Masih pukul tujuh pagi. Jalanan yang harusnya sudah lengang masih ramai pada satu titik kumpul. Malik terpaksa menepikan mobilnya karena seratus meter di depannya sedang ada keributan yang besar.
"Mas, ada apa ya di depan?" tanya Malik dari balik jendela mobilnya pada orang yang tengah lewat.
"Tadi ada perempuan bawa motor ga sengaja nabrak mobil depannya, yang punya mobil marah-marah minta ganti rugi, mas," jelas lelaki bertopi itu.
"O, ya. Makasih, mas."
"Nggih, mas. Mari."
Akhirnya Malik turun juga. Sebenarnya dia bukan tipe orang yang penasaran, tapi melihat banyaknya orang yang berkumpul hingga menyebabkan kemacetan kecil membuat rasa ingin tahunya timbul.
"Permisi, maaf... Permisi, mas."
Malik memaksakan diri untuk melewati kerumunan orang-orang. Satu persatu penonton dari keributan pagi ini memberi akses jalan untuk Malik sampai di depan. Di saksikannya seorang bapak-bapak dengan setelan rapi sedang marah pada perempuan bergamis yang hanya mampu meminta maaf.
"Maaf, aja nggak cukup. Kamu harus ganti rugi kerusakan mobil saya," ujar Bapak itu dengan nada yang semakin tinggi. Dia sangat kesal karena mobil Alphard miliknya harus tergores dengan motor Scoopy merah itu.
"Iya, pak. Saya akan ganti rugi, tapi saya nggak ada uang sebanyak itu. Saya masih mahasiswa, pak, mau berangkat kuliah." Gadis itu memohon kembali untuk meminta keringanan. Dari mana bisa dia dapatkan uang sebanyak 50 juta untuk mengganti rugi. Dia masih mahasiswa yang belum memiliki banyak penghasilan.
Malik menatap sebentar gadis yang menunduk ketakutan itu. Dia sedikit terkejut saat menyadari bahwa gadis yang sama dengan yang ditemuinya tadi malam di halaman masjid raya.
"Zaskia, ada apa?" tanyanya sedikit mendekat dan bernada pelan.
"Gus Malik," ada ekspresi terkejut saat Zaskia mengetahui Malik ada di dekatnya, "ini, Gus. Saya tadi nggak sengaja nabrak mobil bapaknya karena saya buru-buru dan di depan lampu sedang merah, mobil bapaknya ngerem mendadak."
"Ya karena lampu jalannya sedang merah makanya saya ngerem. Tau aturan tidak? Katanya mahasiswa." Bapak itu menanggapi penjelasan Zaskia yang masih dia dengar. "Saya nggak mau tau, pokoknya kamu harus ganti rugi lima puluh juta. Kalau tidak, saya bisa tuntut kamu karena melanggar lalu lintas dan tindakan tidak bertanggung jawab."
"Pak, saya mohon untuk dikurangi ganti ruginya. Saya belum ada uang sebanyak itu."
"Halahh, alesan saja!!! Ganti rugi atau kamu ke kantor polisi?!!"
Malik melirik mobil Alphard yang hanya tergores kecil pada bagiannya, sedangkan bagian depan motor Zaskia sampai pecah. Mungkin karena Zaskia terlalu ngebut tadi, tetapi tidak adil juga jika Zaskia harus mengganti rugi dengan nominal yang sangat tidak bersahabat.
"Pak, maaf. Sebaiknya ini dibicarakan secara damai, jangan sampai ke kantor polisi."
"Kamu siapa?! Main datang saja," ujar Bapak itu tidak suka.
"Saya dosennya Zaskia, untuk saat ini bapak bisa bawa kartu nama saya dulu. Sebentar lagi kami ada perkuliahan yang tidak bisa ditunda."
"Ajarin mahasiswanya ya, mas. Mahasiswa anda ini sangat tidak patut dicontoh. Saya bisa tuntut universitas anda," bapak berusia separuh abad itu masih keukeuh tidak mau menurunkan egonya. "Kalau mas benar dosennya kasih jaminan, jangan hanya kartu nama saja! Ini meeting saya harus ketunda gara-gara kecelakaan ini."
"Iya, Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf. Untuk jaminannya ini... Saya ada beberapa uang cash, setelah ini bapak bisa menghubungi saya untuk pertanggungjawaban atas kecelakaan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓
EspiritualSUDAH TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut saat kalimat saya cinta kamu yang terlantun tanpa ridho Allah, itu adalah langkah pertama saya untuk kehilangan kamu." - Annisa Shaqina Azzahra...