"Hei ketua osis. Kita bertemu kembali,"
Yeri mengerjapkan matanya, mencoba beradaptasi dengan wilayahnya sekarang. Cukup berdebu dan cukup membuatnya sesak nafas.
Yeri mendongak dan menatap seseorang yang berada di hadapannya sekarang.
"Eunha?"
"Yes? Kau memanggilku? Rupanya kau masih mengingatku," Eunha terkekeh pelan lalu berjalan mendekati Yeri. Ia mengangkat dagu Yeri yang terikat oleh tali tambang di sekujur tubuhnya.
"Ck, apa yang ingin kau lakukan?" Yeri menatap Eunha penuh dengan kebencian. Lalu, gadis itu membuang mukanya ketika wajah Eunha mendekati wajahnya yang sudah cukup pucat.
"Kau bertanya apa yang ingin aku lakukan? Ternyata ketua osis sepertimu tidak cukup pintar," Eunha menjauhkan wajahnya dari wajah Yeri lalu berjalan membelakangi Yeri. Ia menghampiri suruhannya yang tadi sudah berhasil membawa Yeri kemari.
Eunha mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada namja itu. Setelah ia menerimanya, namja itu segera pergi dari sana. Membiarkan Eunha menyelesaikan masalahnya dengan Yeri.
"Jadi, kau sudah merencanakannya lebih awal? Tak kukira kau akan berbuat sejauh ini. Apa ancamanmu kali ini? Aku pasti tidak akan melaksanakannya," ucap Yeri menekan kata 'tidak', sambil terus menatap Eunha tajam. Ia sama sekali tidak takut dengan yeoja dihadapannya kali ini.
Eunha bertepuk tangan sambil terus berjalan mendekati Yeri dengan perlahan.
"Kau? Tidak takut denganku? Benarkah?" balas Eunha meremehkan Yeri yang kini sedang menatapnya santai.
"Aku? Takut denganmu? Mana mungkin," kini, giliran Yeri lah yang meremehkan Eunha. Kedua tangan Eunha terkepal kuat mendengar ucapan Yeri. Namun, ia berusaha untuk meredakan emosinya itu.
"Ahh aku tau tujuanmu menculikku kemari. Apa kau mengancamku dan menyuruhku untuk menjauhi Jungkook?" tebak Yeri berusaha membuat Eunha emosi.
"Tentu saja. Karena aku sangat mencintai Jeon Jungkook. Daripada harus bersama dengan gadis se—"
"—pertimu, lebih baik ia bersama dengan gadis sepertiku bukan? Apa itu maksudmu?" sela Yeri memotong perkataan Eunha dan melanjutkan ucapan gadis itu.
"Kau membuat emosiku naik Yeri-ah," Yeri tersenyum menang ketika ia berhasil membuat Eunha emosi.
"Lalu? Apa yang harus aku lakukan untuk meredakan emosimu itu?" tanya Yeri dengan nada menantang. Ternyata, menggoda Eunha cukup menyenangkan bagi seorang Kim Yerim. Gadis gila.
"Kim Yerim. Tidak bisakah kau membuatku emosi?" tanya Eunha dengan kepalan tangan yang masih berada di kedua sisi tubuhnya.
"Aku suka menggodamu. Kenapa tidak boleh? Itu sangat seru," Yeri terkekeh geli melihat Eunha yang kini tengah menatapnya tajam.
Eunha melayangkan kepalan tangannya pada pipi kiri Yeri. Awalnya, Yeri meringis kesakitan saat merasakan perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Namun, ia mencoba tegar dan membuat Eunha melampiaskan emosi kepadanya terlebih dahulu.
"Pukulanmu tidak ada apa-apanya buatku." Yeri menatap Eunha yang kini terdiam terbeku sambil menatapnya.
"Hei? Kenapa kau tidak memukulku lagi? Cepat pukul aku. Aku tidak akan menolaknya. Lagipula, kau sudah mengikatku sekuat ini. Aku tidak akan pernah lolos dsri pukulanmu, bukan? Cepat pukul aku," pinta Yeri membuat Eunha menatapnya penuh smirk.
"Baiklah, jika itu keinginanmu. Aku akan membuatmu babak belur," Eunha tersenyum evil lalu kembali mendekati Yeri.
"Silahkan," balas Yeri sekenanya.
Eunha mulai memukul wajah Yeri terus menerus, hingga membuat Yeri mimisan. Tak hanya itu, ia juga memukuli perut Yeri dengan kuat.
Yeri hanya diam sambil menutup mata, merasakan rasa sakit yang membuat tubuhnya semakin lama semakin melemah.
