Hari Minggu. Hari dimana sebuah keluarga berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama atau sekedar berjalan-jalan dekat rumah. Ya, setidaknya itu yang dipikirkan oleh Elle.
Elle memandang halaman rumahnya dengan pandangan kosong. Ingin rasanya ia memiliki keluarga yang utuh seperti teman-teman di sekolahnya. Seperti dijemput oleh Ayahnya saat sekolah, walau itu terdengar sederhana. Tapi hal sederhana itu belum pernah Elle rasakan sama sekali.
Sejak kecil ia selalu melihat Ayahnya yang baru pulang kerja di atas jam dua belas malam, pulang membentak, memarahi, bahkan bermain tangan kepada ibunya.
Elle membenci Ayahnya. Bahkan ia sangat membenci ayahnya. Pria yang harusnya menjadi cinta pertama anak perempuan tapi yang Elle rasakan malah sebaliknya.
Ibunya selalu berkata pada Elle 'Papa pulang malam karena mencari uang untuk kita makan dan kebutuhan kita El,' tapi nyatanya, Ayahnya pulang malam pulang malam karena pelakor yang membuat rumah tangga kedua orang tuanya hancur.
Orang sering berkata kepadanya 'Kamu enak ya jadi orang kaya cuma nglirik barang aja udah bisa jadi punya kamu.' jika menjadi orang yang kebutuhan lebih dari cukup membuat keluarga hancur. Ia lebih memilih menjadi sebuah keluarga yang berkecukupan tapi bisa menjadi rumah dimana ia berkeluh kesah, bukan tempat yang malah membuatnya tertekan.
Hingga pada puncaknya, Ayahnya meninggalkan Ibunya bersama ia dan Abangnya.
Elle sangat mencintai Ibunya, tapi tidak dengan ayahnya. Itu yang Elle tanamkan di pikirannya selama ini dan tidak akan ia ubah.
Elle berdiri dari tempat yang ia duduki selama memikirkan masa lalunya yang sangat pahit. Elle masuk ke dalam rumahnya dan bersiap-siap untuk mengunjungi cafe yang Elle miliki bernama 'Eleanor cafe'.
Memang tidak ada yang mengetahui bahwa Elle memiliki cafe sendiri. Bahkan Abangnya saja tidak tau. Dia membangun Eleanor cafe dengan tabungan sendiri, dari cafe yang biasa saja sampai menjadi cafe yang besar hingga memiliki beberapa cabang.
Elle menghilangkan rasa bosan dengan mencari uang. Katakanlah dia aneh, tapi menurut Elle mencari uang lebih berfaedah daripada menghamburkan uang untuk hal yang sama sekali tidak penting. Seperti membeli barang-barang mahal yang cukup membuat dompet megap-megap.
Elle mematutkan diri di depan cermin, ia menggunakan rok di atas lutut berwarna putih bermotif yang dipadukan dengan kaos lengan panjang dengan warna yang sama, tanpa kerah. Elle juga melepas kacamatanya dan menggerai rambutnya. Jika biasanya Elle akan memakai bedak yang membuat penampilannya menjadi terlihat dekil, kali ini tidak. Ia tidak menggunakan bedak atau riasan apapun.
Elle berpenampilan berbeda jika ingin memasuki cafe supaya teman-temannya tidak ada yang mengenalinya di dalam cafe. Pasalnya cafe miliknya sering sekali dijadikan tempat tongkrongan bagi remaja atau keluarga, bahkan kerap dijadikan untuk pertemuan bisnis.
Elle berjalan menuju garasi, memakai mobil pemberian kakaknya di ulang tahunnya yang ke-16 kemarin. Elle mulai mengendarai koenigsegg CCXR trevita kepunyaannya.
***
Elle memarkirkan mobilnya di parkiran khusus pemilik cafe. Ia membuat parkir khusus untuk dirinya sendiri dan pekerja yang lain karena parkiran di depan sudah penuh dengan kendaraan pembeli, tidak heran mengapa Elle membuat parkiran khusus untuk dirinya sendiri.
Elle turun dari mobil dan memasuk cafe melalui pintu yang terhubung langsung ke ruangan Elle.
Pada saat Elle masuk ke dalam ruangan minimalis bernuansa putih dengan kaca bening yang dapat langsung melihat pemandangan kota Jakarta dari atas, terdapat juga rak buku di sisi kanan dan kiri dan sofa untuk sekedar istirahat sebentar lalu kembali ke aktifitas semula.
Elle merebahkan diri di atas sofa sebentar. Lalu membenarkan rok dan baju yang ia kenakan, turun ke lantai dasar untuk sekedar memeriksa keadaan cafe.
Sebagian besar pengunjung di cafe Elle adalah laki-laki, setau mereka pemilik Eleanor cafe adalah seorang gadis cantik. Elle sendiri merasa jengah karena selalu diperhatikan oleh laki-laki hidung pinokio, yang senang sekali berbohong memberi janji-janji manis. Apa bedanya dengan pinokio yang sama-sama suka bohong?
"Febi." panggil Elle pada salah satu karyawannya.
Febi yang sedang berbincang-bincang dengan temannya pun menoleh ke arah Elle yang melambaikan tangan padanya.
"Kenapa Mbak?"
"Jangan panggil Mbak lah, saya sama kamu lebih muda saya. Panggil El saja."
"Oh ya, kenapa El?"
"Gimana keadaan cafe selama saya tidak kesini? Lancar atau ada kendala?"
"Puji Tuhan lancar Mba–– eh El."
"Ya udah kalau gitu. Kamu bisa kembali bekerja."
Di saat Elle berjalan mengelilingi cafenya matanya tak sengaja melihat Laras dan Sita sedang berjalan ke arah cafenya. Mereka masuk ke dalam cafe dan duduk di meja nomor 37.
"Eh, gimana ni ultah Elle yang ke-17?" Laras memulai percakapan setelah memesan makanan dan minuman.
"Bentar Nyet," Sita mengambil ponsel di dalam tasnya, membuka kalender. "Berarti masih 153 hari lagi dong, kita siapin kado apa ya?"
Elle yang berada di sebelah meja mereka tersenyum haru, sahabatnya yang paling ia sayang merencanakan ulang tahunnya bahkan berbulan-bulan sebelum hari-h a. Mereka memang sudah bersahabat saat ketiganya masih menjadi embrio. Di saat Ibunya meninggal mereka selalu ada, disaat Abangnya sedang sibuk mereka mau menemani Elle kemanapun.
"Dia udah punya semua yang dia mau, susah juga sih. Gimana kalau kita bikin karya apa gitu pakai tangan."
"Kita bikin karikatur aja Ras, lo kan pinter tuh gambar. Lo yang gambar gue bantuin."
"Asiap lah pokoknya."
"Tapi... Gue bantuin doa semoga cepat selesai." ucap sita sambil memasang wajah polos yang sayangnya membuat Laras ingin menendangnya sampai ke pulau mantan. Eh, Kalimantan maksudnya.
"Gak bisa gitu dong Nying, enak aja lo tinggal numpang nama doang." Laras mengambil salah satu sendok yang ada di atas meja, mengetok pelan kepala Sita dengan sendok.
"Aduh Ras, rambut gue ni. Habis ke salon masa udah lo bikin lecek lagi." Sita membenarkan tatanan rambut agar kembali menjadi semula.
"Lo yang beli peralatannya, gue yang gambar. Gimana? Kan lumayan lama bikin karikatur."
"Manut wae aku."
Sesudah urusan dua cecurut itu selesai, mereka meninggalkan cafe Eleanor dan langsung menuju tempat untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan.
***
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengarSuara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini dari orang biasaTapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu.Suara radio mengisi keheningan Elle saat perjalanan pulang. Hanya dengan mendengar lagu itu tiba-tiba dia teringat seseorang yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Memang benar kata orang mantan itu singkatan dari manis di ingatan. Elle tidak heran.
Sebelum Elle kembali ke rumah, dia menyempatkan untuk berhenti di sebuah mall, membeli kemeja untuk Abangnya. Namun Elle membeli es krim terlebih dahulu, lalu setelah itu baru kemeja Abangnya.
Pada saat Elle sedang memilih-milih baju yang akan ia beli. Ia melihat seseorang yang sangat tidak asing di matanya. Mata Elle melebar dengan sempurna setelah mengetahui siapa orang ia perhatikan dari tadi.
Kenapa dia ada disini?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ex [END]
Teen Fiction[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Elleonora Marischa Putri Elle. Seorang gadis kutu buku, cuek, culun, yang sayangnya pintar dan tajir. Kisah tentang dia yang berpacaran dengan seorang most wanted. Ardi Chandra Wijaya Ardi. Most wanted di SMA...