40. Please, Don't!

2.1K 209 69
                                    

Happy Reading! Semoga Suka!
Don't forget to VOTE + COMMENT!

DON'T BE SIDERS PLS!
Tolong hargai karya orang!

Isabella's POV

Hari demi hari terlewati dengan cepat, sudah seminggu semenjak kejadian dimana Harry muncul di hadapanku, dan mengatakan hal-hal yang tak pernah terduga olehku. Memohon padaku atas segala kesalahannya sewaktu kami masih bersama, tepatnya saat aku belum pergi meninggalkannya. Apalagi ketika aku mengatakan hal jujur soal kehamilanku, ia semakin memohon agar aku memberikan kesempatan untuknya, namun aku tak bisa, tapi lelaki keras kepala itu tetap saja memohon padaku setidaknya ia dapat menemaniku hingga aku melahirkan.

Jujur aku sangat tidak tega dengannya, aku pun sangat terkejut dengan pertemuan kita yang tak terduga. Aku melihat ia yang tak searogant dulu, tatapan mata hijau tajamnya hilang tergantikan dengan tatapan kekosongan, matanya sungguh sayu, bahkan ia memiliki kantung mata di bawahnya, dan penampilannya pun tak serapi dulu, ia terlihat sangat berantakan dan kacau, yang merubah penampilannya hanya potongan rambutnya, ia memangkas rambutnya menjadi pendek dan tak sepanjang terakhir aku bersamanya.

Entah apa yang ku pikirkan saat itu tapi aku mengiyakan satu permohonannya agar dapat bersamaku selama aku hamil, dan aku merasa sedih ketika ia berjanji akan pergi setelah ia melihatku dan calon bayi kami lahir.

Aku tidak bercerita kepada siapapun tentang pertemuan kami, aku bahkan menyembunyikannya dari ayahku, Aku belum siap jika ia mengetahui ini, Aku akan memberitahunya nanti.

Lamunanku terpecah kala mendengar sebuah alarm yang sengaja ku setting agar aku tak lupa, dan sekarang sudah menunjukkan jam makan siang, itu artinya aku harus pulang. Aku bangkit dengan perlahan karena merasakan sedikit sakit pada bagian pinggangku, kemudian mengambil tas kecilku Dan memasukkan ponselku ke dalamnya.

Aku menyapa para karyawanku yang sedang bekerja melayani pelanggan kopiku. Ku buka pintu keluar dan sedikit kaget saat melihatnya lagi.

"Hai," ia menyapaku sambil tersenyum, sementara aku masih terdiam menatapnya. Ia memang selalu ke kedai kopiku semenjak ia tau aku adalah pemiliknya dan mengatakan ia hanya ingin memantau keadaanku jika aku bertanya mengapa ia terus mengunjungiku.

Aku membalasnya dengan senyuman kecil, "Kau baru ingin pulang?" Aku mengangguk atas pertanyaannya.

Ia menggaruk tengkuknya dan melipat bibirnya kedalam dan menatap mata biruku membuatku terkekeh atas kelakuannya yang tak biasa itu, "Uhmm, boleh aku mengantarmu?" Entah sudah berapa Kali ia selalu menawarkan untuk mengantarku. Aku menggeleng, menolaknya tawarannya.

"Tidak perlu, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri," ucapku. Ia sedikit mendengus saat mendapat jawaban dariku.

"Kenapa?" Ia lagi-lagi bertanya.

Aku menunduk kemudian menatapnya lagi, "Karena aku tidak mau kau mengetahui dimana aku tinggal," ucapku dan dapat ku dengar ia menghela napas kasar.

"Kenapa begitu?" Aku menggedikan bahuku, jengkel karena ia terus bertanya.

"Aku sudah menjawabnya tadi," ucapku santai. "Lagipula aku bisa memesan taksi online," lanjutku lagi.

Harry berdecak, "Bukan itu maksudku--, kenapa kau tak membiarkanku tau tempat kau tinggal. A-aku ingin tau karena aku sedikit tak percaya dengan kendaraan semacam itu dan kau sedang hamil tua, kalau kau kenapa-kenapa saat di perjalanan bagaimana? Huh," cerocosnya. Aku mengulum senyumku saat ia bersikap seperti itu. Apa benar ia adalah Harry?, Batinku.

Isabella ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang