Happy Reading! Semoga suka!
Don't forget to VOTE + COMMENT!DON'T BE SIDERS PLS!
Tolong hargai karya orang!Isabella's POV
Beberapa hari semenjak kejadian itu aku dan ayahku masih saling mendiami satu sama lain, ia memang tidak memarahiku dan berkata hal apapun setelah aku kembali ke rumah beberapa waktu lalu, namun ia mendiamiku, tak ingin berbicara padaku. Aku sudah berusaha untuk mendekatinya dan mengajaknya mengobrol tapi ia justru menghindar dan hanya berbicara sekedarnya saja seperti "Aku akan berangkat, sekarang." Hanya seperti itu yang ia katakan. Jujur saja itu membuatku sangat tidak betah dengan suasana seperti ini apalagi bersama ayahku sendiri.
Aku menatap pantulan diriku dan memoleskan bedak tipis pada wajahku serta lipcream pada bibirku sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar, aku melangkah kakiku dan berdoa agar ayahku belum berangkat bekerja karena aku akan meminta maaf padanya walaupun sudah beberapa Kali ku lakukan, tapi setidaknya aku ingin menahannya sekarang jika ia masih berada di rumah.
Ku lihat seluruh penjuru ruangan rumah ini dan tersenyum kecil saat melihatnya yang tengah bersiap-siap untuk pergi, lantas aku segera berjalan cepat ke arahnya dengan senyuman mengambang.
"D-dad," panggilku. Ia tak menoleh dan hanya melirik ke arahku tanpa menjawab sapaanku.
"Dad..," panggilku lagi, aku memegang pergelangan tangannya. "Dad, ku mohon bicaralah," lirihku sambil menggoyang-goyangkan tangannya.
Ia sedikit menepuk-nepuk pakaiannya kemudian menghadap padaku, wajahnya yang sudah mulai keriput menatapku datar membuatku menghela napas kasar. "Aku merindukanmu, Dad. Jangan diami aku," ucapku dengan nada yang bergetar. Aku memeluk tubuhnya, namun ia tak ada respon apa-apa darinya, ia justru melepaskan pelukanku.
"Aku harus berangkat, sudah telat," aku mendengus kesal saat ia mengatakan hal tersebut, entah kenapa tapi kata-kata itu menjadi hal yang paling ku benci sekarang.
"Tidakkah kau ingin berbicara padaku sebentar saja?" Ucapku lesu, mata birunya menatapku seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ku mohon," lanjutku.
Ayahku masih diam saja membuatku sedikit menyerah. Aku menundukkan wajahku, "Aku minta maaf sekali lagi untuk kejadian beberapa waktu lalu, aku tau kau marah karena Harry--,"
Ia memotong ucapanku, "Aku tidak marah. Aku hanya berusaha melindungi putriku dari lelaki yang telah membuatnya hancur," aku tertegun mendengar ucapannya. "Tapi aku tau kau masih dan begitu mencintai bajingan itu," lanjutnya.
"Aku minta maaf, Dad," lirihku dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Aku sudah tak peduli lagi kau dan dia ingin seperti apa, aku pun sudah sering memergoki kalian jalan bersama akhir-akhir ini. Aku sudah tak tau harus bagaimana lagi," ucapnya. Aku menyeka air mataku yang sudah turun.
Aku sedikit meremas tangannya, "Aku benar-benar minta maaf, Dad," ujarku dan menggigit bibirku bawahku yang bergetar. "A-aku, aku hanya berusaha memberinya sedikit kesempatan agar ia dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Setidaknya itu yang ia inginkan atas permohonannya padaku," lanjutku jujur pada ayahku.
"Dan ia berjanji akan pergi setelah aku melahirkan dan ia melihat bayinya," aku berucap lagi dengan nada sedikit berbisik. Entah mengapa aku merasa sedikit tak rela saat Harry mengatakan hal itu padaku.
Aku dapat melihat ia tersenyum kecut dan dapat ku dengar ia menghela napas panjang dan menatap langit-langit sebelum kembali menatapku.
"Kau terlalu baik, Isabella. Tapi kau harus ingat ini--," ia menggantung kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella ✔️
Fanfiction[Warning 21+] This story has mature content and some harsh words. Please be a wise reader! Married without love. It's about feelings, lust, tears, pain, cruel. "You can never escape from me, Isabella." -H- [Please be a wise reader!] Written by: ar...