Tiga Puluh Enam

30.5K 1.7K 106
                                    

Before You Go—Lewis Capaldi

Gimana bab sebelumnya? Maknyos kan?

***

11 tahun kemudian...

Ardi menatap belindan kubur kelantan di depannya. Ardi berjongkok dan mengelus nisan yang menancap disana. Ardi akan mengunjungi tempat ini setiap seminggu dua kali. Mengunjungi orang yang paling berharga di hatinya.

Elleonora Marischa Putri.

Sudah sebelas tahun terhitung kepergian Elle, tapi Ardi belum bisa melupakannya sama sekali. Melupakan Elle adalah hal yang mustahil untuk Ardi. Rasa ini hanya untuk Elle, tidak ada gadis manapun yang dapat merubahnya. Ardi sudah mencintai Elle terlalu dalam.

"Hai El, aku datang lagi." sapanya."Aku kangen banget sama kamu." ucapnya lembut sambil tersenyum hangat.

Ardi meletakkan sebuket bunga tulip yang ia bawa di bawah batu nisan. "Kamu gak kangen aku kah?" Ardi melihat jam tangan pemberian Elle yang melingkar ditangannya. "Maaf aku gak bisa lama-lama." Ardi mengecup batu nisan di hadapannya dan berdiri. "Aku pergi dulu."

Ardi berjalan menuju parkiran, sebelum itu, ia menyempatkan untuk memberikan uang pada bapak-bapak yang biasa membersihkan makam Elle.

Ardi mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Hingga mobilnya memasuki gedung pencakar langit tertinggi di Jakarta. Perusahaan yang ia rintis dari nol dan mengalami pasang surut. Hingga perusahaannya menjadi perusahaan terbesar nomer satu di Asia yang sekarang sudah merambat ke Eropa.

Wijaya Corp.

Tidak hanya bergerak di bidang otomotif, tapi Ardi juga memiliki beberapa perusahaan lainnya. Seperti pakaian, makanan, properti dan tehnologi. Dengan usia yang baru menginjak kepala tiga tetapi sudah mendapatkan kesuksesan sedemikian rupa, Ardi patut dinobatkan sebaik pengusaha termuda Indonesia yang memiliki kekayaan yang tak terhitung.

Banyak yang menyapa Ardi saat ia sudah memasuki lobby, banyak karyawan yang menyapanya. Tak sedikit juga wanita yang tertarik untuk melihat wajah Ardi. Tentu saja banyak wanita yang ingin menjadi kekasih dari Ardi Chandra Wijaya, selain parasnya yang tampannya. Dompet pria itu juga tak perlu diragukan isinya. Hanya bisa mengagumi saja, karena mereka masih sayang dengan pekerjaan masing-masing.

Ardi masuk ke dalam lift, naik ke lantai dimana ruangannya berada. Ia masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya.

Ardi memandang foto Elle di dalam ruangannya. Ia mengelus foto gadisnya. Perasaannya masih sama. Sebelas tahun tidak pernah mengubah apapun di hidupnya. Tidak ada wanita yang dapat menyingkirkan Elle dari hatinya. Elle terlalu betah berdiam diri di hatinya.

"Andai kamu masih ada di sini El. Pasti kita udah punya anak banyak sekarang."

"Kabar aku masih gini-gini aja El. Gak ada perubahan. Selalu kerja, kerja dan kerja. Gak ada hal lain lagi."

Hampir seluruh sudut ruangan Ardi selalu ada foto Elle. Ardi tidak ingin berpisah dari Elle sebentar saja.

Ardi mencium pigura foto Elle, air matanya tidak bisa ia tahan lagi. Ardi memeluk foto Elle. Gadisnya benar-benar meninggalkannya kali ini.

Mengingat semua apa yang pernah dia lakukan pada Elle membuat rasa bersalahnya naik ke permukaannya. Ardi membenamkan wajahnya di meja. Membenturkan kepalanya ke meja.

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang