HC 49

31.2K 3.1K 195
                                    

Pukul 08.53 am. Masih pagi dan jalanan sedang tidak terlalu ramai. Mobil putih itu meninggalkan jalan raya yang besar, memasuki jalanan yang lebih kecil dengan rumah-rumah penduduk yang masih tradisional. Sesekali harus berhenti saat bersimpangan dengan mobil lain. Setelah lebih dari setengah jam di jalan, Annisa sampai di tempat tujuan, panti asuhan Mulia Sari.

Sebagian anak-anak sedang bermain di halaman saat Annisa masuk ke pekarangan panti. Mereka menghentikan aktivitasnya, berbaris rapi dan siap menyambut tamunya. Anak-anak itu sudah hafal dengan mobil milik Annisa yang tiga bulan sekali sering parkir di halaman sana.

"Assalamualaikum, Kak Annisa," sapa mereka dengan ceria sembari melambaikan tangan.

"Waalaikumussalam, adik-adik." Annisa menghampiri mereka.

Satu-persatu anak-anak itu mencium tangan Annisa, memberikan hormat dengan wanita dermawan itu.

"Kak Nisa, Kak Nisa bawa buku dongeng lagi kan? Tata pengen denger cerita lagi," anak kecil dengan rambut dikuncir dua itu menarik-narik gamis Annisa.

Annisa tersenyum lantas mengelus pelan pipi Tata yang tembem, "iya sayang, nanti Kak Annisa bacain dongeng lagi yaa."

"ASYIIIK." Mereka bersorak riang. Bahagia karena akan mendapatkan cerita baru dari Annisa.

Seorang ibu dengan usia 60 tahunan keluar dari dalam rumah, menyambut Annisa dengan baik. Anak-anak yang tadi mengerubungi Annisa satu-persatu membubarkan diri.

"Assalamualaikum, Ibu," salamnya pada Ibu pengasuh panti yang bernama Bu Tik.

Bu Tik menyambut Annisa dengan baik. "Waalaikumussalam, Nak. Ayo... ayo masuk dulu."

Annisa masuk ke dalam panti, bercengkerama dengan Bu Tik yang sudah tidak dia temui selama tiga bulan. Sudah 1,5 tahun belakangan Annisa mengenal panti ini, menjadikannya rumah untuk pulang ketika keadaan sedang tidak berbaik hati. Di tempat ini Annisa menemukan kebahagiaannya, lebih mudah mengucap syukur dan melupakan persoalan-persoalan yang membebani hidup.

Setiap datang ke panti, Annisa tidak membawa tangan kosong. Perempuan 24 tahun itu rutin memberikan kebutuhan anak-anak panti. Kasur baru, selimut, buku bacaan, makanan, ataupun kebutuhan lain. Di usianya yang hari ini menginjak seperempat abad, Annisa membagikan mukena dan khimar brand miliknya. Membagikan hadiah untuk mereka yang lebih membutuhkan.

"Mang Adi, tolong ambilkan bingkisan di bagasi mobil," kata Annisa pada salah seorang pegawai panti.

"Baik, mbak." Mang Adi menurut, membantu Annisa mengambilkan mukena dan khimar yang semalam sudah dia paketkan bersama karyawan butiknya.

Bu Tik sangat berterima kasih. Bersyukur karena panti asuhannya memiliki donatur tetap sedermawan Annisa. Gadis itu pun juga cukup sederhana, setiap singgah ke panti selalu menyempatkan diri menghibur anak-anak atau membantu mengajar di kelas.

"Terima kasih, Nak. Semoga Allah membalas kebaikan Annisa dan keluarga. Barakallah, selamat ulang tahun. Semoga dilancarkan rezekinya, dimudahkan jalannya, dan segera ya... jodohnya."

"Aamiin, Ibu. Terima kasih untuk doanya. Semoga kebaikan untuk ibu dan rumah ini."

Annisa dan Bu Tik berbincang hangat di ruang utama panti. Annisa menceritakan tentang kesibukannya mengerjakan tugas akhir, membagi waktu antara seminar sastra dan mengelola butiknya. Sedangkan Bu Tik bercerita tentang anak-anak panti yang datang dan pergi silih berganti.

Dua bulan belakangan ada tiga anak baru yang datang, dua anak-anak dan satu bayi tidak berdosa yang ditemukan di dekat tempat pembuangan sampah. Miris, banyak sekali pasangan yang sudah menikah berpuluh tahun namun belum juga dikaruniai zuriat dalam rumah tangganya, sedangkan mereka di luar dengan tidak bertanggung jawab membuang bayi yang lahir tanpa dosa, namun menjadi korban atas kejahatan orang tuanya.

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang