40. Psycho

2.4K 164 156
                                    

"Park Jimin, aku mau kita cerai, dan aku minta tolong urus perceraian kita secepatnya. Kita cerai."

Eunra memutuskan sambungan teleponnya, Jimin yang sedang duduk di pinggir kasur pun melempar ponselnya ke kasur dengan kasar, lalu ia melempar vas bunga yang terletak di nakasnya.

Prangggg!!

Vas bunga itu sudah pecah dan berserakan di lantai.

Jira yang mendengar itu pun berlari ke kamar sebelahnya, kini ia berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Ayahnya dari belakang yang sudah terlihat kacau.

Jimin yang masih belum sadar dengan kehadiran Jira pun kembali melempar vas bunga satunya lagi ke lantai sambil teriak, "ARGGHHHH!!!"

Prangggg!!

Pecah, kamar itu sudah penuh dengan pecahan vas bunga. Seperti hati Jimin, vas bunga itu hancur berkeping-keping dan terlihat kacau balau.

"Appa!!" teriak Jira dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Jimin menoleh dan terkejut ketika melihat Jira berdiri di ambang pintu. "Ji-Jira..."

Jira berlari ke arah Jimin, lantas ia berteriak, "Banyak pecahan vas, hati-hati, nak!"

Dengan hati-hati, akhirnya Jira bisa mencapai Jimin tanpa terkena pecahan vas bunga.

Jira duduk di pinggir kasur, tepatnya sebelah Jimin. "Appa... Appa kenapa? Jira membuat kesalahan ya? Jira buat Appa kesal ya? Maafin Jira kalau Jira buat Appa marah," ucap gadis kecil itu dengan mata berkaca-kaca.

Jimin menatap mata cantik putrinya itu sambil tersenyum getir. "Appa gak apa-apa kok," ucapnya.

Airmata Jira menetes kemudian ia berucap dengan suara bergetar, "Appa jangan lempar-lempar vas bunga lagi ya, Jira takut. Maafin Jira kalau Jira buat kesalahan dan Appa marah."

Jimin menggelengkan kepalanya, putrinya itu sama sekali tidak membuat kesalahan, hanya saja ia tidak bisa memberitahu putrinya tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Jimin tidak siap melihat reaksi anaknya ini ketika tahu orangtuanya akan berpisah, Jimin tidak sanggup melihat Jira menangis dan kebingungan untuk memilih ia akan tinggal dengan siapa, dengan Ibu atau Ayahnya. Hanya dengan membayangkannya saja hati Jimin terasa sakit, perih.

Jimin mengangkat tangannya dan mengusap airmata putri sulungnya itu. "Jira tidak membuat kesalahan kok, Appa juga tidak marah sama Jira."

Tangisan Jira semakin parah, ia juga tidak mengerti kenapa perasaannya saat ini sangat sedih. Menatap kedua mata Ayahnya membuat Jira ingin menangis, ia tidak tahu apa alasannya. Ia hanya merasakan sesuatu yang tidak mengenakan sedang terjadi, namun gadis kecil itu masih tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Jira masuk ke dalam pelukan Jimin dan memeluknya begitu erat, begitu pun Jimin, ia memeluk Jira begitu erat. Tanpa Jira ketahui, Jimin meneteskan airmata.

Jimin semakin mengeratkan pelukan Jira sambil mengelus kepala belakang gadis mungil itu, airmatanya mengalir semakin deras.

Jimin memang membutuhkan pelukan hangat sekarang, dan ia bersyukur bisa memiliki Jira yang selalu memeluknya saat keadaannya sedang kacau seperti sekarang ini.

"Appa sayang banget sama Jira, jadi jangan tinggalin Appa ya," ucap Jimin pelan namun lembut.

Jira menganggukkan kepalanya, Jimin tersenyum tipis dengan airmata yang terus mengalir tak kunjung berhenti.

"Appa saranghae," ucap Jira dengan suaranya yang terdengar lucu.

"Jira saranghae," balas Jimin dengan suara yang sangat lembut.

Our Love ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang