Ardi membopong tubuh Elle memasuki kamarnya. Wajah Elle terlihat sangat memprihatinkan ditambah dengan Elle yang suhu tubuhnya juga berubah dari biasanya. Ardi meletakkan tubuh Elle secara perlahan di ranjangnya dan keluar kamar untuk memanggil pelayan.
"Tolong gantikan pakaian Elle." Perintah Ardi. Pelayan itu mengangguk. "Sekedar informasi saja Tuan, saya diberitahu oleh Jono bahwa Nona Elle datang ke sini dengan berjalan kaki."
Ardi mengerutkan keningnya heran, sedetik kemudian ia merubah ekspresinya menjadi datar kembali. Ardi berlalu dari kamarnya, ia akan menghubungi dokter untuk memeriksa keadaan Elle. Sungguh Ardi merasa sangat bersalah sudah membuat Elle pingsan seperti ini. Ia tidak akan mengira Elle akan nekat berjalan menuju rumahnya, entah dari mana Elle mulai berjalan.
Jelas-jelas tadi Ardi melihat Elle menaiki motor dari pangkalan ojek. Sedikit terkejut juga saat Elle tidak menaiki lift di dalam rumahnya. Ardi juga sudah mengatur agar Elle bisa menaiki lift yang khusus digunakan untuknya, dengan mendeteksi wajah Elle, bukan dengan sidik jari.
"Dokter Manu, datang ke rumah saya sekarang."
Ardi memanggil dokter Manu, karena jarak rumah sakit tempat dokter itu bekerja dengan rumahnya sangat dekat. Apalagi itu juga rumah sakit miliknya.
"Baik Pak."
Ardi berjalan kembali ke kamarnya. Ia duduk di sebelah Elle yang masih belum tersadar. Ardi menggenggam lama tangan Elle dan mencium punggung tangan Elle. Ia mengusap dahi Elle lalu mencium dahi Elle.
Ardi mendengar ada suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
"Dok." Ardi mempersilahkan Dokter Manu ke dalam kamarnya. Ardi menunggu dengan sabar ketika tangan Elle disentuh oleh dokter muda di depannya, bukan saat yang tepat cemburu di keadaan seperti ini.
"Ibu Elle hanya kelelahan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ucap Dokter Manu setelah memeriksa keadaan Elle. "Nanti bisa berikan obat ini pada Ibu Elle setelah sadar."
"Terimakasih Dokter Manu." Ardi menjabat tangan Dokter Manu. Pria itu keluar. Meninggalkan Ardi berduaan bersama Elle.
Sambil menunggu Elle tersadar, Ardi menyalakan televisi di kamarnya. Ia berbaring di sebelah Elle dan menggenggam tangan Elle. Tidak ada film yang membuatnya tertarik sebenarnya. Pilihan Ardi jatuh pada salah satu serial televisi lawas, The Vampire Diaries.
Ardi menguap, sudah sepuluh menit ia menonton televisi di depannya—atau lebih tepatnya televisi yang memandangi dirinya. Ardi sibuk melihat wajah cantik Elle sedari tadi. Sesekali ia mengusap rambut Elle.
Ardi membenarkan tata letak bantalnya dan memeluk Elle dari samping dan ikut tertidur seperti Elle.
***
Perut Elle terasa berat saat kesadaran mulai menghampiri dirinya, tidak hanya perut, kakinya juga terasa diberi beban yang tak kalah beratnya. Di leher Elle terasa hembusan napas teratur, sampai membuatnya geli. Elle menoleh ke samping, ada seseorang pria dewasa yang memejamkan mata sambil memeluknya.
Elle menggeser tubuhnya, namun Ardi mengeratkan pelukannya membuat tubuhnya tidak bisa bergerak dengan bebas. Elle menggelengkan kepala, ia mengangkat tangan Ardi perutnya dan menjauhkan kakinya dari tindihan kaki Ardi.
Elle bangkit dari tempat tidur Ardi, ia ingin memasak sesuatu untuk makan malam dirinya dengan Ardi karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, ternyata cukup lama Elle pingsan.
Baru akan mengangkat kakinya, tangannya ditarik secara paksa dari belakang. Tubuhnya sedikit berputar dan Elle terjatuh di atas dada bidang Ardi. Elle menyibakkan rambutnya yang mengenai wajah Ardi, ia memandang wajah Ardi dengan raut cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ex [END]
Novela Juvenil[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Elleonora Marischa Putri Elle. Seorang gadis kutu buku, cuek, culun, yang sayangnya pintar dan tajir. Kisah tentang dia yang berpacaran dengan seorang most wanted. Ardi Chandra Wijaya Ardi. Most wanted di SMA...