nightmare

1.2K 48 4
                                    

So guys, aku saranin kalian baca chapter ini sambil denger lagu yang sad song BTS gitu, kaya "spring day", "crystal snow" or "let go". Tapi aku paling setuju tuh kalo misalnya baca chapter ini pake lagu "Let Go"-BTS, biar kebawa suasana. Aku cuma saranin ya guys.

Happy Reading





07.00 pm
Hari ini aku ingin tteokbokki, jadi aku menelepon Tae dan meminta untuk dibelikan.

"Oppa, masih di kantor? Sibuk ga?"kataku sambil menelepon Tae.

"Aniyo, oppa ga sibuk kok. Oppa udah mau pulang, waeyo chagiya?"Tae dari sebrang telpon.

"Aku pengen tteokbokki, bole?"aku sedikit memohon.

"Bole, tunggu oppa di rumah ne" Tae seperti orang tersenyum saat berkata "tunggu oppa di rumah ne".

"Oke"aku senang sekali, karena sebentar lagi tteokbokki ku datang.

2 jam kemudian...

09.00 pm

"Aish, kenapa oppa jam segini belum dateng ya? Emang rame banget(?)" gerutu ku sambil menghubungi Tae, tapi ponselnya tidak aktif.

Aku pun masih menunggu Tae di kamar dengan perasaan khawatir, takut ada apa" dengannya.

Tiba-tiba, ponselku berbunyi, tanda ada yang menelepon. Ku lihat ponselku, yang menelpon berupa nomor yang tidak tercantum di daftar kontak ponselku. Aku pun mengangkat telponnya.

"Halo, siapa ini?"tanyaku dengan gemetar.

"Halo, apa benar ibu istrinya tuan Kim Taehyung?"suara seorang lelaki.

"I-iya, ada apa pak?"tanyaku tegang.

"Saya dari Rumah Sakit*** mengabarkan kalau Tn.Kim baru saja mengalami kecelakaan lalulintas dan sekarang ada di rumah sakit"cerocos dokter itu.

"Mwo? Aniyo! Dia sedang bekerja kok, paling sebentar lagi juga dia bakal pulang" kataku tidak percaya.

"Ini serius Bu, suami ibu mengalami kecelakaan di dekat restoran tteokbokki"jelas nya lagi.

"Iya dok, saya akan ke rumah sakit sekarang"aku memutus sambungan teleponnya dan terduduk di atas kasur.

Tidak percaya, ya itulah yang aku rasakan sekarang. Aku pun mengelap air mataku dan mengambil kunci mobil lalu pergi menuju rumah sakit.

Rumah Sakit...

"Permisi, apa ada pasien yang bernama Kim Taehyung?" Tanyaku pada resepsionis.

"Oh iya, betul. Pasien itu katanya mengalami kecelakaan lalulintas tadi dan sekarang sedang kritis"resepsionis.

"Dimana dia sekarang?"tanyaku khawatir.

"Dia ada di ruang rawat anggrek, nyonya"resepsionis.

"Ne, gomawo" aku pergi meninggalkan resepsionis dan menuju ruangan yang dimaksud.

Ruang Rawat...

Sampai di depan ruang rawat, kaki ku rasanya sangat berat untuk masuk ke ruangan itu. Aku pun menguatkan diriku untuk masuk ke ruangan itu.

Sampainya di dalam ruangan itu, betapa terkejutnya aku. Melihat kondisi Tae saat ini. Dengan kepala diperban, dan hidung yang dipasangi alat bantu pernapasan.

Aku yang melihat Tae terbaring dengan dipenuhi banyak alat, sakit sekali. Ya sakit sekali rasanya, seperti dihujam ratusan pisau. Aku pun menangis lalu mendekati Tae yang terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan gemetar.

Terlihat ada seorang dokter yang sedang mengecek kondisi Tae, menoleh ke arahku.

"Dok, gimana kondisinya?"tanyaku dengan gemetar.

"Begini Bu, pasien mengalami luka yang sangat dalam di bagian kepala dan itu membuatnya kekurangan oksigen, jadi kami bantu dengan nebula"jelas dokter sambil sesekali ia melirik ke arah Tae.

"Kapan dia sadar?"tanyaku mulai mendekati Tae.

