*play the song
Syahna's Pov
H-1 Sebelum Acara Pensi Ulang Tahun Sekolah
Sejak Naya diskors tiga minggu lalu, dia sudah sedikit berubah. Setidaknya dia sudah tidak ikutan main kartu lagi di kelas kalau lagi gak ada guru. Tapi namanya juga Naya, ada saja kelakuannya yang membuat guru piket marah. Baru-baru ini Naya dipanggil ke ruang BK karena rambutnya di-highlight warna shocking pink. Dan sekarang, dia sudah mewarnai rambutnya lagi jadi burgundy red.
Langit pun sudah mulai gelap, tapi aku masih mengurus banyak hal untuk persiapan besok pagi bersama panitia dan anggota OSIS lainnya. Semua sibuk dengan tanggung jawabnya masing-masing, sama sepertiku yang sedang menata panggung. Aku dan Gerald bertugas untuk supervisi segala kegiatan panggung utama, termasuk ketika guset star kami perform.
"Sya, ini timeline untuk besok, lo pegang satu, gue juga pegang satu ya," ucap Gerald sambil memberikanku dua lembar kertas.
"Okay, yang jadi time keeper-nya si Chika anak kelas XI ya?" tanyaku.
"Iya dia, lo mau ada perlu sama dia? Biar gue panggilin."
"Oh gak usah Ger. Ini jadwal check sound Teza Sumendra dan Maliq molor ya?"
"Harusnya sih tim Teza dulu nih jam 7, tapi tadi gue ditelpon mereka kejebak macet deket Gancit, 20 menitan lagi katanya sampe."
"Berarti timnya Maliq baru bisa check sound jam 9an?"
"Iya Sya. Lo gak usah nunggu check sound sampe selesei, biar gue sama anak-anak laki aja yang di sini. Lo balik aja."
"Serius gak apa-apa?"
"Ya gak apa-apa, lagian juga yang cewek-cewek udah mulai pada balik tuh."
"Emmm, yaudah. Tapi lo tolong kabarin gue terus ya, kalo ada apa-apa langsung telpon gue aja."
"Iya. Yaudah lo balik gih."
"Oke, thank you ya Ger. Sampe ketemu besok pagi. Lo sama anak-anak yang lain jangan lupa minta makan tuh sama tim konsumsi."
"Iya santai."
"Oke, gue duluan ya. Bye."
"Hati-hati Sya."
Aku pun mengambil tas di ruang OSIS sekalian pamit dengan panitia lainnya yang masih berada di sekolah. Aku berjalan melewati koridor yang gelap dan lumayan sepi untuk menuju ke gerbang depan. Ketika aku ingin memesan taksi online, tiba-tiba saja ada Naya yang berjalan menghampiriku dari halaman sekolah.
"Kok kamu di sini?" tanyaku padanya yang sudah tidak mengenakan seragam.
"Mau jemput pacar, kamu lihat pacar aku gak?" godanya.
"Oh, ada tuh, lagi angkatin bangku di aula," jawabku.
"Waduh, panitianya tahu aja kalo pacar aku kayak hulk," sahutnya.
Aku pun langsung memukul bahunya. "Sembarangan kalo ngomong."
"Kok kamu yang marah? Udah ah, aku mau lihat pacar aku dulu di aula," ia masih menggodaku dengan berjalan meninggalkanku.
"Oh yaudah sana, aku mau pesen taksi online." Aku pun kembali mengambil handphone dan membuka aplikasi.
Naya langsung menghampiriku dan mengambil ponselku. "Nih, taksi online-nya udah ada di samping kamu. Ayo, saya antar."
Aku sedikit tersenyum melihat tingkahnya. "Balikin hp saya dong, kok kamu gak sopan?"
"Oh iya, maaf Mbak. Ini silakan hpnya," Naya mengembalikan ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...