Lima Belas

33.5K 1.6K 29
                                    

"Selamat pagi semua." sapa Pak Edit, sang guru seni budaya yang baru saja memasuki kelas. Pak Edit juga merupakan guru termuda di SMA Angkasa, maka tak heran ia memiliki banyak fans di SMA Angkasa. Cogan pintar tidak boleh disia-siakan.

"Pagi Pak."

"Untuk jam pertama pengambilan nilai untuk praktik menyanyi."

Sita bangkit dari duduknya. "Hah?! Praktik? Kok gak bilang sih Pak? Aku belum latihan Pak." ucap Sita panik.

"Halah, kamu latihan juga suara tetep cempreng Ta." candaan dari Pak Edit membuat semua murid tertawa.

Sita menghempaskan tubuhnya ke kursi. "Diem lo!" Sita menatap teman sekelasnya sengit.

"Sekarang langsung aja praktik di depan ya." Pak Edit mengambil buku praktik siswa di dalam tas yang ia bawa.

"Pak lagunya bebas apa di pilihin?" tanya siswa yang duduk di pojok.

"Bebas."

"Yes! Oke Pak."

"Sekarang tanggal berapa?"

"12."

"Sekarang tanggal 12, berarti yang maju nomor--" Pak Edit menggantungkan ucapannya yang membuat beberapa siswa terbatuk karena gugup atau tangan yang tiba-tiba dingin.

"Mampus lo Ham, nomor absen lo 12 kan?" bisik Erik pada teman sebangkunya, Ilham Mahendra.

"Nomor 9."

"Lah Pak, penonton kecewa."

"Ayo nomor 9 maju ke depan. Siapa nomer 9?"

Elle mengangkat tangan, "Saya pak nomor 9." ucap Elle lalu maju ke depan.

"Ayo Cecan. Silahkan."

"Pak kalau liriknya agak diganti gimana?" tanya Elle yang mendapatkan anggukan dari Pak Edit.

Elle menarik napas lalu membuangnya perlahan dan memulai menyanyi lagu yang akan menggambarkan perasaannya.

Dimana, akan ku cari
Aku menangis seorang diri
Hatiku slalu ingin bertemu...
Untukmu aku bernyayi...

"Pipi Mamah kenapa bengkak?"

"Oh ini kemarin Mama bersih-bersih kebun terus di sengat lebah. Jadi bengkak. Udah Elle lanjutin ngerjain aja PR."

Potongan masa lalu muncul ke permukaan pikirannya. Elle tidak tahu kenapa, namun otaknya sendiri yang bekerja secara otomatis. Suara merdu dari Elle membuat kelas yang tadinya bising jadi terhenti. Senyap.

Untuk ibu tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata
Di pipiku...
Ibu... dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam
Mimpi

"Mamah, Elle dapet juara satu."

"Wah pinter anak Mama, yang rajin belajarnya biar jadi orang sukses."

Laras menutup mulut mendengarkan suara Elle, ia tahu betul apa yang dirasakan sahabatnya. Bahkan Sita yang biasanya akan heboh bila Elle maju ke depan, sekarang Sita diam menyimak lagu yang dinyanyikan Elle.

Lihatlah, hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi

"Papah kemana ma?"

"Papa? Papa kerja buat kita El. Elle mau nambah makan?"

Elle memejamkan mata, suara Elle mulai serak, matanya sudah berkaca-kaca. Tiba-tiba bayangan Ibunya muncul dalam otaknya.

Possesive Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang