3. Painful

3.8K 208 3
                                    

Jimin menaiki tangga lalu masuk ke kamar, dan berdiri di tembok sebelah pintu. "Ayo kebawah, kita sarapan dulu. Setelah itu, kita berangkat ke bandara," ujar Jimin sambil menatap Eunra yang sedang duduk di pinggir ranjang.

"Kamu aja, aku gak laper," balas Eunra sambil tersenyum.

Jimin menghela napas lalu menghampiri Eunra dan duduk di sebelahnya. "Dari kemarin malam, kamu belum makan nasi loh, Sayang. Sekarang sarapan dulu yuk," bujuk Jimin sambil menatap Eunra yang kini sedang menundukkan kepalanya.

"Aku mau secepatnya ketemu sama Appa," ujar Eunra sambil mendongakkan kepalanya, matanya menatap Jimin dengan sendu.

Jimin berdiri di hadapan Eunra lalu mengatakan, "Iya, aku ngerti. Tapi kamu harus makan dulu, Sayang. Yuk ke bawah," katanya sambil mengulurkan tangannya.

Eunra menatap Jimin, tiga detik berikutnya, ia meraih tangan Jimin. Lelaki itu tersenyum lalu menggandeng Eunra menuju meja makan yang terletak di lantai bawah.

***

Setelah sarapan, Jimin dan Eunra kembali ke atas untuk mengambil koper.

Saat terdengar bunyi klakson mobil, Jimin berkata, "Taksinya udah datang, ayo kita berangkat."

Mereka pun keluar rumah, Jimin memasukkan koper mereka ke bagasi, sedangkan Eunra mengunci pintu rumah.

Setelah selesai, mereka masuk ke taksi, lalu taksi itu pun melaju menuju Bandara Incheon.

Di perjalanan, Eunra membuka layar ponselnya lalu mencari kontak pamannya. Setelah ketemu, Eunra menelepon pamannya itu.

Eunra menempelkan layar ponselnya ke daun telinganya. "Yeoboseyo, paman?" ucap Eunra setelah telepon sudah tersambung.

"Eoh, Eunra-ya, kau jadi berangkat ke Amerika hari ini?"

"Iya, ini aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Hmm, Paman, bagaimana kondisi Appa? Apakah sudah siuman?" tanya Eunra, dalam hati ia sangat berharap kalau Ayahnya sudah siuman.

Namun ternyata realita tidak sesuai dengan ekspektasi.

"Eunra-ya, Ayahmu belum siuman. Kondisinya belum membaik dari hari ke hari. Tapi, tetaplah berdoa agar Ayahmu bisa siuman," balas pamannya. Hati Eunra semakin tidak tenang saat mengetahui bahwa Ayahnya belum siuman, dan semakin memburuk kondisinya.

"Ya, pasti," ujar Eunra pelan.

"Kabari aku jika kau dan Jimin sudah tiba di Amerika, aku akan menjemput kalian di Bandara."

"Ne, arasseo. Aku tutup dulu teleponnya," ucap Eunra.

"Ne, hati-hati di perjalanan," balas pamannya.

"Ne, paman." Kemudian Eunra memutuskan sambungan teleponnya.

Jimin menatap Eunra dari samping lalu bertanya, "Bagaimana kondisi Appa?"

Eunra menundukkan kepalanya, lalu membalas dengan suara pelan, "belum siuman, kondisinya belum membaik."

Jimin sangat mengerti apa yang sedang Eunra rasakan, kemudian ia meraih tangan Eunra lalu ia genggam tangan itu, seolah-olah Jimin ingin memberikan kekuatan melalui genggaman tangannya.

"Teruslah berdoa untuk Appa, dan berpikir positif kalau Appa pasti bisa siuman dan sehat lagi. Jangan sedih terus, kamu harus kuat ya, Sayang." Jimin berucap dengan lembut, membuat hati Eunra terasa lebih tenang.

Eunra mengangkat kepalanya lalu menatap Jimin, wanita itu tersenyum.

"Kalau di saat kayak gini kamu gak ada, aku pasti udah hancur, Jim. Karena Eomma udah lama pergi, dan sekarang Appa lagi koma, jadi aku gak punya siapa-siapa lagi," ujar Eunra.

Our Love ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang