Happy Reading! Semoga suka😊
Budayakan Baca dan Vote.Author's POV
Isabella berdiam diri di sebuah kamar kecil yang ia tempati selama ia berada di tempat ini, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Mengenakan sebuah dress hitam yang sangat terbuka, membuat tubuhnya terasa telanjang. Matanya melihat ke arah jam yang terpajang di dinding kamarnya, jam sebelas malam, itu artinya ia harus keluar dari kamarnya.
Hatinya meringis saat ia mengingat betapa kejamnya sang ayah yang tega menjualnya ke tempat haram ini hanya untuk melunasi hutangnya pada Dave. Ia bahkan tidak tau dimana ayahnya sekarang karena lelaki tua itu tak pernah menunjukan batang hidungnya. Dirinya selalu menolak untuk tetap berada di tempat ini dan selalu menangis kala mengingat ia tidaklah seperti remaja-remaja lainnya, ia juga pernah berusaha untuk kabur namun sayang ia selalu ketahuan dan itu membuatnya mendapat hukuman dari Dave.
Yang ia harapkan sekarang adalah, ada seseorang yang bisa menolongnya, keluar dari tempat terkutuk ini.
Langkah kakinya mulai berjalan keluar dari kamar kecilnya menuju tempat dimana ia selalu melakukan aktivitas untuk bekerja malam. Dalam lubuk hati yang dalam, ia sangat tidak ingin keluar dan hanya ingin terus berada di dalam kamarnya sepanjang hari, itu lebih baik daripada ia harus menjadi wanita malam.
Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya hingga ia menabrak tubuh seseorang membuatnya sedikit terdorong kebelakang.
"Uugh maaf aku tidak sengaja," ucap Isabella sopan, ia mendongak dan mendapati seorang lelaki bertubuh tinggi sedang menatapnya sambil tersenyum, lelaki itu memiliki jambul di rambutnya serta janggut yang memenuhi rahangnya, Isabella terperangah melihatnya. Tampan sekali, batinnya.
"Ah ya, tak apa," ucap lelaki itu, tapi Bella masih menatapnya kagum.
Lelaki itu melambaikan tangannya di depan wajah Isabella membuatnya tersadar dari lamunan lelaki tampan di depannya ini.
"Ma-maaf," ucapnya sekali lagi dengan gugup dan pipi yang memerah, lelaki itu hanya tersenyum melihatnya dan tiba-tiba ia menyodorkan tangannya untuk Isabella jabat.
"Aku Steve," kenalnya, Isabella memperhatikan tangan kekar lelaki bernama Steve itu sebelum akhirnya menjabat tangannya.
"Isabella, but just call me Bella," lelaki itu mengangguk.
"Nama yang bagus sama seperti orangnya yang sangat cantik," pujinya membuat pipi Isabella bersemu merah dan mengulum senyuman manisnya.
"Ah baiklah, kalau begitu mari kita duduk di sana, Bella," ucap Steve sambil memenunjuk meja bar, Isabella mengangguk.
Ia mengikuti langkah kaki jenjang Steve, setelah sampai ia menduduki dirinya begitupula dengan Steve, ia duduk di sebelah Isabella.
"Kau ingin vodka atau semacamnya?" tawar Steve, Isabella menggeleng, "Aku tidak minum," Steve mengernyitkan dahinya bingung, mungkin ia bingung mengapa seorang jalang tidak minum.
"Benarkah?" Isabella mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu kau ingin pesan apa?" tanyanya. "Lemon Juice saja,"
Steve memesan minuman untuknya dan Isabella kemudian mereka berbincang-bincang. Isabella tampaknya sangat sangat nyaman berada di dekat Steve, karena baru Steve lah lelaki yang begitu menghargainya selama ia berada di tempat terkutuk ini.
"Kau sering datang ke sini?" tanya Bella.
Steve meneguk minumannya dan menatap mata biru milik Isabella, "Tidak juga, hanya jika sedang banyak pikiran saja," jawabnya membuat Isabella mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella ✔️
Fanfiction[Warning 21+] This story has mature content and some harsh words. Please be a wise reader! Married without love. It's about feelings, lust, tears, pain, cruel. "You can never escape from me, Isabella." -H- [Please be a wise reader!] Written by: ar...