HC 22

38K 3.7K 54
                                    

Pagi ini semua peserta olimpiade di kumpulkan di SC sebelum berangkat di salah satu SMA yang menjadi tempat lomba. Doa dan dorongan semangat diberikan oleh guru-guru pendamping.

Selesai berdoa bersama peserta naik bus sekolah dan berangkat menuju tempat diselenggarakannya Olimpiade Sains Nasional Kabupaten tahun ini.

Annisa duduk di bangku ke tiga dari depan. Di sampingnya masih kosong. Dia memilih duduk di samping jendela karena akan bebas memandangi suasana jalanan Kota Santri pagi ini.

Seorang siswa duduk di samping Annisa tanpa permisi. Lalu menyumpalkan earphone ke telinga. Kontan saja gadis itu menoleh. Mengamati sosok laki-laki yang tengah memejamkan mata dan bersandar pada kursi.

Annisa memajukan sedikit tubuhnya. Membaca name tag yang ada di sebelah kanan seragam.

Reyhan Kurnia. Sepertinya dia adalah kelas dua belas. Dirinya tidak begitu mengenal lingkungan pertemanan. Hanya teman sekelas, ekskul rohis, dan beberapa di luar kelas. Annisa termasuk siswa pendiam dan introvert.

Sadar duduknya terlalu dekat, Annisa memundurkan badan dan menggeser tubuh rapat ke jendela.

"Kenapa? Lo keganggu?" tanya siswa itu.

Binar mata itu terbuka. Menatap gadis berhijab di samping kirinya dengan datar.

"Di belakang masih kosong tempat yang lain, kak." Annisa menyuarakan suara. Dia memang nggak nyaman dengan posisi sekarang.

"Gue mabuk kalo di belakang. Yang kosong cuma bangku ini. Lagian bangku ini hak semua siswa. Kalo nggak nyaman lo aja yang pergi," tukas Reyhan tanpa jeda.

Annisa menggerutu dalam hati. Menurutnya mulut kakak kelasnya ini sedikit pedas. Setelah itu dia berdiri, menengok sebentar ke belakang yang masih kosong. Tetapi didominasi dengan siswa laki-laki.

Di bus ini saja Annisa tidak begitu dekat dengan temannya. Apalagi jika pindah. Kaku, ragu, dan sungkan. Dia tidak terlalu bisa menyuarakan pendapat. Selalu grogi.

"Yaudah duduk aja. Gue nggak bakal ngapa-ngapain juga." Setelahnya siswa itu kembali memejamkan mata dan fokus mendengarkan materi-materi olimpiade dari balik lagu yang dia dengar.

Annisa memilih kembali duduk. Memandang area luar jendela. Dia tipekal orang yang enggan belajar saat mendekati ujian. Lebih baik rileks pikiran dengan bershalawat.

Ponsel di saku seragamnya bergetar. Dia mengambilnya kemudian membuka grupchat khusus kamar santri. Anggotanya hanya Annisa, Sinta, Salwa, dan Zaskia.

Tanpa dia sadari Annisa tersenyum melihat gambar yang baru saja dikirim oleh Kia. Malik dengan seragam khas pesantren Deen Assalam tengah bertilawah Al Quran di atas panggung.

Dengan ini secara tidak langsung Annisa mendapat semangat. Padahal tadi malam saja dia enggan untuk memikirkan Malik. Tetapi ternyata dikirimin gambar dan video saja hatinya sudah luluh.

***

Peluh keringat membasahi dahi dan sebagian jilbab yang membalut kepala. Remaja itu menghapus sebentar saat sebuah peluh menetes melewati alisnya. Cuaca sedang panas-panasnya saat upacara pembukaan olimpiade dilaksanakan.

Selang sepuluh menit kemudian upacara selesai. Semua peserta bubar dan menuju ruangan saat panitia lomba menunjukkan ruangan per mata pelajaran.

Di barisan paling belakang Annisa mengikuti sekitar 40 murid yang akan menjadi saingannya. Annisa paling tidak nyaman berurusan dengan keramaian dan banyak orang. Baginya lebih baik diam dan nyaman dengan diri sendiri.

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang