Tujuh

39.8K 2.5K 74
                                    

Elle berjalanan memasuki kelas. Urusan dengan geng kakak kelas cabe sudah selesai dan sekarang waktunya dia untuk menuntut ilmu. Elle mengubah gaya kunciran rambutnya, ia mengucir rambutnya menjadi dua bagian di sisi kiri dan kanan. Menutupi bekas tamparan Deswita.

Sita dan Laras yang baru kembali dari kantin, menghampiri Elle yang sedang duduk di perpus kecil yang disediakan setiap kelas. Sita membawa cilok dan Laras membawa susu kotak.

"El tadi lo dimana? Kita nunggu––loh kenapa pipi lo bisa merah? Ini bukan merah lagi El, pipi lo udah lumayan bengkak. Ini kayak bekas tamparan. Siapa yang berani nampar lo?" ucap Laras khawatir sambil menyibakkan rambut Elle.

Sita yang dari tadi hanya melihat adegan di depannya langsung menyentuh  dan sedikit menekan pipi Elle sampai Elle meringis karenanya. Kedua gadis itu bertambah panik.

"Bentar gue ambilin es batu dari kantin Mbak Nana. Tahan El." Sita berlari kencang menuju kantin Mbak Nana untuk mengambilkan Elle es batu.

Sesampainya Sita di kantin, ia meminta Mbak Nana untuk membungkus beberapa es batu dengan plastik. Sita berbalik arah dan menemukan Awang yang memandangnya dengan satu alis terangkat.

"Kenapa muka lo cemas banget Ta? Ada yang sakit?" tanya Awang. Ia heran melihat Sita datang dengan tergesa-gesa. 

"Iya, kenapa kok lo buru-buru banget?" suara Ardi yang baru datang terdengar, ia menimpali obrolan Sita dan Awang.

"Elle pipinya bengkak kayak habis ditampar orang. Kak, maaf aku harus cepet-cepet. Kasian Elle." Sita berlari menuju kelas meninggalkan Awang dan Ardi.

Ardi yang masih diam mencoba mencerna ucapan Sita, setelah sadar apa yang Sita ucapkan. Ia menepuk bahu Awang lalu berkata, "Gue harus ke kelas Elle sekarang." pamit Ardi meninggalkan Awang dan teman-temannya di kantin.

Sita datang kembali ke kelas dengan plastik yang berisi es batu. Ia segera memberikan es batu itu untuk Laras agar Laras seheea menempelkannya di pipi Elle. Gusi Elle nyut-nyutan dan kepalanya sedikit pusing. Elle tak perduli lagi dengan bedak yang membuat kulitnya terlihat kucel akan memudar dari pipinya.

Ardi yang baru saja datang ke kelas Elle, menyita banyak perhatian orang-orang di kelas. Pemuda itu menghampiri Elle dengan tergesa. Ia mengambil alih plastik es batu dari tangan Laras dan menggantikan posisi Laras mengompres luka Elle.

"Siapa yang bikin kamu kayak gini?" tanya Ardi menatap mata biru langit milik Elle, dengan tangan yang terus berada di pipi Elle.

"Bentar lagi juga sembuh kok Di, tenang aja. Gak usah panik."

"Siapa. Yang. Bikin. Kamu. Kayak. gini?" ulang Ardi dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Kak Deswita kelas sebelas." jawab Elle sambil menundukkan kepala.

Tangan ardi mengepal dengan sangat erat, emosi karena gadisnya disakiti oleh orang lain. Ardi meninggalkan kelas Elle dengan langkah lebar dan berjalan ke kelas Deswita. Wanita yang gemar sekali menggoda dirinya dan menganggu ketenangannya.

Pintu kelas XI IPS 3 digegerkan dengan kedatangan Ardi. Para murid berbisik-bisik melihat ketampanan Ardi dari dekat. Sungguh ciptaan Tuhan yang sangat indah. Namun raut wajah Ardi yang tak bersahabat membuat mereka berhenti menggosip.

"Kak Ardi ke sini pasti mau ngapelin gue, sekarang dia mungkin udah sadar kalau gue lebih cantik dari si Cupu." ucap Deswita dengan penuh percaya diri sambil membenarkan rambutnya. Teman-temannya menganggukkan kepala, menyetujui.

"Mana yang namanya Deswita?" tanya Ardi pada seorang laki-laki bername tag Samuel yang sedang berbincang-bincang dengan pacarnya, Celi.

"Aku Kak yang namanya Deswita," Deswita melambaikan tangannya ke arah Ardi. Perempuan yang memakai rok sangat ketat dan kemeja yang kekecilan itu berdiri dari tempat duduknya. 

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang