Syahna's Pov
Naya sudah selesai bersih-bersih dan sekarang giliranku untuk mandi serta mengganti pakaian. Aku memerhatikan gerak-geriknya dengan seksama takut kalau dia melakukan hal-hal aneh.
Dia berjalan sambil celingak celinguk.
"Cari apa?" tanyaku.
"Handuknya jemur di mana?" dia balik bertanya sambil mengusap rambutnya yang basah.
"Tuh buka pintu balkon, di sana ada jemuran handuk. Jangan lupa lo jepit biar gak terbang," jawabku menjelaskan.
"Ok," sahutnya datar sambil berlalu melewatiku dan kemudian membuka pintu balkon kamarku.
"Tutup lagi nanti banyak nyamuk, gue mau mandi. Lo jangan aneh-aneh."
"Bawel," sahutnya pelan tanpa menoleh ke arahku.
"Iisshh, awas lo ya."
"Ya."
Aku pun meninggalkannya dan masuk ke kamar mandi. Setelah hampir 45 menit, aku keluar dan mencari si Naya. Dia terlihat masih berada di balkon kamarku duduk di bangku gantung sambil menghisap sebatang rokok. Dari dalam sini aku bisa melihat tatapannya hampa ke arah langit. Dia seperti memendam sebuah beban. Ah entahlah, buat apa juga aku memikirkannya.
Aku pun menghampirinya sekalian menjemur handuk. "Eh, ngapain lo? Main ngerokok aja di sini."
Dia menoleh dengan wajar datar tanpa ekspresi. "Oh gak boleh?"
"Gak boleh."
"Oh bilang dong." Dengan santainya dia mematikan rokoknya di lantai balkon kamarku dan melemparnya ke atas genteng.
"Naya, ih sembarangan banget sih," gerutuku melihat puntung rokok yang dilemparnya itu.
Dia tidak menyahutiku dan langsung masuk ke dalam kamar lalu berjalan ke toilet. Dan aku hanya bisa menatapnya dengan kesal.
Kami pun merebahkan tubuh di kasur. Sesuai perintahku, Naya tidur di bagian kiri dan aku di kanan, sisi favoritku.
"Matiin dong lampunya, terang nih," ucapnya seakan-akan ini kamarnya.
"Terserah gue lah, ini kan kamar gue," gerutuku lagi.
"Hemm," gumamnya sambil merubah posisi jadi memunggungiku.
Suasana kamar ini jadi hening. Aku pun akhirnya mematikan lampu utama dan membiarkan lampu tidur tetap menyala.
"Gitu dong," tiba-tiba dia berbicara.
"Bacot," sahutku.
Menit demi menit berlalu. Entah kenapa mata ini masih juga belum bisa terpejam.
"Sya, udah tidur?" tiba-tiba lagi Naya memanggil masih dengan memunggungiku.
"Emmm," sahutku lebih bergumam.
"Oh, udah. Yaudah gak jadi," sahutnya.
"Apaan sih, orang gue belum tidur," gerutuku kesal.
"Oh belum, kirain tadi dengkuran lo. Abis cuma emmm doang."
Aku menghela nafas kesal. "Apaan?"
"Sorry ya."
"Sorry apa?"
"Sorry, tadi lo jadi harus ikut gue ke club dan kelamaan di sana."
Aku mengerutkan dahi menatap punggungnya.
"Masih punya manner juga nih orang," batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...