HC 8

46.1K 5K 174
                                    

Puncak acara diesnatalis telah digelar. Panggung megah terpasang di lapangan luar. Beberapa tenda dan stand tampak berjajaran di pinggir lapangan. Ratusan remaja memenuhi padatnya lapangan sebuah sekolah menengah atas favorit di kotanya.

"Sin, pulang jam berapa? Ini udah jam tujuh malam," pekik Annisa keras. Kalah dengan dentuman musik yang terpancar jelas di panggung acara.

"Bentar lagi ya, nis. Nanggung, acara selesai jam delapan."

"Pondok gimana?"

"Kan kita udah ngirim surat pernyataan izin pulang terlambat. Ini juga acara sekolah, pasti pengurus ngerti kok," pungkas Sinta.

"Yaudaah, tapi jangan terlalu larut yaa."

"Siaap, enggak."

Kedua gadis berhijab itu menyusuri sudut-sudut lapangan. Saling menyapa saat bertemu teman-teman lainnya. Puncak acara diesnatalis memang untuk umum, dan sengaja mengundang penyanyi selebgram sebagai tamu undangan. Jadi tidak heran jika cukup ramai dengan tamu luar sekolah.

Annisa yang duduk di salah satu kursi di stand penjual minuman. Mengistirahatkan sebentar telapak kaki yang terasa berkedut-kedut.

"Nis, aku mau ke toko buku depan. Kamu ikut nggak? Sama Dewi juga," tawar Sinta.

Annisa menggeleng. "Enggak, capek jalan mulu."

"Yaudah aku ke depan bentar yaa."

"Jangan lama-lama, biar cepet pulang," tukas Annisa.

Selepas kepergian Sinta, Annisa memilih ikut bergabung sebentar di kerumunan remaja. Menonton tamu undangan menyuarakan lagu-lagunya. Setelah bosan dia kembali ke dalam sekolah, menunaikan shalat isya' lebih dulu.

"Yang perempuan mau ikut jamaah juga?" tanya pemuda bersarung biru.

Beberapa siswi dan pengunjung acara mengangguk, kemudian menata shaf bersiap melaksanakan jamaah. Di tengah-tengah itu, Annisa bisa melihat gagahnya Malik yang menjadi imam.

Andai suatu saat nanti, di masa depan dia bisa berjamaah dengan Malik sebagai imam dan anak-anak mereka menjadi makmum. Semua itu pasti akan terasa indah.

Astaghfirullahaladzim. Tersadar, Annisa langsung mengambil takbiratul ihram dan menunaikan shalat isya' jamaah. Tidak sepatutnya dia berandai-andai apalagi saat akan menghadap Allah.

Selesai shalat isya' Annisa duduk sendirian di teras mushola. Berdiam diri dengan tangan kanan memencet tasbih elektrik.

"Kok Sinta belum balik ya?" gumamnya.

Annisa menengok sebentar jam dinding putih di dalam mushola. Sudah pukul 07.45 pm.

"Dewi, Sinta mana? Beli buku di depan kok lama?" tanya Annisa saat melihat Dewi baru sampai mushola sendirian.

"Dia udah pulang duluan, tadi habis nerima telpon dia nangis gitu."

"Ada kabar apa?"

"Nggak tau. Soalnya dia nangis terus, abis itu dijemput kakak sepupunya."

Otot wajah Annisa mengendur.

"Aku shalat isya' dulu ya, nis."

Annisa mengangguk. "Iya."

Tau akan pulang sendirian, Annisa keluar gerbang sekolah. Menunggu angkot malam di halte depan.

Jalanan kembali padat akan kendaraan bermotor. Pengunjung acara sedikit demi sedikit bubar karena acara sudah selesai. Annisa harus bersabar menjaga diri melewati kerumunan yang kebanyakan adalah lawan jenis.

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang