Awal Mula

15.4K 776 31
                                    


Gadis itu menyandarkan punggung ke dinding di belakangnya sambil meluruskan kedua kaki di atas lantai yang terbuat dari kayu. Ia raih botol minuman di dekatnya dan meneguk isinya dengan cepat. Keringat masih mengucur deras di tubuhnya meskipun baru saja dia usap dengan handuk beberapa saat yang lalu. Ia menghela napas panjang setelah menghabiskan seluruh isi botol minuman di tangannya. Napasnya masih sedikit terengah-engah. Ia mencoba mengistirahatkan tubuhnya.

"Latihan hari ini sampai di sini dulu. Kita lanjutkan besok." kata seorang perempuan di ruangan itu.

"Oke." sahut perempuan yang lain.

Sudah satu jam lebih mereka berlatih dance. Jeni setiap hari berlatih dengan dua orang trainee lainnya. Perempuan yang pertama adalah Renata. Dia masuk ke agensi ini lebih dulu dibanding Jeni. Kemudian yang kedua adalah Lia. Dia bergabung dengan agensi setelah Jeni. Namun jaraknya tak terlampau jauh dengannya. Mereka berada dalam tim trainee yang sama sejak 6 bulan yang lalu. Agensi ini memiliki total 24 trainee. 6 trainee perempuan dan 18 trainee laki-laki. Trainee laki-laki dibagi menjadi 2 tim begitu juga dengan trainee perempuan. Mereka berlatih di ruang berbeda sehingga tidak banyak interaksi antara trainee laki-laki dan trainee perempuan.

"Jeni? Mau ikut makan ke kantin? tanya Lia sambil mengemasi barang barangnya ke dalam tas.

"Aku langsung pulang saja." Jawab Jeni dengan wajah lelahnya.

"Kami duluan kalau begitu. Jangan lupa ruangannya dikunci." ucap Renata sambil menenteng tas miliknya.

Lia dan Renatapun pergi meninggalkan Jeni yang masih mencoba memulihkan tenaganya di ruangan itu.

Jeni mengambil napas panjang kemudian membuangnya pelan-pelan. Matanya menerawang ke atas menatap lampu yang tidak terlalu terang yang menggantung di ruang latihan itu. Hampir 1 tahun ia menjalani pelatihan di agensi ini. Setiap hari selama sepekan ia rutin datang untuk berlatih dan menghadiri kelas. Ada kelas vokal, kelas dance, kelas akting, kelas modeling, kelas tata krama, kelas debat, kelas bahasa Inggris, kelas bahasa Jepang, dan kelas kebugaran. Hampir semua kelas ia hadiri tanpa pernah absen sekalipun. Tentu saja itu sangat menguras waktu dan tenaga. Terlebih lagi ia harus pintar mengatur waktu untuk sekolah dan latihan.

Jeni melihat ke arah jam dinding di ruangan itu. Sudah pukul setengah sepuluh malam. Hari semakin larut dan ia juga lelah. Ia harus segera pulang.

Tiba-tiba perut Jeni berbunyi. Ia baru ingat terakhir ia makan adalah saat tadi siang sebelum berangkat latihan. Baiklah, mungkin ia harus membeli sesuatu dulu untuk dimakan saat pulang nanti. Ia tak mau memasak sendiri untuk makan malam karena ia terlalu lelah.

Gedung tempat Jeni berlatih memiliki tujuh lantai. Ruang tempat Jeni berlatih berada di lantai dasar. Di lantai ini juga ada tempat untuk bersantai dengan satu set sofa besar dan meja billiard di salah satu sudut ruangannya. Di sini juga ada sebuah kantin atau lebih tepatnya kafetaria yang menyediakan makanan cukup beragam di sudut yang lainnya. Tapi malam ini Jeni lebih memilih untuk membeli makanan di luar daripada makan di kafetaria itu. Ia ingin mencoba tempat makan baru di salah satu sudut jalan di kota Seoul yang baru buka beberapa hari yang lalu.

*****

Jeni sedang menyantap makanan yang baru ia pesan. Ia duduk di dekat jendela yang menghadap ke arah jalanan. Sambil mengunyah makanan sesekali ia menatap ke luar jendela memperhatikan orang-orang yang berjalan cepat dan kendaraan yang berlalu lalang di luar sana.

Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang