Sepulang sekolah, seperti biasa Mark selalu mengajak Yeri untuk pulang bersamanya. Namun, Yeri mencoba menolak tawaran Mark secara halus. Takut akan melukai hati Mark dan membuat hubungan antara Seoul HighSchool dengan Big HighSchool kembali memburuk hanya karena ketua osis mereka yang saling membenci.
Setelah Yeri membuat Mark pergi dari sekolahnya, ia menelfon teman-temannya melalui Line.
"Yeoboseyo. Bisakah kalian datang ke cafe yang dekat dengan sekolah?"
"..."
"Jeball. Turuti kemauanku kali ini, neee."
"..."
"Ne. Aku akan menunggu kalian, cepatlah datang."
Yeri langsung memutuskan panggilan itu secara sepihak, lalu menaiki mobilnya menuju ke cafe tujuannya.
Disana, ia duduk di salah satu bangku meja yang berada di tengah cafe.
Tak butuh waktu lama bagi Yeri untuk menunggu teman-temannya itu. Karena ia tau, teman-temannya bukanlah tipe orang yang terlambat dan tidak penepat janji.
"Yeri-ah," suara Joy membuat Yeri mendongak. Dan benar, disana sudah ada teman-temannya. Senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya.
"Kalian habis dari mana? Kenapa cepat sekali sampai kesini?" tanya Yeri kebingungan, karena sebelumnya mereka berempat sudah pergi dari sekolah menuju ke rumah mereka masing-masing.
"Entahlah. Aku juga kaget karena saat supir pribadiku kupinta untuk berbalik arah menuju ke cafe ini, yang lainnya juga sudah datang. Sangat kebetulan," jawab Joy diselingi anggukan kepala dari Wendy, Irene, dan Seulgi.
"Kalian akan memesan apa?" Yeri memberi daftar menu kepada teman-temannya itu.
"Kusamakan saja denganmu," balas mereka kompak. Itu semakin membuat Yeri kebingungan dengan apa yang ia dengar sekarang.
"Hei ada apa dengan kalian? Kenapa daritadi kalian berperilaku sama? Gwenchana?" Yeri menatap teman-temannya satu persatu.
"Sudah dibilang bukan. Ini sebuah kebetulan Yeri-ah," Irene menatap datar Yeri yang masih sibuk dengan fikirannya.
Tak mau ambil pusing, ia langsung bergegas ke kasir dan mengutarakan pesanannya dan pesanan teman-temannya kepada pelayan. Tak lupa, ia membayar tagihannya dan kembali ke meja yang sudah diisi dengan tawa.
"Kalian sedang membahas apa?" tanya Yeri jutek, lalu duduk di bangkunya tadi.
"Kami membahasmu eoh," balas Wendy diselingi kekehan yang tidak terhenti sedari tadi.
"Untuk apa kalian membahasku, tidak ada yang bisa dibahas mengenai kehidupanku." Yeri memutar bola matanya malas dan itu membuat teman-temannya justru tertawa melihat tingkah laku Yeri yang masih kekanak-kanakan.
"Aku tidak bisa membayangkan jika kau satu atap dengan calon tunanganmu itu, lalu kau akan menjadi ibu di usia mudamu itu dengan mengandung satu anak laki-laki yang membuat calon tunanganmu itu selalu menjagamu dan menyusulmu ke sekolah untuk mencegah sesuatu yang buruk menimpamu," detik berikitnya, mereka semua membayangkan apa yang diucapkan Seulgi. Mereka langsung terbahak-bahak ketika membayangkan Yeri bersekolah dengan perut yang membuncit.
Namun tidak dengan Yeri, ia justru terlihat risih ketika membayangkan dirinya yang tengah hamil di waktu ia masih bersekolah di Seoul HighSchool.
"Itu tidak lucu," ricuh Yeri lalu menatap datar ke arah teman-temannya yang masih sibuk dengan tawaan mereka.
"Sudahlah berhenti. Jangan membahasku," tambah Yeri, namun percuma. Teman-temannya tetap tidak ingin berhenti dari kekehan mereka.
"Aku ingin memberi tahu kalian sesuatu,"
Hening. Tawaan yang sebelumnya terdengar sampai pojok cafe, mendadak langsung terhenti dan terfokus ke arah Yeri.
