Keesokkan harinya, tepatnya pukul delapan pagi, seseorang memencet bel rumah Jimin, dan itu cukup bisa membangunkan Jimin yang semalam tertidur di sofa ruang tengah.
Jimin bangkit dari posisinya, duduk di pinggir sofa untuk mengumpulkan seluruh nyawanya sambil mengusap-usap matanya. Setelah dirasa sudah terkumpul semua, ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu.
Ia membuka pintu tersebut dan mendapat sambutan hangat dari seorang wanita. "Selamat pagi, Jimin-ah!"
"Astaga, Hyunbi-ya! Aku kaget!" ucap Jimin sambil terkekeh dan mengelus-elus dadanya. Hyunbi yang melihat reaksi Jimin hanya bisa tertawa.
"Ada apa? Aku kan sudah beritahu kemarin setelah meeting kalau kita libur untuk hari ini," lanjutnya.
"Aku tahu kita sedang libur hari ini, tapi kedatanganku ke sini memang bukan untuk pekerjaan," ujar Hyunbi.
Jimin mengernyit bingung. "Lalu untuk apa?"
"Untuk sarapan bersamamu, hehe. Ini aku sudah masak sarapan untuk kita hari ini." Hyunbi mengangkat totebag berukuran sedang yang berisikan kotak makan.
Akhirnya Jimin mempersilakan Hyunbi untuk masuk. "Baiklah kalau begitu, ayo masuk."
Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju dapur, dan Hyunbi mengikutinya dari belakang. "Istrimu... kemana?" tanya Hyunbi hati-hati.
"ada di rumah Ibuku, soalnya anak bungsuku ada di sana, dia masih butuh asi."
Hyunbi mengangguk paham.
"Kau siapkan saja dulu sarapannya, aku mau mandi dulu di atas."
"Baik!" balas Hyunbi. Lalu ia sibuk berkutat di dapur, sedangkan Jimin naik ke lantai atas untuk mandi.
Sekitar 20 menit kemudian Jimin turun ke lantai bawah dan disambut ceria oleh Hyunbi. "Sarapannya sudah siap di meja makan, mau makan sekarang?" tanya Hyunbi yang sedang duduk di sofa ruang tengah.
"Sebentar ya rambutku masih sangat basah, aku tidak betah kalau makan dengan rambut yang sangat basah seperti ini," ucap Jimin sambil menggosok-gosokkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Sini aku bantu," ujar Hyunbi.
"Tidak usah, merepotkan saja," balas Jimin sambil terkekeh.
Hyunbi menggelengkan kepalanya, lalu ia berdiri dan menarik tangan Jimin untuk duduk di atas bangku kecil, lalu Hyunbi duduk di single sofa tepat di depan Jimin.
Wanita itu mengambil alih handuk yang ada di tangan Jimin, lalu mulai menggosok-gosokkan handuk itu ke rambut Jimin.
Menit berikutnya Hyunbi menyimpan handuk kecil itu, dan menatap Jimin dalam-dalam. "Kau tidak pernah berubah ya, masih sama seperti Jimin yang aku kenal waktu kita SMA dulu."
Jimin terkekeh, "Tidak mungkin, aku pasti banyak berubah."
Hyunbi tertawa pelan. "Iya ada yang berubah. Tapi maksudku, sikap dan sifatmu tidak pernah berubah, kau selalu baik pada siapapun. Bahkan setelah kau sangat sukses saat jadi member Bangtan dan sekarang sukses menjadi pengusaha, kau tetap jadi orang yang sangat baik dan tidak pernah lupa dengan teman-teman lamamu, kau tetap rendah hati, pantas saja banyak orang yang menyayangimu. Orang di seluruh dunia menyayangimu, Jimin."
Jimin tertawa dan pipinya memerah, Jimin memang sering ngeblush jika dipuji. "Astaga, jangan berlebihan kau ini," ucap Jimin malu. Hyunbi hanya tertawa.
"Jimin-ah, apakah kau ingat hal bodoh apa yang pernah aku katakan padamu?" tanya Hyunbi.
"hmm, yang tentang kau... me...nyukaiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love ; BTS Jimin✔
FanfictionPark Jimin dan Choi Eunra sudah berhasil melalui banyak rintangan saat mereka pacaran. Kini, mereka sudah terikat dalam hubungan pernikahan. Mereka akan berjuang bersama lagi untuk menghadapi rintangan yang mungkin akan muncul di kehidupan pernikaha...