"Mianhae aku tidak bisa menerima perjanjian ini." tolak Yeri ketika Eunha mengajukan perjanjian yang mengikat mereka berdua.
"Kau ketos. Namun kau bernyali rendah nona Kim. Mana semua ajaran yang diberi Lee Saem ketika melatihmu untuk menjadi seorang ketua osis yang bijaksana? Apa sikap seperti ini yang ia ajarkan untukmu? Ck. Pantas saja sekolahmu itu tidak sefavorite sekolah kami." ucap Eunha meremehkan. Ia menatap Yeri dari atas sampai bawah.
"Jika aku bernyali rendah, kau apa?" tanya Yeri lalu mengalihkan pandanganya ke arah lain. Ia enggan menatap wajah Eunha.
"Dasar sombong," Eunha menginjak kaki Yeri membuat sang empu langsung menatap Eunha geram.
"Mianhae sudah menolak permintaanmu. Aku juga berterimakasih karena kau sudah menantangku. Annyeong," Yeri sedikit membungkukkan tubuhnya dan berjalan ke arah sekolahnya.
Eunha menatap risih Yeri yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya.
"Liat saja kau nanti." umpat Eunha lalu berlari kecil menuju sekolahnya yang tidak jauh dari posisinya sekarang.
"Yeri-ah. Kau habis kemana eoh. Kami menunggumu di basecamp, tapi kau tak kunjung datang." kesal Wendy yang dibalas dengan cengiran khas dari bibir Yeri.
"Mianhae eonni. Mark mengajakku ke cafe sebentar untuk membahas sesuatu disana," balas Yeri lalu duduk di sebelah Irene.
"Pft, baiklah. Karena bel akan segera berbunyi, lebih baik kita pergi ke kelas kita masing-masing dan ketika istirahat nanti, usahakan kalian berkumpul lagi ne. Aku akan menceritakan kalian sesuatu," pinta Wendy yang kemudian di angguki oleh semuanya.
.
.
.
.
"Kira-kira, apa yang akan dibicarakan oleh Wendy eonni? Jarang sekali ia menceritakan masalahnya ke kita." ucap Yeri ketika ia dan Joy sedang berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya.
"Entahlah Yeri-ah. Aku juga tidak tau tentang masalah apa yang akan diceritakan oleh eonni kita satu itu," jawab Joy lalu berjalan sedikit cepat dengan tas yang masih ia bawa dan ia tumpukan di pundaknya.
"Palli-ah. Aku takut kelas kita sudah dimulai eoh." Joy menarik pergelangan tangan Yeri sebelah kanan. Membuat Yeri langsung menghempaskan tangan Joy.
"Sakit bodohh." kesal Yeri lalu mengelus-elus pergelangan tangannya.
"Yak. Bagaimana kau bisa mendapatkan luka lebam ini? Bekasnya terlalu kelihatan Yeri-ah, tetapi kenapa aku tidak menyadarinya sedari tadi?" kata Joy sembari memeriksa pergelangan tangan Yeri yang membiru.
"Sudahlah, ayo kita ke kelas." Yeri menggeret Joy dengan tangan kirinya untuk menuju kelasnya.
Jam istirahatpun telah tiba, Yeri dan Joy memutuskan untuk pergi ke basecamp dan mendengarkan masalah Wendy yang akan ia ceritakan kepada RedFelv.
"Wendy eonni, apa yang akan kau ceritakan kepada kami?" tanya Joy mewakili pertanyaan dari teman-temannya.
"Aku sedang dekat dengan seseorang," jawaban Wendy membuat semuanya terkejut. Mereka memilih diam dan menatap ke arah Wendy dengan tatapan tanda tanya.
"Jangan menatapku seperti itu bodoh." umpat Wendy lalu menatap teman-temannya satu persatu.
"Apa aku tidak salah dengar? Kau? Dekat dengan namja? Hei. Kau sudah kelas 12. Apa orangtuamu mengijinkanmu untuk berhubungan dengan namja?" tanya Irene tak percaya. Sedangkan Wendy mengangguk dengan antusiasnya.
"Eonni, aku baru melihatmu seantusias ini. Memangnya siapa yang membuatmu menjadi seperti ini?" lagi-lagi, pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut mereka untuk Wendy.
"Kim Yoongi,"
"Kim Yoongi? Nuguya?" Seulgi menatap Wendy bingung, sedangkan yang ditatap langsung merona dan enggan menatap manik mata Seulgi.
"Aku bertanya padamu eoh." decak Seulgi menatap temannya yang sudah mulai menggila itu.
"Chakkaman. Bukankah dia anak basket yang bersekolah di Big HighSchool?" Yeri berfikir lagi dan benar, Kim Yoongi adalah salah satu anak basket yang kemarin ikut mewakili sekolahnya dalam lomba antar sekolah.
"Suga?" ucap Yeri lalu menatap Wendy untuk memastikan tebakannya benar.
"Bagaimana kau mengenalnya?" Wendy menatap Yeri seolah tak percaya dengan ucapan Yeri barusan.
"Aku hanya sekilas melihat nametagnya." jawab Yeri membuat Wendy mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagaimana kau bisa dekat dengannya? Bahkan orangtuamu menyetujui hubunganmu dengan Kim Yoongimu itu." tanya Irene yang masih bingung dengan alur pembicaraan mereka sekarang.
"Sebenarnya, kami sudah dekat dan menjalin hubungan dari kelas 11. Karena aku terlalu malu untuk menceritakan ini kepada kalian, aku memutuskan untuk menceritakannya sekarang." Wendy menatap sahabat-sahabatnya satu persatu. Ia tidak ingin membuat keputusan yang salah dan membuat teman-temannya atau sahabat-sahabatnya itu kecewa dengan keputusannya.
"Kalian tidak marah padaku kan?" tambah Wendy yang dibalas gelengan singkat dari teman-temannya itu. Wendy hanya membalas dengan senyuman khasnya yang ia ukir di bibirnya untuk keempat teman-temannya itu.
"Sudah berapa bulan kau berhubungan dengannya?" Seulgi mengubah duduknya menjadi berhadapan dengan Wendy.
"Entahlah. Mungkin 5 bulan." balas Wendy mencoba menghitung kembali seberapa lama ia dan Suga berpacaran.
"Pendekatan kalian lama sekali. Kenapa saat itu kalian tidak langsung menjalin hubungan? Jika kalian langsung menjalin hubungan, mungkin saja kalian sudah berhubungan 1 tahun lebih." ucap Joy yang digelengi oleh Wendy.
"Butuh waktu lama untuk kita saling memahami satu sama lain. Jadi, kita memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat ketika ingin menjalin hubungan ke jenjang serius." balas Wendy membuat Joy mengangguk faham.
"Aku juga ingin bercerita."
Tatapan Joy, Irene, Wendy, dan Seulgi terarah ke Yeri secara spontan.
"Apa yang akan kau ceritakan?" Irene menatap manik mata Yeri intens.
"Tadi pagi, Mark memintaku untuk menjadi kekasihnya,"
"Mwo?!"
"Jangan berteriak eonni. Aku tepat berada di sampingmu, jadi jangan berteriak tepat di telingaku." Yeri menatap Irene datar, yang ditatap hanya melontarkan cengirannya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mark? Ketua osis Big HighSchool?" ulang Seulgi yang kemudian diangguki oleh Yeri.
"Jadi, saat Mark mengajakmu ke suatu tempat. Ia mengutarakan perasaannya kepadamu dan mengajakmu untuk menjadi kekasihnya? Benarkah begitu?" Joy menatap Yeri yang masih mengangguk-angguk guna menjawab pertanyaan Joy.
"Ia menembakmu tadi pagi?" tanya Joy terus-terusan membuat Yeri menatapnya datar.
"Aku hanya memastikan. Jangan menatapku dengan tatapan datarmu itu," balas Joy lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Jika kau tidak bertanya terus-menerus, aku tidak akan menatapmu dengan tatapan datarku bodoh." balas Yeri lalu menatap ke arah lain.
"Lalu, bagaimana dengan luka lebammu tadi? Apa ia memaksamu untuk menjadi kekasihnya dan mencoba untuk melukaimu?" Joy kembali menatap pergelangan tangan kanan Yeri yang masih lebam sama seperti tadi pagi.
"Luka lebam? Yak Yeri-ah. Kenapa kau bisa mendapatkan luka seperti ini?" ucap Irene cemas lalu memegang pergelangan tangan kanan Yeri dan mencoba mengelus-elus pergelangan tangannya.
"Sudahlah eonni. Ini hanya luka kecil, jangan terlalu berlebihan." Yeri menatap Irene yang masih bergelut dengan pergelangan tangan kanannya.
"Siapa yang menyebabkan luka lebam ini?"
Tbc
Sry 4 typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did You Choose Me? •JungRi√ [s.1]
Fanfic[Completed] "Apa aku harus memilihmu?"-jjk "Aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk memilihku. Pilih saja seseorang yang tepat untuk mendampingimu,"-kyr WhyDidYouChooseMe?-s.1 18.04.19 26.10.19