Empat Puluh Dua

28.8K 1.6K 92
                                    

Ardi menghembuskan napas panjang. Ayah Elle memang sengaja membuatnya kesal hari ini. Ardi mengira hanya dirinya yang akan memasak. Perkiraannya salah, yang menjadi tandingannya masak adalah seorang Derren.

Derren juga adalah seorang CEO, itu yang Ardi ketahui dari anak buahnya. Satu jam lalu.

Tapi, anak buahnya juga berkata. Derren juga adalah seorang juru masak sewaktu Derren kuliah. Kenyataan itu yang membuat Ardi panas dingin sekarang. Derren bukan lawan yang mudah untuk hari ini. Catat, hari ini saja.

"Jadi Ardi, tantangan ini menggunakan poin. Jika masakan kamu lebih enak dari Derren, tentu kamu akan mendapatkan banyak poin."

Suara monster yang menjelma sebagai calon mertuanya kembali Ardi dengar. Kali ini Ardi bisa menangkap senyum miring dari Mr. Aland.

"Baik Om."

"Poin kamu akan dirata-rata dan harus bisa lebih dari 75 poin. Walau saya tidak terlalu menyukai kamu, saya tidak akan curang, kamu tenang saja."

Ardi melirik Elle. Wanita itu terlihat biasa saja. Jika biasanya perempuan akan khawatir saat pasangannya sedang diuji, Elle berbeda. Wanita itu malah terlihat menikmati keripik kentang, tanpa perduli dengan yang ia alami.

"Kalian bisa mulai," Mr. Aland melihat jam di pergelangan tangannya. "Satu jam, dari sekarang."

Ardi mengambil keranjang yang tersedia di sana, mulai memilih bahan yang sudah hafalkan kemarin. Ardi tidak memilihnya dengan santai seperti Derren, ia dan Derren hanya memiliki waktu satu jam. Waktu yang terlalu singkat.

"Semangat kalian!" seru Elle. Gadis itu menyebut kata kalian, yang sedikit membuat Ardi merasa sebal. Kalian berarti adalah Ardi dan Derren, bukan hanya Ardi.

Derren mengangguk dan tersenyum manis pada Elle yang dibalas wanita itu juga dengan senyum yang sama.

Ardi berdeham cukup keras agar Elle bisa mendengar suaranya dan memutuskan kontak mata dengan Derren. Mau bagaimanapun Ardi juga memiliki rasa cemburu terhadap Derren.

Selanjutnya yang Ardi lihat, Elle masuk ke dalam rumah. Persaingan antara dirinya dan Derren terasa sangat sengit. Ardi sudah menyelesaikan dua menu makanan, ia sudah mencoba semua masakan itu. Rasanya sudah enak untuk Ardi.

"Waktu kalian tersisa lima belas menit lagi." Ucap Mr. Aland pada Ardi dan Derren.

Semua masakan Ardi sudah tersaji, dengan sisa waktu sepuluh menit. Ardi sedikit merasa bangga. Sedangkan lima menit kemudian, Derren baru menyelesaikan masakannya. Walau ia kalah cepat dari Ardi, tapi rasa mungkin bisa diadu dengan Ardi.

Ardi melihat jam di pergelangan tangannya, sebentar lagi akan selesai. Ardi gugup, sungguh. Takut jika makanan buatannya tidak sesuai dengan lidah Mr. Aland.

"Lima, empat, tiga, dua, satu. Stop!"

Mr. Aland memanggil salah satu pembantu di rumahnya untuk membawakan masakan Ardi dan Derren masuk ke dalam rumah.

Elle yang sedang berada di ruang tengah, tersenyum melihat kedatangan Ardi dan Derren. Gadis itu bangkit dari rebahannya dan mengikuti Mr. Aland duduk di meja makan.

Ardi berdiri di sisi kiri Mr. Aland dan Derren di sisi kanan Mr. Aland. Wajah Ardi tampak tegang melihat Mr. Aland yang sedang mengetuk-ngetuk dagu, tampak sedikit ragu dengan masakan Ardi.

Mr. Aland mengambil sendok, mencoba seluruh makanan Derren terlebih dahulu, pria itu mengangguk-anggukan kepala seperti menikmati masakan yang tersaji di depannya.

Saat Mr. Aland mengambil gelas untuk minum dan menetralkan lidah, jantung Ardi berdegup kencang. Dilihatnya monster itu sudah mulai menyuapkan makanan buatannya. Ardi memejamkan mata sampai Mr. Aland selesai dengan segala urusannya.

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang