Tiga Puluh Tiga

29.6K 1.6K 18
                                    

Tak Termiliki-Rossa

***

Hari ini adalah hari pengambilan rapot. Sita, Elle dan Laras sedang berkumpul di taman belakang sekolah, menunggu orang tua mereka yang sedang mengambil rapot mereka.

"Hari ini lo jadi pergi El?"

"Jadi."

"Kenapa gak di sini aja sih El."

Elle sudah menjelaskan semua kepada sahabatnya, dari kejadian Ayahnya yang terkena serangan jantung hingga rencananya yang akan pergi ke Singapura.

"Kita nanti kurang satu dong kalau lo pergi." ucap Laras.

Kedua sahabatnya terus membujuk Elle agar Elle merubah pikirannya untuk pergi. Jujur, Laras dan Sita belum ikhlas. Mereka selalu bersama, jika salah satu dari mereka pergi, maka akan terasa ada yang kurang.

"Lo tau Ras, alasan gue pergi buat—"

"Dia udah gak sekolah disini lagi El."

"Dia emang udah gak sekolah disini. Tapi, kenangan sama dia gak bisa hilang dari sini." Elle mengelus pundak Sita dan Laras. "Gue janji, gue bakal sering pulang."

Laras dan Sita langsung memeluk Elle dan menangis bersama. "Gue bakalan kangen banget. Banget. Banget sama lo El."

"Gue juga bakalan kangen sama lo pas marah El."

"Kita cuma beda negara aja. Bukan beda alam."

Sita memukul punggung Elle. "Hush! Kalau ngomong dijaga El."

"Iya, iya. Kalian jangan nangis gini dong. Malu dilihat orang." Elle menguraikan pelukan mereka bertiga dan menghapus air mata Laras dan Sita yang tidak berhenti turun.

"Pengennya gitu, tapi ini airnya keluar terus dari mata. Dia gak izinin lo pergi." Laras menggenggam tangan Elle. "Gue mohon lo jangan pergi El."

"Gak bisa Ras. Gue mau ikut Papah."

"El perasaan gue gak enak. Lo jangan pergi, please."

"Lo bilang gitu karena gak rela gue pergi Ras." Elle mengambil tangan Sita. Menaruh kedua tangan sahabatnya di depan pahanya. "Kalian juga lama-lama akan terbiasa gak ada gue."

Sita menggeleng cepat. "Enggak akan pernah." bantahnya. "Apa gue ikut pindah ke sana ya El?"

"Udah kalian di sini aja." ucapan Elle malah membuat Laras semakin terisak. "Gue kan udah bilang tadi, gue bakal sering kesini."

"I-ini semua gara-gara Ardi. A-anjing emang itu orang." Laras menatap Elle dengan hidungnya yang sekarang memerah. "Benci gue sama dia!"

"Bukan salah dia Ras. Emang gue yang mau pindah."

Mereka bertiga kembali berpelukan. Karena terbawa suasana, Elle pun juga ikut menangis. Dari dalam kandungan mereka selalu bersama. Benar kata Laras, mereka tidak akan lengkap jika Elle tidak ada di antara mereka. Namun mau bagaimana lagi, ini keputusan Elle.

Elle melepaskan pelukannya dan mengambil tasnya yang berada di sebelah Laras.

Elle menghapus air matanya. "Udah ah jangan nangis. Gue mau titip sesuatu sama kalian." Elle mengambil barang di dalam tasnya, barang berbentuk kubus yang Sita ketahui di dalamnya terdapat jam tangan. "Gue titip ini buat Ardi. kasih ke dia, bilang hadiah dari gue."

"Kenapa lo kasih dia jam El?" Sita mengambil kotak itu dari tangan Elle.

"Dia bentar lagi dia ulang tahun. Gue pasti udah gak ada lagi di sini lagi."

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang