Happy Reading! Semoga Suka(:
Budayakan VOTE!
Don't be SIDERS!Author's POV
Dua minggu berlalu, setelah kepulangan Isabella dari rumah sakit dengan luka di tangannya yang sudah cukup mengering. Harry sudah jarang pergi ke kantor, ia lebih memilih bekerja di rumah. Ia juga sudah lama sekali tak mengunjungi Club malam, entah alasannya apa tapi hati dan pikirannya terus saja memikirkan Isabella jika ia meninggalkannya, takut jika wanita itu akan melakukan hal-hal buruk.
Dan sekarang adalah hari senin yang seharusnya Harry bekerja. Tapi ia lagi-lagi tak melakukannya.
Ia menatap wajah Isabella yang terlihat serius membaca sebuah majalah di tangannya. Ia menghebuskan napasnya lalu menyandarkan kepalanya pada pundak Isabella.
"Isabella," panggilnya membuat wanita itu melirik pada Harry. Merasa di abaikan Harry mengecup pipi Isabella berkali-kali membuat wanita itu sedikit menjauhkan tubuhnya dari Harry.
Baru saja Harry ingin menarik Isabella ke dalam pelukannya namun ponselnya berdering membuatnya memutar bola matanya.
'Ya, halo,'
'Apa? Tidak, aku tidak bisa,'
'Nick, kau saja yang mewakiliku, aku tak bisa datang,'
'Ck, aku bilang aku tidak bisa--,'
"Datanglah, Harry," ucap Isabella ketika suara Harry mulai sedikit meninggi pada lawan bicaranya.
Harry menatap Isabella dan memberikan tatapan 'What?'.
"Pergilah, aku tau itu penting," ujarnya lagi membuat Harry mendengus dengan sambungan telpon yang belum terputus.
"Aku akan pergi, tapi kau harus ikut denganku," ucap Harry.
Isabella menggeleng, "Tidak perlu, terima kasih. Wanita murahan sepertiku tak pantas berada di kantormu," ucap Isabella membuat rahang Harry mengeras. Ia tak suka dengan perkataan Isabella terhadap dirinya sendiri.
"Bells, ayolah. Aku tak ingin bertengkar," ucap Harry. Isabella mendengus dan tertawa sinis. "Kau pergi saja, tak usah ajak aku," ucap Isabella.
"Aku tak akan pergi kalau kau tidak ikut bersamaku," ucap Harry lalu memutuskan sambungan teleponnya yang sedari tadi masih terhubung.
"Perusahaanmu lebih penting Harry. Jangan pikirkan aku," ucap Isabella sambil menatap Harry. "Kau itu seorang pemimpin perusahaan. Kau harus mencerminkan sisi baik pada semua karyawanmu," lanjut Isabella membuat Harry terkekeh.
"Maka dari itu temani aku," ucap Harry dan Isabella menggeleng.
"Please, Isabella. I beg you," ucap Harry lalu turun dari sofa dan menempatkan dirinya di depan Isabella.
"Tidak Harry, aku sudah bilang tadi, seorang wanita mur---,"
"Kau bukan wanita murahan, jangan katakan itu lagi padaku. Kau bukan," potong Harry sedikit membentak.
"Sebaiknya kau pergi sekarang, Harry," ucap Isabella pelan.
"Kau ikut denganku," ucap Harry.
Isabella menatap Harry dan otaknya kini bekerja membuatnya tersenyum, "Aku akan ikut denganmu tapi dengan syarat," ucap Isabella membuaf Harry mengernyit.
"Sudah berani memberiku sebuah syarat? huh," Isabella mengangkat kedua bahunya. "Baiklah, apa itu syaratnya," ucap Harry lagi.
"Bawa aku bertemu dengan Emily dan Julia," ucap Isabella dengan nada senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isabella ✔️
Fiksi Penggemar[Warning 21+] This story has mature content and some harsh words. Please be a wise reader! Married without love. It's about feelings, lust, tears, pain, cruel. "You can never escape from me, Isabella." -H- [Please be a wise reader!] Written by: ar...