Dua Puluh Tujuh

23.2K 1.5K 33
                                    

Saat Kau Pergi-Bunga Citra Lestari

***

Elle membuka pintu kamarnya. Ia mengambil buku matematika minat di atas meja belajarnya. Elle mengerjakan soal yang terdapat di dalam buku tersebut untuk mengalihkan pikirannya tentang Ardi.

Elle meletakkan pensil yang ia gunakan untuk mengerjakan soal-soal dari buku LKS matematika minat, ia bahkan sudah mengerjakan tiga bab soal yang terdapat di buku tersebut.

"Kenapa gue jadi kayak gini sih?!" ucap Elle frustasi. "Udah tau gak berguna tapi malah galau mulu!"

Elle mengambil buku fisika di dalam tasnya. Ia berharap semoga dengan buku fisika Elle bisa membuatnya sedikit membaik.

Setelah mengerjakan lima puluh soal fisika yang bisa membuat Ipin menjadi berambut tebal, Elle tetap tidak bisa melupakan ucapannya tentang Ardi begitu saja.

Elle membereskan alat-alat yang tadi ia gunakan untuk belajar ke dalam rak buku pelajaran.

Pintu kamar Elle terbuka, menampilkan Adrian yang terlihat sangat letih. Abangnya ini pasti baru selesai bekerja.

"Ada apa Bang?"

Adrian duduk di kasur Elle. "Besok ada pertemuan bisnis. Elle mau ikut?"

"Abang gak pernah ngajak Elle. Sekarang kenapa ngajak?" tanya Elle dengan dahi mengerut.

"Di sana ada Papa."

Kegiatan Elle terhenti. Elle mendang Adrian datar. Pembicaraan ini memang cukup sensitif untuk Elle, karena Elle belum bisa memaafkan Ayahnya sendiri. Mungkin untuk saat ini belum. Elle tidak tahu nantinya bagaimana.

"Terus kenapa kalau ada Mr. Aland?"

"Kamu gak berniat buat baikan sama Papa?"

"Enggak."

"Dia orang tua kita El."

"Kalau Abang masih nganggep dia orang tua kita. Abang salah."

Adrian meraup wajahnya frustasi. "Dia udah minta maaf El, apa itu gak cukup buat kamu?"

"Enggak."

"Sampai kapan kamu mau kayak gini El?" tanya Adrian tajam. "Kamu lupa apa yang Mama pernah bilang El? Kita harus maafin Papa bagaimanapun dia. Dia Papa kamu, Papa kandung kamu."

"Kenapa Abang mudah banget maafin orang itu?"

"Orang itu, Papa kamu sendiri El."

"Elle gak merasa punya seorang Ayah lagi."

"Kamu belum pernah mencoba buat kasih kesempatan Papa El." Adrian berdiri dari ranjang Elle. "Sebelum semua terlambat El."

Adrian meninggalkan kamar Elle. Elle menunduk menatap lantai di bawah kakinya. Elle mulai memikirkan sesuatu, apa di kelahiran sebelumnya Elle selalu berbuat tidak baik?

Kenapa masalah selalu datang di dalam hidupnya? Keluarga, tugas, dan Ardi. Itu semua membuat pikirnya seperti diberi benda bermassa delapan puluh kilo, terlalu berat.

"Rumit banget sih kisah hidup gue!" ucap Elle kesal. "Gemes tau gak!"

Layar ponsel Elle menyala, ada notifikasi dari Sita. Gadis itu mengambil ponselnya. Dahi Elle terlipat ketika melihat pesan yang masuk ke ponselnya.

Natalia Sita: El, tadi gue ketemu Bapak lo

Elleonora Marischa: Terus?

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang