Naya's Pov
Hari kedua di sekolah ini masih sama saja seperti kemarin. Tidak ada yang menarik, sangat membosankan.
"Nay.." panggil seseorang dari belakang.
Gue melihat Aris berlari ke arah gue. "Oy Ris."
"Naik ojek tadi?" Tanyanya sembari melepaskan hoodie dari tubuhnya.
"Yup."
Kami pun berjalan bersama menuju kelas.
"Hemmm. Emang rumah lo daerah mana?"
"Gak begitu jauh dari sini."
"Oh okay. Kemarin gimana di ruang BK? Gue kan langsung ijin balik tuh."
"Gak gimana-gimana. Terus adik lo kondisinya gimana sekarang?"
"Engkel kakinya kegeser, sekarang udah balik ke rumah, cuma diperban aja."
"Get well soon buat adek lo ya."
"Amiin, thanks. Oh iya, gue denger-denger dari Ody katanya Syanha disuruh nemenin lo sama Bu Reni?"
Dengan wajah malas, gue menjawabnya. "Ya gitu deh."
"Damn, beruntung banget lo."
"Beruntung apanya, sial malah iya."
"Lho kenapa emang?"
"Dia bawel banget. Males gue."
"Haha ya gitu emang dia. Namanya juga mantan ketua OSIS, sangat perfeksionis."
Ketika sampai di depan pintu kelas, hampir saja badan gue ditabrak sama Syahna yang jalan terburu-buru.
"Duh, lihat-lihat kek kalo jalan," ucapnya ketus.
"Ya lo juga lihat-lihat dong, udah tau gue mau masuk."
"Ck, minggir," ucapnya lagi sembari berjalan cepat keluar kelas.
Gue hanya menghela nafas.
"Heran gue, cewek kayak gitu kok banyak banget yang suka," gerutu gue.
"Kan gue bilang dia menantang. Lagi kenapa Syahna jalan buru-buru amat ya? Ke mana ya dia?" Gumam Aris sambil melihat ke luar kelas.
"Katanya ada masalah urgent di OSIS, jadi dia buru-buru ke sana," celetuk Ryo.
"Oooh," sahur Aris.
Tidak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Mata pelajaran pertama hari ini adalah olahraga. Semua cowok di ruang kelas ini sangat bersemangat dan langsung mengganti pakaian mereka. Sedangkan para siswinya banyak yang bermalas-malasan menuju ruang ganti.
Semua murid telah berkumpul di lapangan basket. Pak Ginanjar meminta kami untuk melakukan pemanasan yang diketuai oleh Bagas.
"Pagi semuanyaaa."
"Pagi Paaaaak."
"Seperti kalian tahu, di pagi yang amat cerah ini kita akan melakukan pemanasan, lalu lari sprint setengah lapangan untuk siswi-siswi Bapak yang cantik, dan sprint satu lapangan buat murid Bapak yang kasep-kasep," ucap beliau sembari bercanda.
"Pak Gin pilih kasih nih," celetuk salah satu siswa yang belum gue hafal namanya. Dan semua murid tertawa.
"Adul, kalo kamu emang mau lari setengah lapangan ya tidak apa-apa. Bapak mah gak masalah paling nanti kamu ditertawai sama yang lain."
"Haha tuh denger Dul," sahut si Aris.
"Nama saya Denny Pak bukan Adul."
"Ya anggap saja itu pemberian nama saya ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Lãng mạnHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...