Special 3

390 39 0
                                    

Jiseong POV. 


Aku sudah berusia 13 tahun sekarang dan duduk di bangku kelas 2 SMP. Aku satu tahun lebih cepat dari siswa lainnya karena aku selalu mendapat nilai tertinggi sejak SD. Ayahku sangat senang saat mendengar pujian yang datang dari para guruku. Dia mengatakan kalau aku mengingatkannya pada dirinya dulu. Aku juga senang bisa mendapatkan kebahagiaan seperti sekarang ini. Keluargaku terbilang sudah lengkap karena kehadiran ketiga adikku yang membuatku selalu ingin segera cepat-cepat pulang ke rumah untuk bermain bersama mereka. Kadang aku merasa kasihan dengan Ibuku yang harus sibuk menyiapkan banyak hal untuk mereka sejak pagi. Jadi, aku berusaha sebisa mungkin membantunya dengan mengambil alih tugas menemani mereka bermain. Kini ketiganya sudah berusia 3 tahun. Aku tidak tahu kalau mempunyai banyak adik sekaligus akan terasa sangat menyenangkan seperti ini. Mungkin karena selama ini aku hanya bisa bermain bersama Areum atau teman-teman sekolahku, rasanya sangat berbeda saat bisa bermain dengan adikku sendiri. Bahkan aku tidak masalah kalau waktu belajarku di rumah tertunda hanya untuk mengajari Chojoon menggambar. Dia mempunyai hobi yang sama denganku. Sementara Chorim dan Chojin lebih senang berbicara dengan bahasa yang kosa katanya masih terbatas dan berlarian kesana kemari. Aku sangat mengagumi perkembangan mereka sejak masih bayi sampai saat ini. Aku tidak ingin mereka menderita sepertiku dengan hanya memiliki Ayah sejak aku kecil sampai usiaku beranjak 9 tahun. Beruntung, mereka bisa lahir dari perut Ibuku dengan selamat dan sehat.

Keadaan setiap harinya berjalan dengan baik dan kami mempunyai kehidupan yang akan membuat siapa saja pasti menjadi iri kalau melihatnya. Tapi, saat Ayahku mengalami masalah dengan Sekolah kanak-kanak miliknya, sikapnya memang sedikit berubah padaku dan juga Eomma. Aku bisa melihat dan merasakannya sendiri. Saat aku tidak sengaja melihat pertengkaran mereka berdua di kamar sebelahku. Aku terbangun saat mendengar suara kencang dari Ayahku. Aku ingin sekali menghentikannya, tapi langkahku terhenti karena terkejut dengan perlakuan Ayahku sendiri yang baru pertama kali ku lihat. Ibuku terjatuh dengan lengan yang membentur pinggir tempat tidur. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya dia mendapatkan tindakan seperti itu. Tapi akhirnya Ayahku memeluknya dan meminta maaf. Mereka berdua menangis dan membuatku kembali ke kamarku lagi. Aku merupakan lelaki yang melankolis. Aku juga ikut menangis setelah menyaksikan mereka berdua tadi. Setelah itu, aku memilih untuk beranjak ke lantai bawah untuk membantu pengurus rumah menyiapkan sarapan. 

"Ahjumma, apa semua sudah selesai?"

"Belum, aku masih harus membuat roti isi kesukaanmu, Jiseong'ah"

"Kalau begitu, biar aku saja yang membuatnya"

"Terimakasih. Aku sangat terbantu"

"Tidak apa. Sepertinya aku juga lebih senang membuat makananku sendiri sekarang"

Housekeeper itu memberikan senyum padaku saat dia memberikan beberapa bahan makanan di atas meja. Aku mulai membuat roti isiku sendiri dan membantu menata makanan di meja makan. 

"Aku akan memanggil Eomma dan Appa sekarang"

"Nde..."

Aku beranjak kembali ke lantai atas dan masih melihat pintu kamar Ayahku terbuka lebar. Aku tidak mendengar suara mereka menangis lagi, jadi aku memberanikan diri untuk langsung melangkah ke sana. Tiba-tiba wajahku menjadi hangat saat melihat apa yang sedang mereka lakukan. Mulutku terbuka lebar tanpa bisa mengucapkan apapun. Kenapa mereka suka sekali berciuman tanpa menutup pintu kamar terlebih dulu? Aku sebenarnya sudah pernah beberapa kali memergoki mereka seperti ini. Dan yang paling sering memulainya adalah Ayahku. Tapi aku masih tidak mengerti apa maksud mereka dengan melakukan seperti itu? Apa itu artinya mereka sudah berbaikan? Aku langsung mengalihkan pandanganku karena tidak bisa melihat mereka berdua lebih lama lagi. Perasaanku terasa bercampur aduk saat harus menyaksikan kedua orangtuaku sendiri sedang berciuman mesra. Aku menarik nafas dan memberanikan diri untuk membuka suara. 

The CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang