17: Who?

2.7K 218 71
                                    

Happy Reading! Semoga suka ;)
Budayakan Vote!
Jangan Jadi SIDERS.

Isabella POV

Sebulan sudah aku kembali pulang ke rumah mewah Harry, sangat tak terasa jika waktu berlalu begitu cepat. Aku masih tak percaya dengan semuanya, aku hamil dan keguguran tanpa diriku tau, begitupun dengan Harry. Dan pria yang notabennya sebagai suamiku itu selalu menyalahkanku atas semuanya, atas ketidaktahuan tentang kehamilanku pada masa itu.

Aku sedih, aku rapuh. Aku kehilangan bayiku akibat aku terjatuh dan itu di sebabkan oleh Harry. Ia selalu berlaku kasar padaku, tapi ia juga selalu menyalahkanku di setiap kesalahannya.

Tapi aku mengingat ucapannya kala itu, ketika ia sedang mabuk dan mengatakan bahwa ia peduli padaku. Aku berpikir, jika ia benar - benar peduli padaku maka ia tidak akan berlaku buruk terhadapku. Dan bodohnya aku malah jatuh cinta pada lelaki sepertinya, yang jelas - jelas tidak akan pernah membalas perasaanku.  Aku meratapi kesedihanku dan berusaha untuk tetap tegar dan kuat dengan semuanya walaupun kelihatannya tak seperti itu.

Aku menatap kosong ke arah tv yang menyala di depanku, aku tak tau apa yang harus aku lakukan karena Harry telah pergi sejak pagi-pagi sekali, tak tau apakah pria itu pergi kantor atau kemana. Jika kalian bertanya apakah dia berubah, jawabannya adalah tidak. Dia tidak pernah berubah, dia masih seperti Harry yang sama dengan sikapnya yang kasar, tapi satu hal yang berbeda pada dirinya, ia tak pernah lagi bermain fisik padaku semenjak aku mengalami keguguran waktu itu.

Ku hembuskan nafasku kasar dan beranjak menuju kamar Harry, aku duduk di tepi ranjang dan mengambil ponselku yang tergeletak di atas nakas. Aku membuka loockscreennya dan mengecek pesan-pesan yang masuk, ada tiga pesan yang tertera dan belum ku baca. Aku membukanya satu persatu.

From : Julia
Bells, kau dimana sebenarnya? Aku benar - benar rindu padamu. Dan oh Tuhan perasaanku selalu tak enak jika mengingat dirimu :(

From : Emily
Bella, kau baik - baik saja kan? Harry benar-benar sialan tak memberitahu kabarmu padaku. Aku sangat ingin memotong kejantanannya hingga habis!

From : +62512456790
Bella, it's me, Steve. How are you? You're fine with him right? Aku benar-benar khawatir denganmu.

From : +62512456790
Sorry Bells, aku mengganti nomor ponselku karena ku pikir suamimu tau nomor ponsel lamaku, kau ingat saat aku menelponmu, kan? Kau boleh menghapus pesanku, tapi ku mohon untuk menjawab pesanku.

Aku tersenyum merasa terharu dengan isi pesan yang baru saja ku baca. Bahkan mereka bisa merasakan bagaimana keadaanku sekarang, di sini, bersama seorang pria jahat dan kasar.

Aku membalas isi pesan mereka dengan tangan yang bergetar.

To: Julia
Aku berada di suatu tempat, kau jangan khawatir, aku baik - baik saja :)
I miss you, Julia :(

To : Emily
Aku baik-baik saja, Emily. Jangan khawatir, okay. I miss you, Em :(

To: +62512456790
Oh Steve. I'm good, I'm good with him. Please, don't worry too much about me :) I miss u Steve!

Aku menatap ponselku setelah membalas pesan dari teman-temanku dan mengotak-atik menu kontak, jariku menekan nama Harry di sana.

Jujur, aku sangat ingin mengirim ia pesan seperti 'Kau dimana?' 'Kapan kau pulang' dan pesan singkat lainnya yang sangat ingin ku kirim padanya, tapi aku mengurungkan niatku, aku terlalu takut ia akan mengatakan jika aku sok peduli padanya atau bahkan ia akan mengatakan agar aku tidak usah ikut campur dengan urusannya, itu yang selalu ia katakan padaku secara langsung.

Aku mengunci ponselku dan menunduk, aku sedih, aku ingin menjadi seorang istri pada umumnya, di perhatikan oleh suaminya dan selalu di kabari jika ia akan pulang telat dari pekerjaannya atau semacamnya. Selama bersama Harry aku tidak pernah merasakan hal itu, aku pikir setelah dia menikahiku ia akan berubah dan menolongku, tapi aku salah, aku semakin tersiksa bersamanya.

