HC 46

31.7K 2.8K 455
                                    

Segala makanan khas Kota Gudeg telah tersaji di meja makan ndalem milik Kyai Ahmad dan Nyai Siti. Para santriwati telah menyiapkan itu semua selepas waktu Maghrib. Sebisa mungkin menyajikan yang terbaik untuk calon besan Pesantren Al-Ikhlas, siapa yang tidak kenal Kyai kondang dari Kota Beriman Jombang? Yang kajian ilmunya telah dikenal seluruh penjuru Nusantara, eksistensinya mentereng di jajaran Kyai senior Indonesia, Kyai Zainal Muttaqin.

Setelah menyajikan hidangan, para santriwati menuju kembali ke asrama untuk menyaksikan kedatangan Malik dan keluarga secara diam-diam. Sebagiannya lagi tetap tinggal di dapur untuk menyiapkan segala keperluan nantinya.

Sedangkan sang calon istri tengah bersembunyi di kamar milik Nyai Siti. Di sana Zaskia ditemani Diva dan Nyai, mereka tengah mempersiapkan Zaskia seanggun mungkin untuk bertemu keluarganya yang baru. Awalnya Zaskia menolak untuk diberi polesan wajib milik perempuan, tetapi Diva meyakinkan bahwa ini adalah untuk calon suaminya dan malam ini hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Mau tidak mau, Kia pun menurut untuk diubah oleh sahabatnya itu.

Zaskia yang pada dasarnya memiliki wajah cantik, dipoles sedikit dengan make up hingga tampak elegan. Alis matanya yang hitam dirapikan dengan pensil alis, sisi pipinya yang menyimpan lesung diberi perona merah muda, sampai menyisakan cantik yang nyaris sempurna di wajah kearabian itu. Siapapun pasti akan terpesona dengannya malam ini, khususnya Malik yang akan memberi ikrar khitbah padanya.

Memikirkan itu dalam diam, Zaskia tersenyum sendiri. Rona merah di pipinya selaras dengan blush on yang dikenakan. Semoga Gus Malik akan menyukainya nanti dan selamanya.

Karena pada dasarnya Kia pun tidak tau apakah Malik mau dijodohkan dengannya atas dasar suka seperti perasaannya pada lelaki itu. Ataukah karena patuh dan taat pada sang Abi sebagai anak yang baik.

"Buka matamu, Kia, lihat cermin. Kamu seperti Cinderella malam ini," ucap Diva setelah meletakkan kuas brush di tempatnya. Selesai menghias wajah Zaskia yang memang pada dasarnya sudah cantik.

Setelah membuka mata, Zaskia memerhatikan pantulan dirinya di cermin. Perempuan itu, di seberang sana, seperti bukan dirinya. Itu bukan Zaskia Jameela seorang gadis yang hidupnya penuh pilu perjuangan. Bukan seperti Zaskia yang biasanya tampil dengan setabur bedak bayi dan lipcream natural.

Kia menyentuh layar cermin. Meraba pantulan wajah cantik di seberang sana. Diakah aku? Diakah Zaskia yang malang itu?

"Diva..." Kia langsung memeluk sahabat baiknya itu. Matanya yang sudah dihias rapi dengan sentuhan eyeshadow dan maskara kini sedikit luntur karena air mata.

"Eh eh, jangan nangis deh. Nanti make up-nya luntur," kata Diva yang sekarang wajahnya sudah merebak merah. Ah, dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagia ini.

Sahabatnya, gadis yang hidupnya penuh ujian itu, pemilik pundak kuat dan pendirian yang kokoh, akhirnya bertemu dengan sang jodoh. Lebih mengharukannya lagi ketika sang calon adalah orang yang selama ini Zaskia idamkan dalam hati. Semesta benar-benar berbaik hati padanya.

"Selamat ya, Ki. Nanti kalau udah nikah jangan lupa sama aku ya," lanjut Diva dengan suara yang serak.

Zaskia semakin mengeratkan pelukan. "Pasti, pasti Diva. Kamu adalah sahabat terbaikku till Jannah."

"Aamiin."

Ini adalah momen kesekian kali Nyai Siti memandang santriwatinya dilamar oleh lelaki, tetapi masih saja merasa terharu. Dibandingkan dengan yang lain, memang Zaskia lah yang sudah Nyai anggap sebagai putri sendiri. Kebaikan, keramahan, dan kesederhanaan Zaskia membuat siapapun jatuh cinta dengan apa adanya pada gadis itu. Andaikan takdir berbaik hati kepadanya, mungkin yang Nyai pandang sekarang adalah putrinya sendiri, yang lahir dari rahimnya.

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang