Keesokkan paginya.
Eunra membuka matanya secara perlahan, kemudian ia melirik ke sebelah kirinya, tidak ada Jimin.
Refleks Eunra bangkit dari posisinya dan duduk di atas kasur. "Jim, kamu kemana? Jimin? Sayang?" seru Eunra sambil melirik ke seluruh penjuru ruangan.
Karena tidak direspons dan tidak menemukan Jimin, Eunra turun dari ranjang dan hendak keluar dari kamar. Tapi saat sebelum ia sampai di pintu, Jimin membuka pintu, mata mereka pun bertemu.
"Eh kamu udah bangun?" sapa Jimin dengan senyuman manisnya.
Alih-alih membalas sapaan Jimin, Eunra bertanya, "Sekarang jam berapa, Sayang?"
Jimin melirik jam dinding, lalu menatap Eunra. "Jam setengah sembilan pagi," ujar Jimin.
Seketika mata Eunra membulat sempurna, ia terkejut, karena ia telat untuk berangkat kerja. "Astaga, aku telat. Oke, aku.. Aku mandi dulu, terus buat sarapan, oke?" Eunra terlihat tergesa-gesa sambil berlari menuju lemari untuk mengambil handuk dan pakaian yang akan ia pakai untuk bekerja hari ini.
Jimin berlari menghampiri Eunra dan memegang kedua tangan Eunra sebelum Eunra membuka pintu lemari. "Aku udah telepon pihak rumah sakit, memberitahu mereka kalau hari ini kamu gak masuk kerja. Aku juga gak akan kerja hari ini. Lalu soal sarapan aku udah buat sarapannya, nanti kita sarapan bareng, dan sekarang aku pengen kita bicara sebentar soal yang kemarin."
"Tapi Jimin---"
Jimin menyela, "Hari ini gak usah kerja dulu. Nurut sama suamimu ini ya? Ya, Sayang?" Jimin berbicara begitu lembut.
Pada akhirnya Eunra mengangguk, kemudian Jimin menarik Eunra untuk duduk di ujung ranjang.
Jimin menatap mata Eunra begitu dalam, tangannya menggenggam tangan Eunra dengan lembut. "Ada masalah apa di rumah sakit? Ayo cerita sama aku, aku dengerin semuanya," ujar Jimin.
"Maaf, Sayang, aku baru ingat pas bangun tidur tadi, kamu pasti kesusahan ya karena aku mabuk kemarin. Terus aku ngoceh gak jelas, maafin aku ya, Sayang." Eunra berujar sambil menatap mata Jimin.
"Bukan jawaban itu yang aku mau. Aku tanya, kamu ada masalah apa?" tanya Jimin. Eunra terdiam.
"Sayang, cerita sama aku, kamu gak bisa pendam sendiri. Kita ini udah nikah, aku punya tanggung jawab besar untuk menjaga kamu. Jadi, kalau ada masalah, cerita sama aku, Sayang."
Jimin melanjutkan, "Masalah kamu, bakal jadi masalah aku juga. Jadi, kamu harus cerita sama aku ya." Jimin menatap Eunra begitu dalam.
Eunra diam sambil menundukkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, Eunra mengangkat kepalanya dan menatap mata suaminya itu.
Kemudian Eunra mulai bercerita kepada Jimin.
Kemarin, salah satu Dokter senior lelaki di tempat kerja Eunra memarahinya karena Eunra tidak fokus bekerja. Kerja nya pun tidak becus, itu yang membuat Dokter senior itu marah.
Lalu, Eunra pun akhir-akhir ini tidak diizinkan untuk mengoperasi pasien karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Eunra sangat kesal pada dirinya sendiri yang masih terus memikirkan Ayahnya yang sudah pergi. Ia terlalu memikirkan masalah pribadinya sehingga membuat kerjaannya tidak dikerjakan dengan baik.
Setelah Eunra selesai bercerita, Jimin bertanya, "Jadi, kamu dimarahin sama senior kamu?"
Eunra mengangguk lalu mengatakan, "Tapi, aku memang salah. Seharusnya aku gak boleh bawa masalah pribadi ke pekerjaan. Wajar aja kalau aku dimarahin karena kerjanya gak becus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love ; BTS Jimin✔
FanfictionPark Jimin dan Choi Eunra sudah berhasil melalui banyak rintangan saat mereka pacaran. Kini, mereka sudah terikat dalam hubungan pernikahan. Mereka akan berjuang bersama lagi untuk menghadapi rintangan yang mungkin akan muncul di kehidupan pernikaha...