"Mark selalu mendekatiku akhir-akhir ini. Karena risih, aku selalu menolaknya ketika ia mengajakku pulang bersama. Tetapi, ada rasa kasihan yang hinggap di benakku ketika ia kembali ke sekolahnya dengan kepala tertunduk. Apa aku begitu kejam?" tanya Yeri lalu menundukkan kepalanya, mencoba mengingat kembali kejadian akhir-akhir ini. Ia yang selalu menolak ajakan Mark, membuat namja itu pulang ke sekolahnya dengan raut wajah kecewa.
"Sebenarnya kau tidak keterlaluan, itu yang akan dilakukan oleh wanita ketika ia mencoba menolak ajakan sang pria." jawab Wendy membuat Yeri mengangguk faham.
"Apa kau pernah merasakan apa yang kurasakan eonni?" tanya Yeri yang diangguki oleh Wendy.
"Biasanya, aku menolak ajakan dari Suga. Nam--"
"Dia marah bukan?" potong Yeri menyampaikan isi hatinya kepada Wendy.
"Bukan marah. Hanya kecewa. Marah dan kecewa itu berbeda Yeri-ah." balas Wendy lalu menatap dalam ke arah manik mata Yeri.
"Jangan khawatir. Sekolah kita tidak akan bertengkar dengan Big HighSchool lagi ketika ketua osis dari kedua belah pihak saling mengerti dan memahami satu sama lain," ucap Irene menambahkan.
"Aku takut sekolah kita dengan Big HighSchool kembali bertengkar dan bersaing secara kasar eonni," Yeri menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jari lentiknya itu.
"Tidak akan, aku yakin Mark tidak seegois itu Yeri-ah. Tetap mengokohkan keputusanmu adalah jalan yang bisa membawa sekolah kita menjadi lebih baik dari Big HighSchool. Jangan mudah menyerah ne? Kami berempat akan selalu di sisimu untuk menyemangatimu dari belakang," Seulgi mengelus-elus punggung Yeri yang sudah bersender di bahunya.
"Gomawo,"
Sejak Yeri dan teman-temannya membahas masalah Yeri, ada sepasang mata yang mendengar ucapan mereka dari jauh. Jung Eunha. Wanita itu tidak mudah menyerah untuk menjatuhkan harga diri Yeri yang sudah merendahkannya saat pertandingan Volly.
"Ck. Mari kita liat apa yang bisa ketua osis itu lakukan ketika melihat papan pengumuman besok," gumam Eunha lalu bergegas pergi untuk menyusun rencananya bersama teman-temannya.
.
.
.
.
"Apa benar? Yeri kita menjalani hubungan serius dengan ketua osis Big HighSchool?" ucapan dari siswa-siswi Seoul HighSchool tidak membuat Yeri memberhentikan langkahnya.
Ketika Yeri melewati papan pengunguman, ia melihat fotonya dengan Mark yang sedang memakan es krim bersama.
"Ck. Siapa yang membuat kabar fitnah ini? Ada-ada saja," Yeri kembali melangkahkan kakinya menuju ke perpustakaan. Namun langkahnya terhenti ketika teman-temannya dudah berada di hadapannya.
"Apa kau sudah melihat papan pengunguman?" tanya Irene mewakili pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan oleh teman-temannya.
"Sudah," singkat Yeri. Karena enggan membahas masalah satu itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah kolam ikan sekolahnya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau merobek kabar tersebut dan mengatakan kepada semua orang bahwa kabar tersebut bukanlah kabar yang benar," oceh Seulgi membuat Yeri memutar bola matanya malas.
"Untuk apa aku merobek berita itu kalau sebenarnya aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Mark? Biarkan saja berita itu tersebar. Aku juga tidak peduli," Yeri merapikan seragam sekolahnya dan membenarkan tasnya lalu menatap teman-temannya dengan tatapan yang seolah-olah berkata 'aku baik-baik saja'
"Aku menyukai sikapmu yang seperti itu Yeri-ah," Joy langsung berhambur ke pelukan Yeri. Tak lama, disusul oleh ketiga temannya yang langsung memeluk Yeri dari segala arah.
"Tapi bagaimana dengan perasaan calon tunanganmu itu?"
Tbc
Sry 4 typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose Me? •JungRi√ [s.1]
Fanfiction[Completed] "Apa aku harus memilihmu?"-jjk "Aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk memilihku. Pilih saja seseorang yang tepat untuk mendampingimu,"-kyr WhyDidYouChooseMe?-s.1 18.04.19 26.10.19