Tiga

51.9K 2.9K 45
                                    

Motor ninja Ardi memasuki kawasan perumahan elit di Jakarta Selatan. Ardi berencana untuk berangkat bersama Elle pagi ini. Secara, Ardi sudah tidak menyandang status jomblo lagi. Ia sudah sold out. Motornya berhenti di sebuah rumah besar bernuansa putih dan berpagar besar, ia melepas helm full face yang dipakainya. Ia membenarkan tatanan rambutnya lalu memandang pagar rumah yang mulai terbuka perlahan, tepat sekali ia datang saat Elle membuka pagar rumahnya.

Sementara itu, Elle yang baru saja membuka pagar rumah untuk menunggu Laras dan Sita menjemputnya terkejut mendapati Ardi sudah berada di depan rumahnya. Pemuda itu juga baru saja turun dari motornya, menghampiri Elle yang masih terpaku di tempat.

"El, ayo berangkat kok malah bengong? Aku ganteng ya? tau kok kalau aku ganteng, gak usah pangling." ucap Ardi terlalu percaya diri.

Sekali lagi Elle dibuat terkejut oleh cara bicara Ardi yang menggunakan aku-kamu, bukan lo-gue seperti biasanya. Mata Elle menyipit, saking sipitnya, kacamata yang ia gunakan sedikit melorot ke bawah. Gadis berkepang dua itu mengawasi pergerakan Ardi yang menarik tangannya, menariknya ke arah motor.

"Mau ngapain lo di sini?" tanya Elle curiga. Pasalnya, selama mereka menjalin hubungan. Ardi tidak pernah berinisiatif untuk menjemputnya seperti ini. Elle selalu berangkat sendiri atau bersama dengan kedua sahabatnya.

"Bantuin tetangga motong rumput." jawab Ardi asal.

"Kok ke rumah gue?" tanya Elle polos.

Ardi berdecak kesal. "aku ke sini itu buat ngajak berangkat bareng El. Lagian kita udah pacaran 1 bulan masa gak pernah berangkat sekolah bareng. Oh ya satu lagi, panggilannya jangan pakai lo-gue lagi."

"Hah?"

"Panggilannya jangan lo-gue lagi. Pakai aku-kamu."

"Oh... Oke."

"Ayo naik." Ardi menyerahkan helm yang baru ia beli kemarin dan menuntun tangan Elle untuk naik ke motornya. Gadis itu sedikit kesusahan di awal, mungkin karena sudah lama tak naik sepeda motor.

Salah satu faktor mengapa Elle tidak suka naik motor, ketika orang mengajaknya berbicara maka suara orang itu akan kabur dibawa oleh angin. Apalagi helm yang menekan telinganya sekarang semakin membuatnya tak dapat mendengar apapun selain suara angin.

"Udah sarapan belom El?" tanya Ardi saat mereka sudah berada setengah jalan menuju SMA Angkasa.

Elle mencondongkan tubuhnya ke arah Ardi. "Apa?"

"Kamu udah sarapan?" ulang ardi mengeraskan nada suaranya.

"Oh.... Sarapan? udah."

Tidak ada lagi percakapan antara mereka berdua. Elle mencengkram jaket yang digunakan Ardi. Diantara mereka tak yang memulai perbincangan lagi, Elle lebih menyukai suasana seperti ini, tenang. Motor Ardi perlahan masuk ke dalam parkiran khusus murid di SMA Angkasa. Laki-laki itu tidak menurunkan Elle di depan sekolah, tak seperti yang sempat Elle pikirkan.

Telinga Elle mendengar banyak siswi yang berbisik-bisik. Diantaranya hanya bisikin iri dan menghina. Elle tak kenal siapa mereka dan Elle tahu mereka mengenalnya. Si culun yang mendapatkan peringkat satu pararel di kelas sepuluh.

"Kok Kak Ardi mau sih sama si culun?"

"Bener-bener Upik Abu dan Pangeran."

"Mereka gak cocok banget sumpah!"

"Paling bentar lagi juga putus. Gue jamin."

Elle tidak memperdulikan apa yang manusia-manusia kurang belaian itu bicarakan tentangnya, toh hidup mereka juga bisa saja belum tentu lebih baik darinya. Jadi, Elle tak terlalu ambil hati, mending ambil gorengan di kantin Havana Mbak Nana, Bikin kenyang.

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang