2 hari kemudian...
"Kajja, kita siap-siap mau pulang"-appa.
"Nee, aku akan membantu istriku berkemas"-Tae membantuku.
"Iya, memang seharusnya seperti itu. Kasihan kan istrimu badannya masih sakit masa harus membereskan barangnya sendiri"-eomma sambil menggendong satu anakku, satunya lagi digendong olehku.
"Hehehe, nee eomma. Tenang saja"-Tae.
Pukul 11.30
Perjalanan pulang
"Eomma, aku dan Tae punya rencana pindah rumah ma, pa. Karena aku ga enak sama eomma appa terus repot ngurusin kami, lagipula aku mau belajar mandiri"-aku.
"Yakhh, kau mau pindah rumah? Eomma mohon, jangan pindah nee?, Kalo kamu pindah, kamu tinggal dimana?"-eomma.
"Kamu mau pindah kemana? Apa rumahku kurang besar dan bagus?"-appa.
"Anii, bukan begitu appa, tapi aku pengen jadi ibu yang baik, yang bisa ngurus keluarga nya sendiri. Dan jadi menantu yang rajin. Kalau rumah yang appa miliki, itu sudah lebih dari cukup untukku pa"-aku menjelaskan.
"Iya pa, lagipula kami tidak enak hati merepotkan appa dan eomma. Ya, kalau misalnya aku dan Nia pindah, kan nanti appa eomma bisa tengok kita. Bisa main ke rumah kami"-Tae.
"Yakhh, ijinkan dulu si kembar diam di rumah bersama kami, seminggu saja"-eomma.
"Iya, betul itu. Ijinkan kami menggendong dan mengajak bermain cucu laki-laki kami meski itu hanya sementara"-appa menimpali dengan nada sedih.
Aku yang mendengar eomma dan appa yang berkata seperti itu yang kedengarannya seperti orang memelas, jadi tidak tega dan sempat akan mengurungkan niat untuk pindah rumah.
Rumah
"Nia, Tae, kalian istirahat dulu ya. Appa sama eomma juga mau istirahat."-eomma.
"Nee eomma"-Tae mengambil anak kami yang lagi satu.
Kami menuju ke atas dan istirahat di kamar. Seketika aku teringat dengan rencana untuk pindah rumah yang tadi kami bicarakan di mobil.
"Oppa, apa kita jadi pindah?"-aku.
"Belum tahu juga, by. Tunggu telpon dari temen aku aja"-Tae mengeluarkan barang barang ku.
"Iya iya. Tapi, kok aku ga tega ya liat appa sama eomma harus pisah sama cucunya, sedangkan ini kan cucu laki-laki pertama mereka"-aku menidurkan kedua babyku.
"Iya, aku juga berpikir seperti itu. Semoga aja cabang perusahaan appa di Dubai ga apa-apa"-Tae mengelus rambut ku.
I'm so sick of this fake love...fake love...(suara hp Tae).
"Bentar ya, temen aku telpon"-Tae.
"Heem"-aku mengangguk, dan tersenyum.
Tae pun keluar dari kamar dan menerima telponnya diluar.
5 menit kemudian...
Tae masuk ke kamar dengan raut tegang. Aku pun yang melihatnya juga jadi khawatir.
"By..."-panggilnya dengan lirih.
"Nee? Kenapa? Kok kamu tegang?"-aku.
"Kita..."-Tae menggantungkan kalimatnya.
"Kenapa?"-aku penasaran.
"Kita harus pindah ke Dubai besok"-Tae dengan wajah cemberut.
"Mwo? Aku ga mau sekarang"-aku.
"Tapi perusahaan appa yang disana lagi ga stabil"-Tae.
"Hmm, berapa lama kita disana?"-aku penasaran.
"Mungkin 2 Minggu atau bisa sampai 2 bulan"-Tae duduk di sampingku.
"Lama juga ya, hmmm. Aku jadi sedih kalau harus pisah sama eomma"-aku memonyongkan bibirku.
"Iya. Ya udah, aku pesenin tiket dulu ya, kamu kemasin dulu barangnya. Besok siang kita berangkat"-Tae mengambil hpnya.
"Nee"-aku menidurkan anakku.
Malamnya...
Kami turun menuju ruang keluarga. Ku lihat sudah ada appa dan eomma.
"Appa, eomma, aku mau bicara bole?"-Tae membuka pembicaraan.
"Nee, bole saja"-eomma.
"Memangnya kamu mau bicara apa? Kok mukanya tegang gitu?"-appa.
"Ahjumma Min, ajak Taera tidur. Sekarang sudah malam. Setelah dia tidur, tolong bereskan semua bajunya yang ada di lemari. Masukkan ke dalam kopernya ne"-Tae.
"Siap Tuan, permisi"-ahjumma Min.
Ahjumma Min pun menggendong Taera menuju kamarnya. Hingga pintu kamar Taera benar' tertutup dengan rapat.
"Begini ma, pa. Tadi teman aku nelpon, katanya perusahaan appa yang di Dubai lagi ada masalah. Jadi, kami besok mau berangkat ke Dubai siangnya"-Tae.
"Mwo? Kalian ga ajak anak-anak kan?"-eomma dengan wajah sedih.
"Anak anak terpaksa aku ajak, ma. Karena gimanapun kan mereka masih perlu susu selain susu formula"-aku dengan nada sedih.
"Yahh, kalo gitu eomma ga bisa main sama anak-anak dong...hemmm"-eomma dengan wajah yang sedih.
"Eh, bukan gitu eomma. Eomma kan bisa nyusul ke Dubai nanti, kalau eomma mau. Lagipula Tae bilang kami disana hanya 2 mingguan"-aku meyakinkan eomma biar tidak sedih.
"Kami juga kesana demi perusahaan appa. Emang eomma mau kalau upah eomma sebulan dikurangi sama appa?"-Tae
Eomma tampak terdiam dengan pertanyaan Tae seperti itu.
"Ya engga lah. Masa iya, kan eomma ga bisa ngeborong miniso dong hmm"-eomma.
"Oh iya, besok kalian berangkat jam berapa?"-appa.
"Mungkin sekitar jam 1 pa, soalnya kita terbang jam 3an"-Tae.
"Ya udah, eomma bantu kamu kemas barang"-eomma mengajakku.
"Nee eomma. Oppa, appa, aku sama eomma beres beres dulu. Oppa, aku sekalian beresin baju kamu nee?"-tanyaku pada Tae sebelum pergi ke kamar.
"Ga usah, nanti oppa beresin sendiri aja. Kamu beresin baju kamu sama Shin Shun aja"-Tae.
Aku dan eomma menuju kamarku untuk membereskan baju kami. Tapi sebelum sampai di kamarku, aku ke kamar Taera.
Tok tok tok...(aku mengetuk pintu kamar Taera).
Cklek...
"Ne, ada apa nyonya?"-ahjumma Min.
"Ahjumma,apa kau sudah membereskan bajunya Taera?"-tanyaku.
"Nee, sudah nyonya"-ahjumma Min.
"Ah, ne ne. Ahjumma juga beresin bajunya ya, besok kita berangkat"-aku.
"Ne"-ahjumma.
Aku pun meninggalkan ahjumma dengan tersenyum dan menuju kamarku.
Cklek...
"Cucuku udah tidur ternyata"-eomma sambil tersenyum melihat bayi kembar ku dan mengecup pipi mereka secara bergantian.
"Malam ini malam terakhir nenek liat kalian, muah"-eomma.
"Ga terakhir kok ma, kan nanti setelah urusan perusahaannya appa selesai, kita balik lagi"-aku.
"Tapi sampe kapan? Pokonya kalo di Dubai, sering sering video call eomma"-eomma.
"Nee eomma. Aku bakal kirim pesan kok"-aku.
""Nee, kajja kita beresin baju kamu. Eomma beresin baju kamu, kamu beresin baju mereka nee"-eomma.
"Nee eomma"-aku sambil mulai membereskan semua bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life With Taehyung
Random{CERITA TGL : 28 - 03 - 2019} menikah karena perjodohan bukan berarti kehidupan dalam pernikahan itu tidak bahagia❤