Aku menghapus air mataku yang mulai berjatuhan dan aku mengingat ibuku, aku merindukannya, merindukan ibuku yang selalu ada di sampingku, yang selalu mensupportku ketika aku sedang benar-benar jatuh dan ia juga orang selalu mengajariku agar menjadi wanita yang kuat dan tegar. Tapi aku hanya manusia biasa, aku tak bisa terus menerus kuat seperti apa yang ibuku inginkan.

Andai saja ibuku masih ada, pasti aku akan bersamanya dan tidak jual oleh ayah sialanku dan bertemu Harry. Mungkin hidupku tidak akan seperti ini. Dan karena ayahku juga ibuku meninggal, ia benar-benar seorang ayah yang jahat dan kejam, tak ada bedanya dengan Harry. Aku sempat berpikir, apa aku akan bernasib sama seperti ibuku nantinya?

Author's POV

Malam tiba, suara dentingan pada jarum jam tepat menunjukan pada angka dua dini hari, dan Harry baru saja keluar dari mobil mewahnya di bantu dengan bodyguard yang berjaga di rumahnya, ia kembali minum dan mabuk.

"Isabella...," Ia meracau memanggil nama Isabella ketika berjalan sambil di bantu.

Sementara Isabella, ia menunggu kepulangan Harry, ia sudah berusaha tidur tapi tak bisa. Dan ia segera duduk ketika merasa dirinya di panggil oleh seseorang yang ia tunggu, ia turun dari ranjang dan menghampiri Harry yang sudah tergeletak di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu.

Hatinya bergemuruh merasa sedih melihat keadaan Harry yang seperti ini, ia seperti istri tak berguna dan membiarkan suaminya pergi pagi dan pulang dalam keadaan mabuk untuk yang kesekian kalinya.

Dan lagi-lagi hatinya merasa sakit ketika melihat noda merah seperti lipstik tertempel pada kemejanya dan hatinya semakin tertohok saat dirinya melihat jika resleting celana Harry tak terkancing, ia memberanikan diri untuk mendekatkan tubuhnya pada Harry dan mencium aromanya, matanya berkaca-kaca saat aroma parfum wanita lebih mendominan di sana.

"Kenapa kau selalu seperti ini? Apa salahku padamu?" ia berkata dengan penuh sesak.

Baru saja ia ingin berdiri tapi sebuah tangan kekar sudah menahannya, ia menoleh dan masih mendapati Harry dalam keadaan yang sama dengan mata yang sedikit terpejam, tapi bibirnya bergerak mengatakan sesuatu.

"Isabella...," gumamnya sambil menariknya kembali duduk, Isabella menurutinya kemudian menatapnya dan mengelus pipinya.

"It's me," lirihnya sambil menatap pada Harry.

"Kau benar-benar wanita yang membuatku gila, Isabella," ujarnya rendah membuat Isabella sedikit meremas tangan Harry dan menunggu apa yang akan pria itu katakan lagi.

"Kau benar-benar membuatku kehilangan akal, kau--," Harry terbatuk membuat Isabella mengusap dadanya memuatnya rileks kembali. "--Aku tak tau apa yang aku rasakan,"

"Oh shit! Aku bahkan tak pernah merasakannya lagi setelah dia berkhianat dan pergi entah kemana, memang  sialan sekali wanita itu," Harry meracau tapi terdapat  kekecewaan dalam kata-katanya.

Pikiran Isabella melayang dan bertanya-tanya. Siapa yang Harry maksud sebagai 'Dia'? Isabella sangat takut jika Harry mencintai wanita lain dan bukan dirinya.

"Siapa? Siapa yang kau maksud?" Isebella bertanya sambil terus menatap Harry dengan tatapan sedihnya, air matanya turun tapi ia segera menyekanya.

Harry cecegukan dan bibirnya menampilkan senyuman masam.

"Seorang wanita murahan yang pernah menghancurkan hatiku," ia tertawa di tengah mabuknya, perlahan matanya terbuka, ia menatap Isabella dengan mata merahnya.

Tangan kekarnya terangkat dan mengusap pipi wanita itu dengan lembut, "But, Isabella. I hate you but I care about you. And I don't like seeing you with other men," ujarnya sebelum ia kembali memejamkan matanya dan terlelap.

----

Gimana sma chapter ini? Maap klo gaje dan kurang memuaskan (:

NEXT or Delete? Just Vote+Comment!

AND PLEASE, DONT BE SIDERS!

With love, -A♡

Isabella ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang