Special 1

563 46 13
                                    

Chorong POV. 

Mempunyai anak kembar tiga sekaligus sangat tidak mudah untuk mengurusnya seorang diri. Aku sudah menyelesaikan kuliahku tahun yang lalu. Perjuangan mengurus anak sambil mengejar jam kuliah terasa sangat berat untuk dijalani. Beruntung Ibu Junmyeon mau meluangkan waktunya setiap hari untuk menjaga mereka bertiga selama aku ke kampus. Sekarang, aku sudah tidak mau merepotkannya lagi. Maka dari itu, aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga agar bisa mengawasi perkembangan anak-anakku setiap harinya di rumah. 

Ketiga anakku menjadi semakin aktif saat usianya sudah beranjak 3 tahun. Aku masih harus berusaha menidurkan mereka walaupun sudah lewat tengah malam. Aku tidak tahu seberapa banyak tenaga yang dimiliki ketiga anak itu sampai sudah terbangun lagi sebelum matahari pagi muncul. Mereka akan langsung turun dari tempat tidur yang tidak terlalu tinggi dan naik ke tempat tidur ku. Dan mereka berusaha membangunkanku dengan segala cara, bahkan pernah sampai memecahkan parfum yang baru saja ku beli karena pergerakan mereka yang begitu aktif. Aku harus menahan amarahku dan memakluminya. Perkembangan mereka semakin membuatku senang. Setidaknya mereka sudah tumbuh menjadi anak yang sehat sekarang.

Di pagi ini, Chorim naik ke tempat tidur dan melompat-lompat di atasnya. Dia juga tidak ragu menginjak tubuh Ayahnya yang masih tertidur pulas di sebelahku. 

"Berhentilah...." Suara serak Junmyeon membuatku terbangun. Aku membalikkan badanku dan sudah mendapati suamiku memeluk erat Chorim dengan masih berbaring. 

"Appa, lepaskan...."

Aku sedikit tertawa saat mendengar suara dari anak perempuan itu. 

"Aahh!" Suara Junmyeon semakin kencang saat Chojin menarik rambutnya dari samping tempat tidur. 

Aku bangun dari posisi tidurku dan melihat Chojoon berlarian kesana kemari di dalam kamar ini. Aku berusaha melawan rasa kantukku sendiri untuk segera beranjak dari tempat tidur.

"Apa kalian tidak lelah setelah seharian bermain kemarin?" Aku merapihkan beberapa barang yang jatuh karena ulah Chojin yang suka menarik apapun dari atas meja riasku. 

"Eomma, aku haus....." Chojoon kesulitan meraih gagang pintu. 

Dengan sedikit menghela nafas, aku membantu anak itu dan membiarkan dia beranjak ke dapur sendiri. 

"Eomma, Appa jahat....." Chorim mulai menangis. Dia mengelus-elus lengannya sendiri dan aku tahu pasti kalau Junmyeon yang membuatnya seperti itu. Aku langsung menghampirinya dan berusaha menenangkannya dengan menggendongnya. 

"Chojin'ah, biarkan Ayahmu beristirahat" Aku memanggil anak itu supaya menjauh dari Junmyeon yang sudah kembali tertidur. 

Beruntung mereka sangat penurut denganku, karena aku pernah tidak sengaja berteriak dengan kencang ke arah Chorim dan membuatnya sampai tidak bisa berhenti menangis selama beberapa menit. Sekarang, aku membawa Chojin dan Chorim keluar kamar menuju dapur. 

"Apa kalian lapar?" Aku mendudukkan Chorim di meja makan. 

Chorim menggelengkan kepalanya sementara Chojin dan Chojoon mengangguk. 

"Apa yang ingin kalian makan sekarang?" Aku sedikit menguap dan melihat ke arah jam yang baru menunjukkan angka 5.

"Ini....." Chojin mengeluarkan roti dari tempatnya dan memberikannya padaku. 

The CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang