HC 31

34.3K 3.8K 320
                                    

Jogjakarta, Indonesia

Sang surya telah condong ke arah barat. Panas yang tadi sempat menyengat kini beranjak teduh. Setelah pukul dua lebih, bus sekolah sudah sampai tujuan kedua, Kota Jogjakarta.

Hal ini disambut dengan riang para peserta ziarah wali. Sepanjang perjalan keramaian bus tak luput dari nyanyian dan cerita asik satu sama lain. Berbeda dengan temannya yang lain, fokus Annisa lebih ke arah ponselnya. Begitu banyak teman-teman yang mengucapkan selamat ulang tahun karena genap tujuh belas tahun melihat dunia.

Tadi pagi kakak laki-lakinya, Ihsan, juga sudah mengucapkan ulang tahun. Dan rencananya malam ini akan memberikan kejutan setelah dirinya sampai di Jogjakarta. Tentu hal manis tersebut sangat dinantikan olehnya. Setelah kejadian paling menyedihkan dan memalukan keluarganya enam bulan silam, Annisa memang belum bertemu dengan Ihsan sama sekali.

Abang Ganteng
Danis udah ngucapin?

Bahkan Danis pun tidak memberi pesan ucapan selamat lewat chat media sosial. Beberapa hari belakangan teman abangnya itu memang jarang memberi kabar dan mengirim pesan. Biasanya topik-topik tidak penting akan meluncur begitu saja memenuhi ruang obrolan.

Annisa Shaqina
Nggak ngechat, hampir seminggu

Padahal beberapa waktu lalu Annisa pernah mengabarkan pada Danis jika dirinya akan ke Jogjakarta bersama rombongan ziarah wali. Lelaki itu juga bilang akan menemuinya. Namun mendekati hari di mana mereka akan bertemu Danis menghilang begitu saja.

Annisa tidak kecewa Danis tidak mengirimkan pesan dan kabar, sungguh tidak. Tetapi aneh saja, nama yang biasanya terselip antara Ihsan dan teman pesantrennya tidak lagi ada notifikasi.

Teman-temannya yang lain, tadi sempat memberinya ucapan selamat, hampir semua yang mengenalnya. Namun nyatanya ucapan dari seseorang yang begitu dia harapkan tidak kunjung jua didapatkan. Padahal keduanya berada dalam ruang dan waktu yang sama. Bahkan jarak pun hanya terbilang beberapa meter.

Gus Malik mungkin nggak tau kalo hari ini aku ulang tahun.

Itu adalah kemungkinan paling tepat yang Annisa selalu pikirkan. Dia siapa? Sampai Malik harus tau dan mengucapkan selamat di hari lahirnya. Calon istri juga bukan.

"Nis, rumahmu ada yang di Jogja kan?" tanya Sinta setelah keduanya hening cukup lama dan sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Iya, bang Ihsan di sana."

"Aku nggak mau nanyain abangmu, tapi ... rumah Kak Danis kamu tau nggak? Deket nggak sama hotel nanti?" Sinta memasang wajah serius. Selalu begitu jika sudah tentang Danis.

"Nggak tau, nggak pernah nanya," jawabnya jujur.

"Menurutmu berapa besar kemungkinan hari ini kita ketemu sama Kak Danis?"

"40% mungkin?" jawabnya tidak yakin.

"Lebih besar dikit lah, udah kangen nih aku lama nggak ketemu."

Annisa tau, Sinta selalu bercerita banyak bagaimana selama ini mengagumi Danis dalam diam, memandang dari kejauhan, dan berakhir dengan pujian. Apalagi setelah sang idaman berpindah sekolah ke Kota Gudeg. Hari-hari Sinta tak luput dari kata rindu dan kangen, kemudian berujung sebuah kode di Instagram story. Berharap Danis akan membacanya dan hatinya kembali berbunga.

"Coba aja chat, Sin. Biasanya kamu kalo kepepet kangen juga ngechat. Tanyain sekalian, bilang kebetulan lagi di Jogja, gitu."

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang