Tidak henti-hentinya siswi yang duduk di bangku tepat di depan meja guru itu melirik jam dinding yang terpasang di atas pintu masuk kelas. Lima belas menit lagi dirinya harus bersiap-siap untuk menjadi panitia diklat ekskul kerohanian Islam. Namun terjebak dalam ulangan harian fisika yang mendadak.
Jam KBM Fisika berada di akhir saja sudah mengundang kantuk dan rasa malas, apalagi sekarang ada ulangan mendadak. Jujur Annisa tidak belajar semalaman. Setelah selesai mengaji dirinya langsung menjemur cucian sebanyak tiga keranjang, lalu mencari Khimar yang nanti masih bisa dipakai. Karena kecapekan akhirnya dia tertidur tanpa belajar sama sekali.
Sepuluh menit terakhir Annisa melantunkan shalawat dan basmalah. Semoga pilihan yang dia jawab ada benarnya meskipun tanpa hitungan.
"Waktu habis! Kumpulkan jawaban dari meja belakang ke depan!" Suara Bu Sri mengundang ketakutan Annisa. Cepat-cepat dia menyelesaikan jawaban yang awut-awutan. Tangan pucatnya berubah suhu mendingin.
Bismillah, Ya Allah. Semoga di atas KKM, nggak remedial.
Setelah berdoa dalam hati Annisa mengumpulkan jawabannya dan teman-teman sederet ke meja guru.
"Baiklah anak-anak, terima kasih sudah mengerjakan dengan baik. Hasilnya akan keluar besok lusa! Selamat sore, kalian bisa berdoa sebelum pulang."
Sepeninggal Bu Sri, kelas Annisa berdoa dengan kompak. Satu-persatu siswa yang sudah tidak ada kegiatan berhamburan pulang.
"Eh, Nis. Tadi jawaban kamu yang soal kincir angin apa? Aku jawab B tadi," tanya Cindy. Pakarnya pelajaran Fisika.
Berbantalkan lengan Annisa menekuk wajahnya di atas bangku. "Lagi nggak mau unboxing jawaban, Cin," jawab Annisa malas. Pikirannya sudah terkuras. Jangankan untuk membahas jawaban, perihal nilainya kali ini Annisa sudah pasrah.
Kebiasaan Annisa dan Cindy adalah unboxing jawaban dan membahas soal-soal yang sudah diujikan. Bagi siswa lain mungkin seperti kurang kerjaan, tapi tidak bagi kedua bintang kelas tersebut.
Apapun mata pelajaran dan bagaimanapun sulitnya, keduanya memang rajin untuk sharing dan belajar bareng. Bedanya Annisa lebih menyukai Biologi dan Cindy adalah ahli ilmu Fisika.
"Nis, buruan ganti baju. Lima menit lagi kumpul di SC!" teriak Sinta dari depan kelas.
"Eh iya, ya! Tungguin, Sin!" Buru-buru Annisa menegakkan tubuhnya dan mencari baju batik di loker yang terletak di belakang kelas. Kemudian menyusul Sinta yang sudah lebih dulu berlari ke kamar mandi.
Tidak ada gunanya juga menyesali karena tidak belajar semalam. Salahnya sendiri yang tidak bisa mengatur waktu. Sudah tau Bu Sri penuh kejutan dengan ulangan mendadak tapi dirinya malah ketiduran. Kalaupun nanti remedial dirinya hanya tinggal menjalani saja.
"Annisa," sapa Malik seraya menampilkan senyum terbaiknya. Namun yang disapa melengos terburu-buru.
Dahi Malik berkerut bingung. Namun dia tetap berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai dasar dan pergi ke SC.
Brak!
Mendengar bunyi jatuh yang begitu keras Malik membalikkan badan. Tahu Annisa jatuh dia segera berbalik. Inisiatif menolong.
"Kamu nggak papa?"
Mendengar suara itu Malik berhenti saat jaraknya sudah lima langkah. Dia terlambat.
Danis.
Bahkan Malik hanya terdiam melihat sahabatnya itu membantu Annisa berdiri. Kemudian tanpa sungkan menalikan sepatu Annisa yang longgar. Mungkin itu penyebab Annisa jatuh sendiri tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓
SpiritualSUDAH TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut saat kalimat saya cinta kamu yang terlantun tanpa ridho Allah, itu adalah langkah pertama saya untuk kehilangan kamu." - Annisa Shaqina Azzahra...