"Hanya tinggal sentuhan terakhir untukmu nona Kim." Yeri membuka matanya dan menatap Eunha yang sedang mencari suatu barang dalam tasnya.
"Ck, ternyata kau belum puas juga menyiksaku." Yeri terkekeh lemah melihat Eunha.
"Tentu saja tidak. Bahkan aku ketagihan untuk memukulimu lebih lanjut." Eunha menemukan pisau yang ia cari sedari tadi. Lalu mengeluarkan pisau tersebut ke depan wajah Yeri.
"Jika kau tidak ingin menjauhi Jungkook, aku akan melukaimu. Namun, jika kau menjauhi Jungkook dan mengikuti perintahku, kau akan selamat." Eunha menggoreskan pisau itu pelan di sekitar telapak tangan Yeri.
Yeri menutup matanya menahan sakit yang luar biasa. Bahkan, darah sudah menetes dari kedua telapak tangannya.
Terdengar sirine polisi membuat Eunha menghentikan aktifitasnya. Gadis itu tampak cemas saat suara sirine polisi semakin banyak.
"Aku tidak akan melepaskanmu," Eunha menatap tajam Yeri lalu berlari keluar dari rumah kecil yang berada di tengah-tengah hutan.
"Ck, akhirnya kau kalah juga." gumam Yeri pelan. Tatapannya menatap punggung Eunha yang semakin lama semakin menjauh. Tak terasa, tatapannya yang begitu lemah, mulai memudar dan menghitam. Ia tidak bisa melihat apa-apa selain melemaskan tubuhnya yang sedaritadi mengalami rasa sakit disetiap bagiannya.
.
.
.
.
.
"Eomma, appa. Aku tidak menemukannya!" Jungkook berteriak frustasi sembari menjambak rambutnya.
"Kau sudah lama mencarinya Jungkook-ah. Lebih baik kau pulang kerumah dan istirahat. Biar pihak polisi yang akan mencari Yeri." ucap Ny.Kim mencoba menenangkan Jungkook.
"Seharusnya aku ikut dengannya ketika ia ingin membeli beberapa bahan dapur. Aku menyesal karena tidak ikut dengannya. Aku menyesal!" tubuh Jungkook melemah. Ia berdiri menggunakan tumpuan lututnya. Jungkook sibuk merutuki dirinya sendiri karena kecerobohannya dalam menjaga Yeri. Namun semuanya sudah terlambat, ia terlambat mengakui penyesalannya.
Bagaimana keadaan Yeri sekarang? Apa ia sudah makan? Apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan demi pertanyaan itu muncul di benak Jungkook. Membuatnya enggan kembali kerumah dan lebih memilih untuk mencari Yeri.
"Jungkook-ah, sekarang kau pulang. Pihak polisi akan membantumu mencari keberadaan Yeri." suruh Tn.Jeon yang dihiraukan oleh Jungkook.
"Jungkook-ah. Pulang." tegas Tn.Jeon membuat anak semata wayangnya itu hanya menganggukkan kepalanya lemah.
Untuk malam ini, Jungkook tidur di rumah kediaman Kim. Lebih tepatnya, ia ingin tidur di kamar Yeri. Ia sangat merindukan gadisnya itu. Kapan Yeri akan pulang dan memeluk Jungkook seperti sedia kala?
"Yeri-ah, aku merindukanmu. Cepatlah kembali, aku mohon jangan tinggalkan aku ne." gumam Jungkook pelan. Tak terasa, butiran air keluar dari kelopak matanya. Benar. Ia menangis. Jeon Jungkook menangis karena wanita? Daebak. Ini baru pertama kalinya seorang Jeon Jungkook menangis karena mengkhawatirkan wanita.
Orang tua Yeri dan orang tua Jungkook menyuruhnya untuk tidak menceritakan hal ini kepada teman-temannya dulu. Ada waktu yang lebih tepat dari sekarang untuk menceritakan kejadian ini kepada teman-temannya.
Jungkook terus menerus memikirkan keberadaan dan keadaan Yeri. Sampai akhirnya ia tertidur dengan mata yang sembab.
tbc
alhamdulilah updte :v uye
brrti hri ini udh triple up dong wkwkw
gmn ni feel part kali ini? ngena ga?:v
mau ngegas namatin season 1 nya:v
vomment ye ges
sry 4 typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose Me? •JungRi√ [s.1]
Fanfiction[Completed] "Apa aku harus memilihmu?"-jjk "Aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk memilihku. Pilih saja seseorang yang tepat untuk mendampingimu,"-kyr WhyDidYouChooseMe?-s.1 18.04.19 26.10.19