Wanita tua berumur 55 tahun itu duduk di sofa dengan album keluarga di atas pahanya. Tangan yang sudah keriput itu bergerak membuka lembar demi lembar album foto tersebut dengan perasaan rindu, haru, dan bahagia.
Ia membuka halaman yang menampilkan foto lama, di sana ada dirinya, suaminya, anak sulungnya yang masih SMA pada saat itu, lalu anak keduanya yang masih SD pada saat itu, lalu si kembar laki-laki yang masih sangat kecil pada saat itu.
Jari-jari tangannya kini mengelus foto lama tersebut. Ia sangat merindukan anak-anaknya.
Tanpa ia sadari, cairan bening itu menetes dari matanya.
Kemudian seorang pria tua berumur 57 tahun duduk di sebelahnya, dan mengusap airmata istrinya itu. "Jangan nangis," ucapnya lembut.
Wanita tua bernama Eunra itu menoleh ke arah Jimin, suaminya, dan tersenyum tipis. "Aku kangen anak-anak. Udah hampir tiga minggu mereka tidak pernah ke sini lagi karena kesibukkan mereka."
"Aku juga kangen anak-anak, tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak bisa mengganggu mereka," ucap Jimin.
"Sabar aja, mereka pasti akan ke sini kalau ada waktu luang," lanjutnya.
Eunra menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Kangen sama cucu kita juga," ucap Eunra.
Jimin merangkul istrinya itu dan berkata, "Iya sabar ya."
"Udah makan?" tanya Jimin, Eunra mengangguk.
"Udah minum obat?" tanya Jimin lagi. Wanita itu mengangguk lagi.
"Kamu juga udah makan sama minum obat?" tanya Eunra.
"Udah kok," balas Jimin.
Ada saja yang dirasa sakit sehingga mereka harus memakan banyak obat, mereka sudah tua, wajar saja. Namun Eunra daya tahan tubuhnya lebih kuat daripada Jimin, ia lebih sering sakit.
Beberapa menit kemudian terdengar suara bel. Jimin dan Eunra pun bangkit untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka...
"SURPRISE!!!"
Di sana ada Jira beserta suami dan dua anak laki-lakinya, Rowoon beserta istri dan satu anak perempuannya, dan si kembar Minwoo dan Minhyuk beserta istri mereka yang masing-masing masih mengandung. Istri Minwoo mengandung 7 bulan, sedangkan istri Minhyuk mengandung 4 bulan.
Mereka datang ke sini tanpa bilang kepada Jimin dan Eunra. Mereka ingin membuat surprise, dan mereka berhasil. Kini Jimin dan Eunra tersenyum lebar dan terlihat bahagia.
"Anak-anakku..." Eunra meneteskan airmata saat ia memeluk anak-anaknya, mulai dari si kembar, Jira, lalu si tampan Rowoon. Jimin pun melakukan hal yang sama, memeluk anak-anaknya secara bergantian.
Kini mereka sudah berkumpul di ruang tengah. Jimin dan Eunra bermain dengan cucu-cucu mereka, anak dari Jira dan Rowoon.
"Nenek, Kakek, kemarin aku mendapat juara satu di kelas," ucap anak kedua Jira yang berumur 7 tahun.
Eunra dan Jimin tersenyum. "Pintar sekali cucu Kakek, mau hadiah apa?" tanya Jimin sambil mengelus rambut lelaki mungil itu.
"Aku nggak mau hadiah, aku sudah bertemu Kakek dan Nenek saja sudah senang," balasnya. Jimin tersenyum, cucunya yang satu ini memang berhati lembut.
"Minwoo-ya, bagaimana keadaan kandungan istrimu, apakah ada masalah?" tanya Eunra sambil menatap Minwoo yang duduk di sebelahnya.
"Baik-baik saja, Bunda. Hanya saja dia lebih manja semenjak hamil," jawabnya.
"Wajar ya, dan kamu harus turutin kemauan dia," balas Eunra. Minwoo menganggukkan kepalanya.
"Lalu kamu Minhyuk, gimana istrimu?" Eunra beralih menatap si bungsu Minhyuk.
"Istriku masih sering mual-mual. Tapi gak apa-apa, itu wajar kan, Bun."
"Kalau ada apa-apa langsung bawa ke rumah sakit ya," ucap Eunra, Minhyuk mengangguk paham.
"Rowoon-ah, perusahaan berjalan lancar?" tanya Jimin sambil menatap Rowoon.
"Lancar, Yah. Semuanya berjalan dengan baik," jawab Rowoon yang kini sedang menggendong anak perempuannya yang masih berumur dua tahun.
"Bagus," ucap Jimin sambil menepuk-nepuk bahu Rowoon.
"Jira-ya, kamu gimana? Karirnya lancar gak ada masalah kan?" tanya Jimin yang kini sudah menatap Jira.
Jira menatap Jimin sambil tersenyum dan menggenggam tangan kanan Ayahnya itu. "Karir aku baik, sangat baik. Ayah bagaimana? Ayah sehat, kan?"
Jimin meletakkan tangan kirinya di atas tangan Jira lalu mengusapnya lembut. "Ayah udah tua, sering sakit, tapi gak apa-apa kan ada Bunda yang jagain dan selalu ngingetin Ayah minum obat."
Raut wajah Jira terlihat sedih. Ia lalu memeluk Ayahnya begitu erat. "Maafin Jira ya gak bisa nemenin Ayah sama Bunda di sini setiap hari," ucapnya.
Jimin tersenyum tipis dan menepuk-nepuk punggung Jira pelan. "Gak apa-apa, nak. Kamu datang seminggu sekali juga Ayah udah senang."
"Ayah atau Bunda kalau sakit, kalau ada apa-apa langsung telepon Jira atau Rowoon atau si kembar, ya, kami pasti langsung ke sini. Dulu kan Ayah sama Bunda yang jagain dan ngurus kami, nah sekarang gantian, udah jadi kewajiban Jira, Rowoon, Minwoo, dan Minhyuk untuk jagain Ayah dan Bunda."
Jira mengeratkan pelukannya. "Ayah sama Bunda harus sehat, harus bahagia, dan menikmati hidup dengan tenang. Kita semua sayang banget sama Ayah dan Bunda. Sayang banget."
Jimin menganggukkan kepalanya. "Iya, nak," ucapnya.
Beberapa menit kemudian, Jimin dan Eunra duduk di sofa besar ruang tengah dan memperhatikan anak-anak dan cucu-cucunya yang sedang saling berinteraksi di hadapan mereka.
Jimin dan Eunra bergandengan tangan dengan tatapan dan senyum haru.
"Anak-anak sudah dewasa, kita sudah punya cucu juga, kita semakin tua, dan aku cukup bahagia di hari tuaku ini, karena adanya kamu, dan mereka," ucap Eunra.
"Kita berhasil mempertahankan cinta kita. Ayo menua bersama sampai Tuhan memanggil kita. Aku mencintaimu, Eunra."
"Aku juga mencintaimu, Jimin."
They said again,
OUR STORY has ended here, but OUR LOVE will never end till the end of OUR LIFE.
– THE END –
the biggest love and thank you for my lovely readers. ilysm💜💜💜
best regards,
novrajeana.21 Mar 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love ; BTS Jimin✔
FanfictionPark Jimin dan Choi Eunra sudah berhasil melalui banyak rintangan saat mereka pacaran. Kini, mereka sudah terikat dalam hubungan pernikahan. Mereka akan berjuang bersama lagi untuk menghadapi rintangan yang mungkin akan muncul di kehidupan pernikaha...