Kamar...
Kulihat Tae sedang menonton TV di atas kasur. Untung saja saat aku dan eomma berberes, eomma mengingat kan ku untuk membawa obat-obatan untuk berjaga-jaga saja katanya.
"Oppa, minum obat dulu ne"-aku membawa obat di tanganku ke arah Tae dan segelas air putih.
"Nee"-Tae menjawab sambil masih fokus dengan tv.
Aku duduk di samping Tae dan menyuapinya obat. Setelah obatnya masuk, aku langsung memberikan Tae air.
"Mian, oppa. Gara-gara aku oppa jadi sakit sekarang"-aku menundukkan kepalaku karena menyesal.
"Hah? Tidak, ini bukan salahmu sayang. Aku terlalu terburu-buru ke perusahaan sampai lupa makan. Intinya, ini bukan salah kamu ya"-Tae mengelus rambut coklat ku dengan sangat lembut dan penuh perasaan.
"Nee"-aku tersenyum.
"Oppa mau tidur lagi ya, beneran nih mata oppa berat banget"-Tae mematikan televisi dan menaruh remote nya di nakas samping kasur, lalu menarik selimut dan tidur.
Setelah kurasa Tae sudah tidur dengan nyenyak, aku pun membaiki posisinya, karena bantalnya terlalu tinggi. Entah kenapa, aku jadi sedih melihat Tae seperti ini. Rasanya, aku ingin sekali mengambil sakitnya Tae.
"Get well soon, oppa"-aku mengelus rambut hitam legam suamiku lalu mengecup singkat keningnya.
Setelah itu, aku langsung keluar dari kamar dan menuju kamar anak-anak.
Tok...tok...tok
"Pagi nyonya, ada apa?"-ahjumma keluar kamar Taera.
"Bi, apa Taera udah bangun?"-aku sedikit menengok ke dalam.
"Sudah nyonya, nona Taera sudah bangun dari pukul setengah enam tadi"-ahjumma menjelaskan.
"Oh, nee. Sebentar, jam tujuh, mandikan dia ne. Biar ga terbiasa mandi siang-siang"-aku memberi tahu kepada ahjumma.
"Nee nyonya"-ahjumma membungkuk kpdku.
"Oh iya, jangan lupa kasi tau sama ahjumma yang lain juga ya"-aku berbalik meninggalkan kamar Taera.
Aku pun balik ke kamar. Aku berencana mengajak Tae ke rumah sakit sebentar.
Aku pun mendekati Tae.
"Oppa,,,aku anterin ke rumah sakit, me?"-aku sedikit menggoyangkan badan Tae yang lemas.
"Aa-nii"-Tae menggeleng pelan sambil terdengar menggerutu.
"Yakhh, kalo mau cepet sembuh tuh harus ke dokter sayang"-aku membujuk Tae agar mau ke rumah sakit.
"Haaaahhh"-Tae merengek tidak mau ke rumah sakit.
"Ya udah, kalo besok oppa masih panas, pokonya hari itu juga, kita ke rumah sakit. Titik"-aku sedikit merajuk dan memonyongkan bibirku.
"Hehehe, kamu lucu deh gitu, akhh"-Tae berusaha bangun tetapi roboh kembali karena ia merasa sakit kepala yang sangat hebat.
"Oppa, oppa kenapa? Gwaenchanayeo?"aku dengan nada khawatir.
"Akhhhh, kepalaku...aduhh,,, sakit bangett, akhh" Tae terdengar seperti memintaku untuk membawanya ke rumah sakit.
"Sebentar ya, aku panggilkan supir dulu"aku terlihat terburu-buru sekali, bahkan saat turun tangga hampir saja aku terpeleset.
"Pak San, tolong siapkan mobil ne, anterin saya dan tuan ke rumah sakit"aku dengan panik.
"Baik, nyonya"Pak San juga sama terburu-buru nya.
Aku kembali ke kamar dan menuntun Tae menuju ke lantai bawah. Lebih tepatnya ke garasi.
Sampai garasi...
"Yuk pak, jalan"aku menyuruh pak San untuk segera menjalankan mobilnya, karena aku tahu Tae tidak bisa menahan sakitnya.
"Nee, nyonya"pak San mulai menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
"Akhhhh, sakittt sekaliii kepalaku, akhhhh"Tae terus menerus meremas dan menjambak rambutnya untuk mengurangi sakit kepalanya.
"Sabar, dad. Bentar lagi kita sampe" aku memeluk Tae berusaha menenangkannya.
15 menit perjalanan...
Rumah Sakit...
Aku pun langsung membawa Tae menuju dokternya, karena saat ini rumah sakit nya masih sepi. Gimana engga, sekarang ini baru pukul tujuh lebih lima belas.
"Dokter, tolong suami saya, dok" aku memasukkan Tae ke ruangan periksa dokter itu.
"Ya ya, mari periksa dulu" dokter menyarankan untuk merebahkan tubuh Tae.
Setelah diperiksa, ternyata Tae mengalami vertigo. Aku yang mendengarnya pun terkejut. Bagaimana tidak, vertigo itu bisa di kambuh karena pikiran yang berat. Sedangkan aku tau, kalau sekarang perusahaan Tae sedang tidak stabil.
"Ini ya Bu, saya buatkan resep untuk obatnya. Obatnya diminum 3× sehari ya pak" dokter itu pada Tae.
"Baik, dok"aku dan Tae mengiyakan.
"Kalau begitu, kami permisi dulu dok, makasih" aku dan Tae permisi lalu keluar dari ruang periksa.
Saat ingin ke parkiran, aku bertemu dengan orang yang ku kenal dan tak asing lagi bagiku. Yakhh, dia Soomi dan seorang laki-laki.
"Hai, Nia. Lama tidak bertemu" sapa Soomi padaku dengan tersenyum bahagia dan menggandeng tangan lelaki di sampingnya.
"Ahhh, soomii... Lama ya kita tidak ketemu. Wah, usia nya udah berapa month?" Aku mengelus perutnya Soomi yang buncit.
"Jalan 8 month"-soomi mengelus pelan perutnya.
"Wahhh, kau menikah dengan Jimin? Wahhh, kalian wedding kok nggak ngundang?"Tae bercanda.
Siapa tadi namanya? Jimin? Wahhh, Soomi sangat beruntung karena mendapatkan suami yang sangat tampan. Dan yakh, Tae pernah cerita sama aku kalo dulu, saat masih di BTS, Jimin itu seorang yang memiliki power dance yang luar biasa dan aura yang sangat wahh, maka tak salah dia disukai banyak wanita. Tapi hanya satu orang yang sangat beruntung bisa mendapat tempat di hati seorang Park Jimin, ya, dia Min Soomi yang sekarang sudah menjadi Park Soomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life With Taehyung
Rastgele{CERITA TGL : 28 - 03 - 2019} menikah karena perjodohan bukan berarti kehidupan dalam pernikahan itu tidak bahagia❤