Delapan Belas

23.6K 1.4K 26
                                    

Setelah Elle selesai menemani Ardi membeli barang yang Ardi perlukan untuk persiapan ke Bali. Elle sudah menghubungi Adrian, jika sekolah mengadakan wisata ke Bali.

Satu langkah lagi akan menginjak lantai di luar rumahnya. Tapi, paper bag di depan pintu rumahnya membuatnya bingung. Seingatnya, ia tadi hanya menemani Ardi berbelanja, ia juga tidak membeli sesuatu. Paper bag sebanyak ini milik siapa?

Elle membawa lebih dari dua puluh paper bag yang memenuhi teras rumahnya. Nenek-nenek yang sedang bermain bekel juga tahu kalau paper bag yang Elle bawa cukup untuk membeli sebuah mobil.

"Tumben belanja El," Adrian keluar kamar sambil memakan satu buah apel hijau. "Biasanya Abang nawarin kamu buat beli sesuatu, kamu nolak."

"Loh, ini bukan punya Abang?" Elle menaruh semua barang yang sudah ia bawa di lantai sebelah sofa yang terdapat di ruang televisi.

Adrian menggeleng. Ia kembali menggigit apel di tangannya. "Abang kira kamu belanja buat minggu depan."

"Lah... Ini yang kasih siapa dong?"

"Mungkin dari fans kamu."

Elle membuka satu-persatu barang yang terdapat di dalam paper bag tersebut. Body lotion, sunblock, kacamata, minyak Wangi, minyak kayu putih, kucir rambut, jaket, piyama bermotif, baju santai, celana jeans, celana pendek, topi pantai, sandal, sepatu, tempat minum, dan masih banyak lagi. Ini saja yang Elle buka baru lima paperbag, sudah sebanyak ini.

"El itu ada kertas, siapa tau itu bon. Kamu suruh tuker uangnya kali." Adrian menunjuk kertas kecil di sebelah kaki Elle.

Elle menurunkan pandangan matanya ke sebelah kaki kanannya. Ia mengambil kertas itu, terdapat tulisan dengan tinta gel green emerald, kesukaan Elle.

Papah denger kamu mau liburan ke Bali ya?

Asik dong.

Ini sedikit barang-barang buat keperluan kamu untuk di Bali, kalau kurang kamu bisa minta ke papah lagi. Kalau Elle gak suka, buang aja.

Papa cuma berharap kamu mau nerima barang dari Papa.

Salam sayang

Papa Elle❤


"Ternyata dari Mr. Aland, Bang." Elle membuang kertas kecil itu ke sembarang arah.

"Kenapa emang? Terima aja lah El."

"Gampang banget ya Abang ngomong kayak gitu," Elle meremas tangannya sendiri. "Abang gak ingat dulu gimana Mamah di sakiti sama orang ini?"

"Elle, lihat Abang," Adrian duduk di samping Elle dan memegang pundak Elle. "Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan El. Tuhan aja bisa memaafkan umatnya yang buat salah. Kenapa kita enggak?"

"Elle bukan Tuhan Bang."

"Abang tau apa yang Elle rasain sekarang. Tapi, apa Elle mau gini terus? Sampai kapan El? Abang yakin kalau Mama juga gak suka kalau Elle kayak gini, Elle sayang sama Mama kan?" Adrian mengelus rambut Elle.

Elle mengangguk. "Elle sayang sama Mamah."

"Abang tau Elle belum bisa maafin Papa. Abang sangat mengerti. Tapi, Elle bisa mulai dari nerima barang pemberian Papa. Itu mungkin udah cukup buat dia." Adrian coba memberikan Elle pengertian.

Butuh beberapa detik untuk Elle berpikir, lalu akhirnya ia mengangguk. "Ya Bang."

Adrian membantu Elle membawa barang-barang pemberian Mr. Aland ke kamar Elle di lantai satu.

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang