37.

10.1K 998 64
                                    

Syahna's Pov

Aku masih menatap Naya, memintanya untuk lebih menjelaskan tentang mantannya itu.

"Kok muka kamu langsung berubah gitu sih?" tanyaku.

Naya terlihat berusaha bersikap senormal mungkin. "Haha, berubah gimana?"

"Tadi sempet diem gitu abis baca chat-nya Emily Watson." Aku menekankan nama tersebut.

Dia menghela nafas lalu tersenyum. "Apa yang mau kamu tahu tentang Emily?"

"Ya, kamu jelasin semuanya lah. Dulu kenal dia di mana, kenapa bisa jadian, terus kenapa dia juga bisa ke Indonesia. Kamu jelasin semuanya like every single detail," ucapku sedikit memaksa Naya sehingga membuatnya menarik nafas panjang.

Dia membenarkan posisi duduknya jadi ikut bersandar pada tempat tidur di sampingku.

"Mau sambil dipeluk gak?" tanyanya membuat sikap jutekku langsung luruh begitu saja.

"Mau," jawabku membuat Naya langsung menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Aku kini sedang bersandar di bahu Naya dengan sebelah tangannya yang memainkan ujung-ujung rambutku dengan lembut.

"Jadiiii.. aku pertama kali kenal Emily itu waktu di Grade 8. Dia di atas aku 2 tahun. Waktu masih tinggal di sana, aku itu dikenal sebagai salah satu anak paling rebel di sekolah. Tukang berantem, cari ribut, ya gitu deh pokoknya. Sampai ada satu kejadian yang ngebuat aku dihukum sama guru, aku lupa itu karena apa. Pas dihukum itu lah, aku kenal Emily. Waktu itu kita sama-sama masuk ke ruang kepala sekolah untuk kasus yang berbeda. Emily masuk duluan sama temen ceweknya, setelah mereka selesai, baru aku yang dipanggil ke dalam. Singkat cerita, kami bertiga disuruh bersihin seluruh halaman sekolah sampai sore. Pas dihukum itu kita jadi kenalan dan jadi sering lunch bareng.."

Aku menghentikan jemari Naya yang sedang memainkan ujung rambutku. Lalu aku menggenggamnya dan memainkan tangannya untuk mengelus-elus wajahku.

"Lalu?" tanyaku lagi meminta ia melanjutkan ceritanya.

"Lalu, seiring berjalannya waktu, ternyata aku tahu kalau Emily dan teman cewek yang waktu itu dihukum bareng adalah pasangan. Nama cewek itu Ashley, dan mereka sempat ribut besar sampai Emily kabur dan tinggal di rumah Omah aku beberapa minggu. Aku jadi makin deket sama dia dan yaa, kita pacaran. At that time, aku gak tahu apakah yang aku lakuin itu salah atau gak. Tapi harus aku akui, Emily adalah orang pertama yang memperkenalkan aku dengan hubungan seperti ini."

Naya kembali memainkan jemarinya di antara helaian poniku yang sudah panjang.

"Jadi, yang ngebuat kamu kayak gini itu Emily?"

"Emmm, maybe yes, maybe no. I'm not sure karena dari dulu aku belum pernah merasakan jatuh cinta atau dicintai sama seseorang."

"Emily?"

"Kita bisa pacaran karena sering bareng aja. Aku gak pernah ngerasain ada sebuah getaran or apapun itu. Aku baru ngerasain hal itu, ketika aku ketemu kamu," ucap Naya sambil menghentikan permainan jemarinya dan langsung menatap dalam mataku membuatku langsung tersipu malu.

Aku langsung menutup wajahku dan mengumpat di dadanya. "Ih, jangan lihatin kayak gitu, malu."

Terdengar suara tawa darinya.

Aku pun kembali membenarkan posisiku seperti semula. "Terus dia ngapain sekarang ke sini?"

"Ya, aku juga gak tahu."

"Terus kamu mau nemuin?"

"Kamu ijinin?" Naya malah balik bertanya.

"Kalo aku ijinin?"

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang