Elle mematutkan dirinya di depan cermin. Hari ini Elle dan para sahabatnya berencana akan pergi bersama untuk membeli sepatu, buku, dan apa saja yang dibutuhkan oleh kedua sahabatnya.
Setelah menjawab pesan dari Laras, Elle mengambil totebag miliknya dan sedikit membenarkan tatanan rambutnya.
Drrrtt... Drrrttt...
Ponsel Elle bergetar, ada seseorang yang menelponnya. Ia menggeser tombol hijau yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo?"
"Gue masuk ke rumah lo ya?" tanya Laras.
Elle menjepit ponselnya diantara pundak dan telinganya. "Tumben." sahutnya. "Biasanya juga langsung nyelonong masuk."
Di luar sana, Sita mengambil ponsel milik Laras. "Biasa El, pencitraan." timpalnya. "Orang +62 pan begitu."
"Hm...." gumam Elle. "Gue yang keluar aja, habis itu kita hangout."
"Oke, gue tunggu Babe."
Tut.
Sambungan telepon terputus, Elle segera turun dari kamarnya dan menghampiri dua sahabatnya yang sudah menunggu.
Elle menepuk pundak Sita dan Laras. "Gue udah siap." ucapnya. "Ayo berangkat."
Laras dan Sita mengangguk. Mereka masuk ke dalam mobil untuk menuju salah satu pusat perbelanjaan tujuan Sita dan Laras. Elle kemana-mana hanya ikut saja.
Sita mengambil ponselnya di dalam tas. "Mau gue tunjukkin sesuatu gak?" ucapnya sambil membuka aplikasi Line di ponselnya.
"Apaan?" tanya Laras yang sedang mengendarai mobil milik Sita.
Sita memberikan ponselnya pada Elle. "Baca El." suruhnya. "Baca sampai bawah."
Elle mengambil ponsel milik Sita. "Ternyata diem-diem lo chatingan sama Kak Rian ya. Heum. Cukup tau aja."
"Ish, baca dulu."
Elle mulai membaca pesan yang terdapat pada layar ponsel Sita. Sekali-kali ia tertawa saat membaca balasan pesan dari Rian.
Dirasa cukup membaca semua pesan dari Rian, Elle menyerahkan ponsel ditangannya kembali pada pemiliknya."Lo gila?" tanya Elle. "Cuma gara-gara dia gak ngabarin gak bisa jemput lo suruh dia? Ckckck." Elle menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis.
"Lo gak tau El, betapa sengsaranya gue. Bayangin, gue nungguin dia selama dua jam kayak orang bego."
"Tapi gak gitu-gitu amat lah Ta."
"Biarin, nanti pokoknya dia harus memuin gue! Gak mau tau!"
Laras yang tidak mengerti apa-apa hanya mengernyit bingung. "Emang kenapa sih?" tanyanya sambil membelokkan stir mobil, mencari tempat parkir. "Gue kepo."
"Gue nyuruh Rian buat jemput gue. Nanti lo bawa mobil gue dulu aja gapapa."
Laras memutar kunci mobil, lalu mencabutnya. "Itu doang?" tanyanya. "Gue pikir apaan."
Mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan. Laras dan kedua sahabatnya berhenti di depan pintu lift yang belum terbuka.
"Doang?" Elle membeo. "Dia itu Line Rian gini. Nanti pokoknya lo harus jemput gue di GI, lo harus nemuin gue, gue bakal sembunyi. Kalau gak lo gak nemuin gue dalam waktu lima belas menit, gak usah deketin gue lagi. Gila gak tuh?"
Laras memandang Sita terkejut. "Ini tempat gede loh Ta." ucapnya. "Grand Indonesia itu gede banget, Tolol."
"Emang gue gila." jawab Sita santai. "Gue mau beli baju. Ayo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ex [END]
Teen Fiction[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Elleonora Marischa Putri Elle. Seorang gadis kutu buku, cuek, culun, yang sayangnya pintar dan tajir. Kisah tentang dia yang berpacaran dengan seorang most wanted. Ardi Chandra Wijaya Ardi. Most wanted di SMA...