16: I Love You

2.7K 225 106
                                    

Happy Reading! Semoga Suka;)
Budayakan Vote!
Jangan jadi SIDERS.

Author's POV

Lelaki bermata hijau itu menatap sendu wanita yang telah ia kecewakan itu, ia mengambil tangan mungilnya tapi segera Isabella tepis.

"Please, Isabella. Aku bahkan tak tau kalau kau hamil," suara Harry mulai meninggi karena ia merasa tersalahkan dalam situasi ini.

"Aku pun sama, aku tak merasakan apapun. Aku juga tak tau kalau aku hamil," Isabella berucap dengan lemah. Wajah pucatnya kini tak lagi menatap Harry, ia membuang pandangannya asalkan tak menatap lelaki itu.

Harry menatap Isabella dan mengacak rambutnya frustasi, ia mencengkram selimut ranjang rumah sakit kemudian menggeram, "FUCK!" ia merutuk dan memukul ranjang membuat Isabella terperanjat kaget, ia menatap Harry yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku pergi," ucap Harry kemudian beranjak dari kursinya.

"Kau mau kemana?" ucap Isabella spontan dari mulutnya ketika Harry sudah mencapai pintu membuat lelaki itu memutar tubuh kekarnya.

Ia manatap Isabella datar, "Bukan urusanmu," ucapnya dengan nada penekanan membuat Isabella menahan tangis. "--Dan ingat, kau tidak akan pernah pergi dariku," lanjutnya sambil menunjuk ke arah Isabella dengan telunjuknya.

Ia tak tau kenapa Harry selalu bersikap seperti itu padanya, kadang ia baik tapi kadang pula ia sangat jahat dan kasar. Ia benar-benar bajingan.

Isabella menatap punggung Harry yang perlahan mulai menghilang dari hadapannya, ia menatap kosong ke arah dimana Harry berdiri tadi kemudian tangan mungilnya mengusap perut yang sempat terdapat janin itu.

"I love you," gumamnya sambil memejamkan matanya yang mulai meneteskan air mata.

Harry's POV

"One more!" ucapku pada bartender di sebuah Club tempat pelacuran Isabella dulu. Ia memberiku segelas vodka entah sudah yang keberapa, yang jelas kepalaku sudah sangat pusing dan mataku sudah mulai berkunang-kunang.

Aku memejamkan mataku saat mulai menyesap vodka yang sangat membakar tenggorokan itu, tapi bayangan Isabella sedang menangis menghampiriku membuatku membuka mata dan sialnya suara isakannya semakin terngiang di telingaku.

"Jalang kecil sialan! Mengapa ia sangat menyebalkan dan terus memenuhi otaku," racauku. Aku menenggelamkan wajahku pada tangan ku lipat di meja bartender lalu mendongak dan memesan minuman beralkohol itu lagi.

"Beri aku satu gelas lagi," ucapku teler.

"Kau sudah minum terlalu banyak Harry," ucapnya membuatku menggeram.

"Just give me--,"

"Harry!" seru seseorang tepat di telingaku, aku melirik ke arahnya yang berada di sampingku, mataku menyipit karena wajahnya berbayang menjadi banyak. Oh memang sialan minuman ini.

Tapi tak lama kemudian aku merasakan wanita itu bergelayut di lenganku dan bersender padaku, ia mengusap dadaku dengan gerakan sensual. Benar-benar jalang.

Aku berusaha menyadarkan diri dan melihat pada wajahnya, Peige. Si jalang pirang yang suka memberiku kepuasan dengan cuma-cuma. Dan aku adalah lelaki normal, jadi jangan salahkan aku.

Ia mengendus leherku dan memberinya kecupan mambuatku langsung manciumnya kasar. Aku mendengarnya terkekeh kemudian membalas ciumanku tak kalah kasar, aku meremas bokongnya dan ia mengerang. Tapi isi kepalaku membayangkan jika wanita yang sedang melakukan adegan panas denganku ini adalah Isabella.

Aku terperanjat ketika tubuh si jalang Peige terpisah dengan kasar dariku, aku mengedarkan pandanganku dan mendapati Emily, teman dekat istri jalangku.

"Apa-apaan kau jalang!" protes Peige seraya ingin menjambak rambut Emily tapi segera wanita itu pelintir tangannya hingga ke belakang membuatnya meringis dan meminta ampun.

"Kau juga pelacur, bahkan lebih dari kata pelacur untukmu," ucap Emiy sebelum ia melepaskan tangan Peige membuatnya mengumpat dan pergi meninggalkan kami, ia berbalik badan dan memberikan jari tengahnya pada Emily membuatku terkekeh melihat tontonan pertengkaran gratis. Sialan, alkohol benar-benar membuatku tidak waras.

Aku menatapnya sambil memijat keningku yang masih terasa sangat pusing kemudian menatapnya.

"Apa? Kau ingin bercinta denganku menggantikan Peige?" racauku sambil menyeringai padanya, tapi ia menatapku dengan tatapan sengitnya. Ia duduk di sampingku sambil menyilangkan dada.

"Dasar lelaki keparat,"
"Sudah ku duga kau pasti mabuk!" lanjutnya dengan nada marah.

Aku menenggelamkan wajahku membiarkan wanita di sampingku mengoceh yang membuat kepalaku semakin ingin pecah.

"Mana Isabella? Kau harusnya bersamanya," Isabella lagi, semua orang peduli padanya, namanya yang terucapkan seolah menusuk kepalaku disertai dengan bayangan wajahnya.

"Tidak ada," jawabku singkat.

"Kau benar-benar bajingan, kau telah memiliki istri dan kau masih bermain dengan Peige? Seriously, Harry?"

"Diam! Kau tidak tau apa-apa," aku menggeram rendah.

"Aku ingin bertemu dengannya sekarang juga," aku menggeleng tidak setuju.

"Kenapa? Oh aku tau pasti kau menyembunyikan sesuatu dariku kan?" Oh sialan wanita ini benar-benar mendesakku.

Aku bangkit dan mencengkram rahangnya, menatapnya tajam, "Bukan urusanmu!" ucapku dan pergi meninggalkannya dengan jalan yang sempoyongan menuju mobilku.

Author's POV

Isabella melihat jam yang sudah menunjukan pukul tiga dini hari tapi Harry belum kunjung pulang. Ia khawatir padanya dan selang beberapa saat pintu terbuka menampakan Harry yang berjalan sempoyongan dan terjatuh di sofa yang terdapat di ruang rawat.

"Ia mabuk?" gumamnya.

Isabella perlahan turun dari ranjangnya, menahan rasa sakit pada bagian perutnya dan menghampiri Harry yang tengah memejamkan matanya dengan mulutnya yang maracau tak jelas.

Ia duduk di sebelah Harry dan menyentuh serta mengelus pipinya dengan lembut.

"Oh shit! Apa kau jalang yang ingin menggodaku," gumamnya namun itu justru membuat dada Isabella sesak. Ia tau kalau Harry pasti masih mengira bahwa dirinya masih berada di Club.

Ia membuang tatapannya pada Harry kemudia menyusuri tubuh kekar pria tampan itu dengan pandangannya. Hatinya kembali teroyak ketika dirinya melihat sebuah noda merah yang tersisa di sudut bibir Harry dan leher serta bajunya.

Perlahan tangan mungilnya mengusap noda yang terdapat pada bibir Harry, hatinya begitu sakit membayangkan apa saja yang pria itu lakukan di tempat terkutuk itu.

"Aku mencintaimu, tapi mengapa harus semenyakitkan ini," ujarnya sambil menatap Harry nanar.

Ia mengusap rambut keriting Harry yang berantakan, "Apa aku salah jika aku mencintaimu?" air matanya mulai berjatuhan.

"You love me?" Isabella menoleh pada Harry, kaget atas ucapannya. Ia takut Harry mendengar semuanya, ia malu mengakuinya.

Harry terlihat masih memejamkan matanya, "I care about you, Isabella," gumamnya sebelum ia terlelap.

----

Gimana chapter ini? Maap klo gaje.

Masih mau NEXT? Just Vote+Comment!

DONT BE SIDERS PLEASE!

With love. -A♡

Isabella ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang