9: Regret

3.2K 248 85
                                    

Happy Reading! Semoga suka ;)
Budayakan Vote!

Author's POV

Erangan demi erangan keluar dari mulut Harry seiring dengan pompaan kasar yang ia berikan pada jalangnya yang bernama Peige. Harry melakukan itu dengan keadaan sadar, ia tidak mabuk dan hanya melampiaskan amarahnya pada jalang tersebut, bahkan pikirannya terus melayang pada Isabella, wanita yang notabennya istri sahnya yang sedang menangis karena ia kurung sendirian di dalam gudang.

Harry menampar payudara Peige kemudian beralih pada pipinya, ia memompa begitu keras dan brutal tapi perasaannya begitu bertolak belakang dengan apa yang sedang ia nikmati sekarang hingga akhirnya ia berhenti tanpa menunggu pelepasannya, Peige yang merasakan jika Harry berhenti menatapnya bingung.

"Kenapa berhenti?" ucapnya sambil mengusap vaginanya yang masih mengangkang. Harry tidak menjawab dan mengambil pakaiannya yang berserakan kemudian memakainya dengan cepat.

"Kau mau kemana Harry? bahkan kita belum mencapai pelepasan," Peige menatap Harry dengan tatapan menggoda dan jarinya ia masukan ke dalam vaginanya sambil mengocoknya sendiri berusaha untuk menarik perhatian Harry.

Tatapan Harry sungguh datar, pikirannya benar-benar tak karuan, entah apa yang ia rasakan sekarang, tapi dadanya begitu sesak ketika bayangan Isabella sendirian melintas di kepalanya.

"Harr--,"

"DIAM JALANG!" Peige tersentak kaget mendengar teriakan Harry, ia menatap lelaki itu dengan takut. Harry sudah rapi dengan pakaiannya dan mengambil segepok uang dari dompetnya.

"Ambil itu," ucapnya datar dan dingin seraya melempar uang pada Peige.

Harry melangkahkan kakinya keluar dengan pandangan lurus kedepan, bibir merahnya tekatup rapat, wajah tampannya sangat datar dan dingin. terlihat sangat arogant.

"Harry!" seruan seorang wanita membuatnya menoleh dan ia bisa mendapati Emily sedang berjalan menghampirinya.

"Apa apa?" tanyanya datar.

"Seriosly? kau bilang ada apa? aku tau kau telah menikahi Isabella sahabatku secara paksa, Dave memberitahu ku kemarin. Dan kau? apa-apaan kau malah bermain dengan jalang murahan seperti Peige di saat kau telah memiliki istri?!" Emily mulai tersulut emosi kala mengingat saat ia melihat Harry dan Peige sedang bermain tadi.

"Kau tidak tau apa-apa Emily,"

"Tidak tau apa-apa? Dimana perasaanmu?! Secara tak langsung kau telah menyakitinya, --Oh apa kau memang selalu menyakitinya?!" Harry terdiam mendengar ucapan dari Emily, karena pada dasarnya itu adalah benar. Ia selalu menyakiti Isabella dan membuatnya menangis, bahkan ia berani menamparnya dengan kencang.

"Apa aku benar? Kau apakan Isabella? Aku ingin kau membawaku bertemu dengannya sekarang," ucap Emily, raut wajahnya terlihat sangat khawatir pada Isabella yang ia sendiri tak tau bagaimana keadannya.

Harry mengangkat kepalanya dan menatap Emily, "Tidak, kau tidak bisa bertemu dengan Isabella," ucapnya dengan penuh penekanan. Ia berbalik dan meninggalkan Emily di tempatnya.

"Kau tidak seharusnya menyakitinya, Harry! Ia tak mengenalmu dan Ia sudah menderita sejak awal, jangan kau buat dia merasakan hal yang jauh lebih sakit lagi!" teriakan Emily membuatnya menghentikan langkahnya sebentar seolah perkataan Emily telah berhasil membuatnya berfikir.

Harry kembali berjalan dengan langkah besarnya tak peduli dengan teriakan Emily yang memintanya untuk bertemu dengan Isabella di belakangnya. Ia merogoh kunci mobilnya dan segera masuk ke dalamnya, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di lengan kekarnya, sudah jam dua dini hari. Entah kenapa tapi kini perasaannya sangat gusar dan khawatir, ia memikirkan keadaan Isabella yang sedang ia kurung di dalam gudang sendirian, bahkan ia tak memberinya makan ataupun minum pada wanita itu.

Isabella ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang