Jombang, Indonesia
Tetesan embun menyapa dedaunan pagi, membasahi tiap ketiak ranting pohon. Segurat cahaya terbit di ufuk timur bersamaan dengan Iqamah dari pengeras suara masjid. Derap langkah para pejuang subuh itu berlari, seakan tidak mau tertinggal dua rakaat hari ini. Sebagian menahan rasa kantuk saat lantunan surat Al Kafirun dibacakan, suara yang lama tidak menggema di sudut masjid pesantren ini.
Setelah sampai di Jombang tadi malam, Malik yang menggantikan posisi Kyai Zainal sebagai imam masjid. Kondisi Kyai masih dalam masa pemulihan pasca penyakit livernya yang kambuh. Memaksa Malik untuk mengubur dalam segala mimpi dan usahanya selama ini. Dia tidak tega jika harus mengorbankan harapan Abinya demi kebahagiaan diri sendiri. Masa depan pesantren dan masa depannya tercermin jelas dari pancaran mata Kyai Zainal semalam saat menyambutnya pulang. Mereka sepakat untuk tidak membahas perihal perjodohan, menunggu hari ini saat Malik sudah siap dan memang harus siap.
"Kamu segera menikah, Dod? Ma Syaa Allah, selamat yaa. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah."
"Aamiin ya mujibassailin, Gus. Nanti Gus Malik datang yaa, dua bulan lagi," pesan Dodi pada Malik. Mereka sedang berbincang di teras masjid.
"In Syaa Allah. Kalau boleh tahu, siapa calon mempelai wanitanya?" tanya Malik ingin tahu. Pasalnya dia sudah lama tidak berbincang perihal kabar dengan Dodi, tetapi sekali bertemu menebarkan kabar baik.
Dodi jadi malu. "Santriwati sini kok, Gus. Sinta, yang dulu sering sama ukhti Salwa dan Annisa."
"Sinta?... In Syaa Allah, saya usahakan datang di pernikahan kalian," kata Malik yang disambut terima kasih banyak dari Dodi.
Kata orang dunia itu tidak seluas daun kelor! Jika daun kelor saja sekecil itu, maka dunia lebih sempit lagi. Percaya tidak percaya memang benar adanya. Kita dikenalkan dengan seseorang di masa lalu adalah alasan untuk suatu hal di masa depan. Mungkin jadi pengalaman, teman, atau mungkin sebuah alasan kesedihan dari kisah perpisahan.
Malik pernah mendengar rumor yang mengatakan dulu Sinta menyukai sosok Danis, tapi wallahualam Allah menjodohkannya dengan Dodi sang pejuang jomblo fii Sabilillah. Di saat yang lain sibuk mencintai satu sama lain dan mencari jodoh, Dodi adalah penganut yang mempercayakan jodoh di tangan Allah. Kata dia, "setiap jomblo pasti ada jodohnya. Daripada jagain jodoh orang lain mending jagain jodoh sendiri, yaitu dengan cara memantaskan diri karena jodoh adalah cerminan diri".
Sedangkan Hamas yang kisah cintanya begitu pelik, sekarang telah menjadi bapak muda dengan dua orang anak. Dia kembali ke Surabaya setelah meraih gelar sarjana, membawa pulang Salwa dan menjalankan pernikahan dengan sebaik-baiknya. Hamas dan Salwa memang dipertemukan dalam ikatan pacaran anak zaman SMA, tetapi memang cinta datang dari mana saja. Meskipun sempat putus tetapi jika Allah sudah menyatakan Kun fayakun tulang rusuk pun tidak akan mungkin tertukar.
Dan Malik sendiri masih dalam masa memantaskan diri. Sekeras apapun usahanya menemukan Annisa, seolah semesta menarik paksa dan menjauhkan keduanya. Satu pernyataan yang Malik takutkan adalah jika Annisa lahir bukan menjadi pelengkap tulang rusuknya, dan mungkin selama ini Malik telah menyalahi takdir sampai segala pencariannya harus terputus. Jikalaupun perempuan pilihan orang tuanya adalah jodohnya, Malik pun harus menghormati dan memuliakannya karena memang garis tangan yang sudah digambarkan di pohon lauhul Mahfudz.
Selepas pulang dari masjid, rutinitas wajib adalah sarapan bersama. Sudah lama semenjak putra-putrinya memutuskan mengejar cita-cita di kota rantau, Kyai Zainal hanya makan berdua bersama sang istri dan beberapa santri yang memang dekat. Sedari duduk sampai sarapan selesai Malik hanya diam, tidak ingin membicarakan apapun meski hanya untuk penghangat sarapan pertama setelah pulang dari Jogja. Ustadzah Rahma pun tidak banyak berbicara, beliau tahu jika sang putra tengah mendiamkannya perihal perjodohan sepihak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓
EspiritualSUDAH TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut saat kalimat saya cinta kamu yang terlantun tanpa ridho Allah, itu adalah langkah pertama saya untuk kehilangan kamu." - Annisa Shaqina Azzahra...