HC 29

33.2K 3.5K 19
                                    

Hari libur yang sepi. Genap satu minggu libur akhir semester dan tahun baru dilaksanakan. Annisa sudah pulang ke rumah karena pesantren juga sudah libur.

Dulu waktu kecil jika liburan begini pasti Herman dan Alfiyah meluangkan waktu untuk membawanya dan Ihsan jalan-jalan. Terakhir tiga tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku SMP, keluarganya liburan bersama di Pulau Dewata, Bali.

Sekarang semua sedang berjauhan. Ihsan sudah tinggal di Jogjakarta. Mengisi rumahnya yang lain untuk tidak kosong. Sebenarnya perkuliahan juga sudah libur, tapi mengingat beberapa hari lagi Annisa akan mengikuti ziarah wali ke Jogjakarta, Ihsan memilih untuk tinggal di sana. Nanti rencananya mereka akan bertemu dan mungkin juga jalan-jalan.

Herman dan Alfiyah juga semakin sibuk dengan dunia bisnis. Bisnis keluarganya cukup berkembang pesat dua tahun terakhir. Sekarang pabrik tidak hanya memproduksi sarung, melainkan juga sajadah, mukena, dan yang masih baru launching adalah busana muslim.

Annisa menyadari jika papa dan mama juga kesepian saat dua buah hatinya jauh dari jangkauan. Tidak masalah dengan Ihsan karena abangnya itu tengah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi.

Sedangkan Annisa masih dalam satu kabupaten dan memilih untuk tinggal di pesantren. Dulu Herman berat sekali mengizinkan untuk Annisa nyantri. Alasannya karena takut nilai sekolah jeblok jika tidak bisa membagi waktu. Namun Annisa baru sadar jika itu adalah kata lain dari 'papa nggak mau kamu jauh, nak.'

Cukup bernostalgia perihal dia yang kesepian. Kesehariannya setelah pulang dari pesantren adalah nonton acara TV, drama Thailand, atau nonton kajian juga melalui you tube. Dan itu sudah menjadi siklus dalam tiga hari terakhir.

Ada rasa kangen juga dengan suasana pesantren. Sebagian santri memang tidak pulang dan tetap di sana. Bahkan sampai ada yang menahun.

Alasannya bermacam-macam. Karena ingin meningkatkan ngaji, ada juga yang tidak memiliki uang saku untuk pulang, dan beberapa alasan lain. Beruntungnya dia masih bisa satu kota dan orang tuanya memenuhi kebutuhannya dengan cukup. Bahkan lebih.

Gadis itu mematikan acara televisi yang dia tonton saat ponselnya berdering sangat nyaring. Layarnya menyala tatkala sebuah panggilan masuk dari seseorang. Ibu jari itu bergeser ke atas mengangkat panggilan dari seseorang tersebut.

"Halo. Assalamualaikum, mbak Salwa."

[Waalaikumussalam, nis,] jawaban salam dari seberang sana mampu membuat bibir tipis itu membuat cekungan.

"Mbak Salwa, apa kabar? Annisa kangen tau."

Biasanya Salwa jarang menelepon karena biasanya bertemu dan berada dalam satu atap yang sama. Namun semenjak Annisa pulang dari pesantren sudah dua kali Salwa memanggil dalam telepon.

[Baik. Kamu gimana di rumah?]

Gadis itu memutar tubuhnya, menjadi tengkurap. Menempati posisi ternyaman di atas empuknya spring bed queen size.

"Bosen, mbak. Nggak ada temen, kalo di pondok pasti masih rame."

[Ndak kok. Banyak yang boyong, tapi kalo di kamar kita, ya, cuma kamu ae.]

Annisa manggut-manggut seraya mengulum bibir. Zaskia, Salwa, dan Sinta tidak pulang kampung liburan kali ini. Kalau Zaskia memang jarang karena rumahnya di Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan Sinta karena sebentar lagi akan mengikuti ziarah wali, study tour ekskul rohis dan beberapa siswa yang mendaftar.

Sedangkan Salwa mungkin mengikuti Hamas, suaminya yang memang masih tinggal di pesantren. Apalagi Hamas adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Jombang juga.

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang