Ralat, Annisa berusia 23 tahun yaa. Maaf, Author salah menghitung. Jika menemukan typo di part-part selanjutnya terkait dengan usia Annisa mohon untuk ditandai. Terima kasih.
***
Matahari terik menyinari sudut pesantren megah yang tidak jauh dari kota itu. Masuk dalam celah jendela dan pintu yang terbuka, memberi penerangan dari sisa gelap semalam. Seorang santriwati keluar dari ndalem Kyai pemilik pesantren diikuti Nyai. Tampak ada sesuatu yang penting hingga sepagi ini Kyai memanggil santriwati itu, segurat ketegangan juga terlihat dari wajahnya.
"Zaskia, pikirkan baik-baik ya? Kami hanya menyampaikan pesan sebagai orang tuamu di sini," pesan Nyai kepada Zaskia.
Kia mengangguk. "Inggih, ba-baik Nyai." Detak jantungnya masih berpacu kuat.
"Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama saya. Ndak perlu sungkan. Kamu wes tak anggep seperti anakku sendiri."
"Nggih, nyai," jawab Zaskia, "Kia mohon izin kembali ke asrama."
Nyai tersenyum. "Ya, nduk. Sing sregep yo kuliah e."
"Nggih, siap, nyai," mencium punggung tangan Nyai, "Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Setelah itu Zaskia melesat ke gedung sekolah santri yang masih sepi, tidak langsung ke asrama. Dipeganginya pipi yang terasa memanas karena merona. Jantungnya pun masih kuat berpacu, perasaannya bahagia tak keruan.
Pagi ini setelah shalat subuh di masjid, Kia dipanggil Nyai pemilik pesantren karena ada hal penting yang harus disampaikan. Keduanya mengobrol sebentar sembari menunggu Kyai pulang dari masjid.
"Kamu wes siap nikah, nduk?" tanya Nyai.
"In Syaa Allah, Nyai, tapi jodohnya yang belum ada," jawab Zaskia terus terang.
Nyai tersenyum. "Alhamdulillah kalau kamu sudah siap. Menikah itu adalah ibadah paling besar. Sebagai manusia kita harus menyiapkan yang terbaik sebelum datangnya pernikahan, baik psikis maupun fisik."
Zaskia hanya menyunggingkan senyum. Sebenarnya dia tidak tahu mengapa sepagi ini dipanggil Nyai ke ndalem. Dirinya memang kenal dekat dengan Kyai dan Nyai karena beberapa kali mengikuti lomba tilawah dan sebagai santriwati pindahan dari pesantren besar di Jawa Timur.
Sampai saat ini Kyai dan Nyai belum dikaruniai keturunan. Beliau menganggap para santri yang mondok di Al-Ikhlas adalah putra-putrinya, termasuk Zaskia.
"Em, mohon maaf, Nyai. Sebelumnya ada apa nggih Kia dipanggil ke sini?" tanya Kita dengan sungkan.
"Ada kabar baik. Nanti biar Kyai yang menjelaskan langsung sama kamu," ucap Nyai dengan tidak mengurangi kadar senyumnya. Zaskia pikir Nyai sedang bahagia saat ini.
"Ada yang mengajukan perjodohan sama kamu, nduk. Makanya kamu dipanggil ke sini." Kyai yang baru saja masuk ruang tamu, menjawab langsung pertanyaan Zaskia yang sempat dia dengar.
"Ma-maksudnya, Kyai?" Zaskia bingung.
Kyai mengambil tempat di sebelah istrinya. "Kemarin ada yang mengajukan perjodohan kepada saya, untuk kamu. Surat itu ditulis langsung oleh Kyai Zainal Muttaqin, Kyai pesantren Deen Assalam, tempat kamu mondok dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓
SpiritualSUDAH TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut saat kalimat saya cinta kamu yang terlantun tanpa ridho Allah, itu adalah langkah pertama saya untuk kehilangan kamu." - Annisa Shaqina Azzahra...