"Eomma sama Appa harus bareng-bareng terus ya, karena Jira sama Rowoon gak mau kehilangan Eomma atau Appa. Eomma sama Appa harus bersama terus, janji sama Jira ya?" Jira menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
Jimin dan Eunra diam. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa, karena mereka juga tidak bisa menjanjikan apapun. Mereka tidak bisa berjanji untuk terus hidup bersama, tidak bisa.
Apa yang harus mereka katakan kepada Jira? Apakah mereka harus berbohong demi menjaga perasaan anak mereka?
"Kok diam saja? Eomma sama Appa akan terus bersama-sama, kan?" tanya gadis itu dengan tatapan sedihnya.
Jimin menatap Eunra lalu mengangguk pelan, melalui tatapannya ia memohon kepada Eunra untuk mengiyakan saja dulu permintaan Jira. Jimin hanya tidak ingin mengecewakan putri sulungnya itu.
"Eomma sama Appa akan terus bersama-sama, dan gak akan ninggalin Jira sama Rowoon," ucap Eunra dengan senyum tipisnya.
"Janji ya?" balas Jira.
Eunra diam, namun Jimin menyahut, "Janji."
Jira tersenyum lebar. Senyumnya terlihat sangat tulus, dan itu membuat hati Jimin dan Eunra sakit. Anak kecil manis itu benar-benar mencintai keluarga kecilnya.
***
Keesokkan harinya pukul delapan malam. Eunra ada di rumah bersama Rowoon, Jira dijaga oleh ayah dan adiknya Jimin. Eunra dan Jimin akan beristirahat di rumah setelah lelah berhari-hari menginap di rumah sakit.
Setelah menidurkan Rowoon di box bayi, ia duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.
Sekitar 10 menit kemudian, terdengar suara mobil dari luar. Eunra yakin, itu pasti mobil Jimin.
Eunra berdiri lalu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Tepat ketika ia sudah membuka pintu, Jimin jatuh ke dalam pelukannya, dan itu hampir saja membuat Eunra oleng dan jatuh. Untung saja wanita itu dapat menahannya.
"Eh kamu kenapa?" tanya Eunra sambil mengernyit bingung.
"Pusing... di... ngin..." ucap Jimin sambil menggigil.
Eunra memegang kening Jimin dan ia terkejut saat meraskan suhu tubuh Jimin yang sangat panas. "Kamu demam," ucap Eunra.
"Lepas dulu bisa ya? Aku mau kunci pintu dulu," ucap Eunra, Jimin menggelengkan kepalanya dan masih menutup kedua matanya, ia semakin mengeratkan pelukannya.
"Yaudah gapapa kalau gak mau dilepas," ujar Eunra, lalu ia menutup dan mengunci pintu dengan posisi Jimin yang masih memeluknya.
Setelah itu ia hendak melanglahkan kakinya menuju kamar, namun Jimin tiba-tiba jatuh, Eunra terkejut dan panik bukan main. Eunra berjongkok dan menatap wajah Jimin. "Yaampun kamu pucat banget. Bisa bangun? Bisa jalan gak?"
Jimin menggeleng lemah. "Pusing..." ucap Jimin pelan.
Jimin benar-benar sakit. Wajahnya pucat, tubuhnya menggigil walaupun ia berkeringat dan bersuhu panas.
"Ayo aku bantu jalan ya," ujar Eunra sambil melingkarkan tangan Jimin di lehernya. Lalu ia melingkarkan tangan kanannya di pinggang.
Lalu ia membawa Jimin ke kamar yang ada di lantai dua dengan seluruh kekuatannya dan penuh perjuangan.
Eunra membaringkan tubuh Jimin di kasur, lalu bergerak cepat mengambil kaos di lemari.
"Ganti baju dulu, kemeja kamu basah itu takutnya masuk angin kalau gak diganti," ucap Eunra sambil membantu Jimin untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love ; BTS Jimin✔
FanfictionPark Jimin dan Choi Eunra sudah berhasil melalui banyak rintangan saat mereka pacaran. Kini, mereka sudah terikat dalam hubungan pernikahan. Mereka akan berjuang bersama lagi untuk menghadapi rintangan yang mungkin akan muncul di kehidupan pernikaha...