"Kondisinya sangat kritis Bu, kecil kemungkinan untuk pasien sadar secepatnya. Kalau sudah mendingan, mungkin sebentar dia akan sadar"jelas dokter sebelum meninggalkan ruangan.

"Ya dok, gomawo ne"aku.

"Ya Bu, saya permisi dulu"dokter itu keluar dari ruangan.

Sekarang hanya ada aku dan Tae di ruangan ini. Aku hanya bisa duduk sambil menangis di samping Tae, berharap ia akan segera sadar.

Mata sembab, eyeliner luntur, pipi basah, yakh seperti itulah penampilan ku sekarang.

"Oppa, bangun oppa, demi aku hikss... Mianhae oppa gara-gara aku pengen tteokbokki, oppa jadi kaya gini hikss...bangun oppa... bangun"aku sesenggukan sambil menggoyang goyangkan badan Tae.

"Eughh"Tae melenguh yang membuatku sangat senang dan langsung memeluknya.

"Oppa, mianhae... gara-gara aku oppa kaya gini hikss... Aku janji ga bakal ngerepotin oppa lagi asal oppa cepet sembuh hikss...aku salah oppa hiks..."aku sesenggukan dan memeluk Tae dengan erat.

"Chagiya, i-ini bu-kan salah ka-mu kok. Oh iya, op-pa titip anak-anak, eo-mma sama appa ne. Kamu jaga diri baik-baik ne, op-pa pamit"Tae terbata-bata.

"Oppa ga boleh ngomong gitu hikss...oppa harus kuat ih, ga bole ngomong gitu"aku.

"Annyeong, uri cha-giya" Tae tersenyum lalu memejamkan matanya lagi.

"Oppa?! Oppa, bangun!"aku menggoyangkan badan Tae lalu memanggil dokter.

"Dokter, tolong suami saya hikss..."aku memohon kepada dokter itu.

Terlihat dokter itu mengecek kondisi Tae dengan wajah menyesal dan sedih mungkin. Lalu membuang nafas kasar dan menoleh ke arahku.

"Suster, cabut alatnya"-dokter dengan wajah menyesal.

"Wae? Kenapa alatnya dicabut? Suami saya ga apa-apa kan dok?"aku sangat khawatir dan gemetar sekarang.

"Mianhae Bu, tapi Tuhan berkata lain. Suami ibu sudah pergi" dokter menunduk.

"Engga, ga mungkin! Oppa!!!" Aku memeluk Tae.

"Yang sabar ya Bu, doakan saja supaya suaminya dapat tempat yang terbaik" suster menenangkan ku.

"Hikss...oppaaa...bangun!!! Oppaa!!!"aku sambil terisak.

Pemakaman Tae langsung dilaksanakan malam itu juga. Ku lihat Tae yang ada di dalam peti dengan jas hitam, celana panjang hitam, dan dasi di kerah kemeja putihnya.

Penampilannya yang seperti itu, mengingatkan ku saat dia akan berangkat kerja. Sebelum dia berangkat kerja, dia akan minta dipasangin dasi.

"Oppa, ijinkan aku memperbaiki dasi oppa untuk yang terakhir kalinya" aku sedikit membenarkan posisi dasi menjadi di tengah-tengah kerah.

"Nah, sekarang oppa udah ganteng kok, oppa bisa pergi tenang sekarang. Jaga diri baik-baik ya oppa, jangan lupain aku, anak-anak, eomma, appa ya oppa. Saranghae oppa" aku sedikit tersenyum.

Aku pun meneteskan air mataku dan perlahan tetesan itu berubah menjadi deras sekali saat aku melihat peti Tae dimasukkan kedalam tanah dan ditutupi tanah kembali.

Saat aku akan mendekat ke makam Tae, pandanganku jadi menghitam dan setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi denganku.

"Waeyo chagiya? Why you cry chagi?"itu suara Tae dan menggoyangkan badan ku.

Aku pun membuka mataku dan melihat Tae disampingku. Aku langsung memeluknya yang membuatnya bingung.

"Kamu kenapa nangis?"Tae memelukku juga.

"Hikss, oppa aku mimpi buruk. Aku mimpi oppa meninggal terus ninggalin aku sama anak-anak"aku menjelaskan.

"Ohh, ya udah diem ya. Oppa disini kok, ga kemana"Tae menepuk-nepuk punggung ku berusaha menenangkan ku.

Life With TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang