebih baik setelah mengungkapkan keluhanku pada Chorong kemarin. Aku ingin bangun dari posisi tidurku, tapi kepalaku terasa sangat sakit. Pasti karena efek alkohol semalam, pikirku. Aku kembali menguatkan diriku untuk bisa melihat ketiga anak dan istriku dengan jelas. 

"Appa......" 

Aku tersenyum menyambut Chorim yang berlari ke arahku. Bahkan anak itu sudah bisa naik ke atas tempat tidur sendiri. Chojin menyusul. Aku bermain dan bercanda bersama mereka sampai pandanganku mendapati punggung Chorong yang sedang menggendong Chojoon keluar dari kamar. Perasaan khawatirku mulai datang. Dia pasti yang mengganti pakaianku semalam sampai aku bisa mengenakan piyamaku saat ini. Aku selalu menutupi kebiasaan mabuk ku akhir-akhir ini karena aku tidak ingin membuatnya khawatir. Dia sudah menjadi ibu rumah tangga dengan keseharian mengurusku dan keempat anak kami. Pikirannya pasti akan mempengaruhi kondisi tubuhnya seperti yang pernah di alaminya saat di awal pernikahan dulu. Aku tidak ingin melihatnya jatuh sakit karenaku, jadi sebisa mungkin, aku menyembunyikan kebiasaan burukku itu darinya. Tapi sepertinya aku harus berbicara empat mata dengannya lagi seperti kemarin supaya tidak ada kesalahpahaman di antara kita berdua. 

Selagi aku menurunkan Chorim dan Chojin dari tempat tidur, ponselku berbunyi. Nama 'Soojung' muncul. Aku mulai merasa malas dengan wanita itu karena tindakannya semalam yang sangat berbahaya. Dia memintaku untuk memuaskannya supaya aku bisa mendapatkan bantuan dari Ayahnya. Aku langsung mengatakan tidak karena aku teringat dengan Chorong. Bahkan dia dengan berani langsung mengajakku ke bar semalam, bukan ke apartemennya. Aku tidak tahu kalau pembicaraan penting itu akan di lakukan di sana. Tapi saat mendengarnya berbicara seperti itu, aku jadi mengerti. Aku langsung memecatnya kemarin malam dan meninggalkannya untuk menuju meja bar lain. Di sana, aku hanya bisa kembali mengingat saat sedang meminum banyak botol sambil menikmati alunan musik kencang yang di mainkan. Lalu pikiranku tertuju pada tindakan kasarku pada Chorong kemarin. Aku tidak tahu apa aku menangis atau marah saat sedang mabuk, tapi yang pasti aku harus berterimakasih kepada orang yang membawaku pulang dengan selamat semalam. 

"Chorim'ah! Chojin'ah! Sarapan sudah siap"

Suara panggilan istriku membuatku langsung mematikan ponsel dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahku. 

"Waah, segarnya..." Aku membasuh wajahku beberapa kali dengan air keran yang menyala sebelum membasuhnya dengan handuk kering. 

Saat aku keluar, aku kembali mendapati punggung Chorong yang terlihat sedang mencari sesuatu di lemari pakaian anak-anak. Aku langsung berjalan ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Responnya sangat tidak terduga. Chorong langsung menghempaskan tanganku dan beranjak keluar kamar. Sebelum itu, aku sudah menahannya dengan memegang salah satu tangannya dan memutar badannya supaya bisa berhadapan denganku. 

"Lepaskan!"

Chorong kembali menghempaskan tanganku, sekarang lebih kasar. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan aku bisa melihat pundaknya gemetar. 

"Ada apa? Apa kau sakit?"

Chorong menurunkan kedua tangannya dan menyingkirkan kedua tanganku yang sedang memegang pundaknya. 

The CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang