Happy Reading! Semoga Suka:)
Budayakan Vote!Isabella's POV
Waktu bergulir begitu cepat, satu minggu sudah aku semenjak kejadian dimana Harry mengurungku selama berjam-jam di gudang hingga aku pingsan. Saat itu ia benar-benar terlihat sangat khawatir dengan keadaanku, aku tak tau ada apa dengannya. Dia juga berlaku baik padaku walaupun ia masih suka bersikap kasar. Jujur entah kenapa aku merasakan perasaan nyaman saat ia memperlakukan ku dengan baik, aku takut jatuh cinta padanya karena aku takut jika aku mencintainya ia akan menjatuhkanku.
Aku terkesiap ketika mendengar ponselku berdering, aku mengambilnya dan melihat siapa yang menelpon, senyumku mengembang dan langsung mengangkatnya.
"Emily!" Pekikku senang ketika ponselku telah terhubung.
"God! Bella kau mengejutkanku." ucapnya.
"Sorry Em," ucapku sambil tersenyum senang.
"Isabella kau apa kabar? Kau baik-baik saja kan?" tanyanya dengan nada khawatir.
Aku menggigit bibir bawahku dan menghela napas, "I'm fine Emily, keluarg--,"
"Jangan berbohong lagi Bella, aku sudah mengetahui semuanya, Dave memberitahuku," mataku membelalak mendengar ucapan Emily hingga aku terdiam.
"Bella, kau di sana?" aku mengerjakan mataku berkali-kali kala mendengar ucapan Emily.
"Yes I'm still here," ucapku pelan.
"Apakah si bajingan keriting itu menyakitimu? Jujur saja padaku Bella," aku meremas baju yang ku kenakan, tidak tau harus menjawab apa, aku tidak mungkin jujur kalau Harry selalu menyakitiku, aku terlalu takut untuk mengatakan semuanya pada Emily. Aku takut Harry akan semakin menyiksaku dari kejadian kemarin jika aku mengatakan semuanya.
"A--Ak--,"
"Baby, I'm home!" ucapanku terputus saat mendengar suara Harry yang terdengar begitu jelas.
"Bilang pada Harry kau ingin bertemu denganku," belum sempat aku menjawabnya ia sudah mematikan sambungan telponnya. Aku yakin Emily pasti mendengar suara Harry. Aku segera meletakan ponselku di atas nanas dan bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka menampilkan Harry dengan setelan jasnya di sana. Ia berjalan ke arahku sambil menampilkan senyumannya. Jantungku berdegup kencang kala ia semakin mendekat ke arahku dan aku akhirnya menunduk. God! Ada apa denganku, batinku berteriak.
Tangan kekarnya menyentuh daguku hingga mata hijaunya bertabrakan dengan mata biru ku. Ia mendekatkan wajahnya padaku dan bibir merah mudanya menyentuh bibirku dengan lembut membuatku memejamkan mataku. Ia mengecup bibirku kemudian beralih pada kening ku. Aku begitu menikmati sentuhan lembutnya, ia berlaku sangat manis dan aku berharap dia benar-benar sudah berubah.
Ia mengambil tempat untuk duduk di sebelahku dan merangkul ku, "Kau lapar?" ia bertanya sambil menatapku. Aku hampit tersedak lidahku senndiri saat ia menanyakan hal yang tak pernah ia tanyakan padaku.
Aku menggeleng, "T-tidak," jawabku gelagapan membuatnya terkekeh.
Tak lama kemudian ia bangkit dan melepas Jas serta kemejanya, menyisakan kaus putih yang membuat tatto-tattonya terlihat di balik sana, aku memperhatikannya yang sibuk melepaskan pakaiannya hingga sampai ia melepaskan celana bahannya, menyisakan bokser beserta dengan kaos putih yang melekat pada tubuh kekarnya.
"Menikmati pemandangan? huh" aku terkejut saat ia mengatakan itu dan dengan cepat segera memalingkan wajahku yang bersemu merah ke arah lain.
Harry berjalan mendekat ke arahku dan mengangkat tubuhku ke atas pangkuannya, ia menatap mata biruku sambil mengelus pipiku, "You're so beautiful," ia berkata dengan suara seraknya.
"Aku menginginkanmu, Isabella," bibirnya menyentuh telingaku saat ia berbisik membuat tubuhku merinding seketika. Suaranya yang begitu lembut membuatku jatuh cinta walaupun aku tau ia brengsek dan jahat.
Tapi aku segera menggeleng saat ia terus menerus mengecup leherku, aku menjauh darinya, "Ku mohon jangan," lirihku.
Ia menatapku dengan tatapan menggelapnya kemudian tangannya mengcengkram tanganku, "What do you say?!" ia berkata dengan tajam.
"Please, don't. I don't want you," ucapku dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mataku.
"Aku suamimu! Kau harus menuruti semua keinginanku!" ia berteriak dan itu membuatku terkejut dan takut. Air mataku akhirnya tumpah ketika mendengar pemaksaannya.
"Tapi aku sedang tidak ingin, ku mohon mengerti," ucapku sambil terisak, ia berdiri dan mencengkram rahang ku.
"Mengerti? Tidak ada yang harus ku mengerti, Jalang!" ia berteriak dan tangisanku semakin menjadi.
"Lepaskan, i-ini sakit," lirihku sambil menyentuh tangannya yang semakin kuat mencengkram rahang ku. "Harry, Please," aku memohon agar ia melepaskan ku.
Tapi sepertinya ia tak peduli dan malah mendorong tubuhku ke ranjang, ia mencium ku dengan rakus dam kasar. Aku tidak membalas ciumannya, hanya merasakan sakit saat ia menggigit bibir bawahku dengan keras. Tanganku berusaha untuk mendorong tubuhnya, ia berlaku seolah-olah ingin memperkosaku dan itu membuatku sakit.
Tangisan ku semakin menjadi saat tangannya dengan bebas meremas payudaraku yang masih terbungkus pakaian. Aku mengumpulkan tenagaku dan mendorong dadanya dengan kuat hingga ia mundur kebelakang. Aku segera mendorongnya dan ingin berlari keluar dari kamar, aku benar-benar tersiksa di sini bersamanya.
Aku memutar knop pintu tapi sialnya itu terkunci. Aku memutar tubuhku, menatap Harry yang sudah berdiri sambil menyeringai ke arahku.
"Kau mencari ini? hmm" ia mengangkat kunci pintu kamarnya. "Kau tidak akan bisa keluar, Isabella," Ia berjalan ke mendekat ke arahku.
"Stop! Stop there!" aku berteriak padanya. "Jangan mendekat, Harry! Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau belum puas menyiksaku kemarin hingga aku pingsan? Ku pikir kau sudah berubah! Namun nyatanya aku salah! Kau tak akan pernah berubah dan akan selalu berlaku kasar padaku! Lebih baik aku mati daripada aku harus hidup bersama orang yang benar-benar kejam sepertimu!" aku berteriak padanya, mengeluarkan seluruh emosiku yang ku tahan sejak tadi.
Aku melihat ia berhenti dan menatapku, seringaian di wajahnya seketika menghilang tergantikan dengan tatapan bersalah di matanya. Mata hijaunya menatapku dalam, tapi aku mmenatapnya dengan segala kepahitan yang ku alami.
"Isabella," ucapnya setelah ia bungkam selama beberapa menit.
"Bells, I'm sorry," ia berkata, aku menatapnya yang kini tengah berjalan menghampiriku, aku masih diam di tempat hingga akhirnya aku dapa merasakan ia membawa tubuhku ke dalam pelukannya.
"I'm so sorry Isabella," ia berbisik di telingaku sambil mengusap tubuhku yang terisak.
"Kau sangat---,"
"Please, baby," ia memotong ucapan ku sambil melepaskan pelukannya, menyelipkan rambutku ke dalam telingaku dan mengecup keningku.
"What happen with you?" ucapku lemah. "Why you do this to me? I don't know you Harry," lanjutku.
Ia menatapku dan tidak menjawab pertanyaanku, ia menyatukan keningnya padaku.
"Aku minta maaf, maafkan aku," lirihnya.
"No--,"
"Please, I'm sorry, Bells. I'm sorry again," Ia berkata sambil menggenggam kedua tanganku dengan erat.
-----
Maaf ya kalo chapter ini kurang memuaskan:) dan maaf updatenya telat:(
Masih mau NEXT tidak?
Just VOTE and COMMENT yang banyak.
Luv yu guys! mwaahh💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella ✔️
Fanfiction[Warning 21+] This story has mature content and some harsh words. Please be a wise reader! Married without love. It's about feelings, lust, tears, pain, cruel. "You can never escape from me, Isabella." -H- [Please be a wise reader!] Written by: ar...