Naya's Pov
Gue masih memegang sebungkus kondom yang ada di dalam tas Syahna. Gue mencoba mencari lagi apakah ada kondom lainnya atau tidak. Tapi setelah mencari di beberapa tempat, hasilnya nihil.
Ini kondom beneran punya si Syahna? Apa ternyata di balik penampilan smart and elegant-nya itu dia cewek nakal? Dan apa tadi dia sakit perut ada hubungannya dengan kondom ini? Ah, tapi apa peduli gue. Hidup, hidup dia. Ya, terserah dia juga sih mau ngapain.
Gue pun menaruh kondom tersebut ke tempatnya semula. Lalu gue kembali ke ruang UKS dan melihat Syahna sedang berbicara dengan Bu Ifa. Ruangan ini sangat sepi, hanya ada mereka berdua saja.
"Permisi Bu," salam gue.
"Oh iya Naya, silakan masuk."
"Ini Bu, obatnya," gue memberikan sebungkus obat pada Bu Ifa.
"Terima kasih Naya. Ini Syahna, diminum dulu ya obatnya. Nanti setelah setengah jam, kamu baru boleh makan."
"Iya Bu," ucap si Syahna.
"Bu, saya ijin kembali ke lapangan ya Bu," ucap gue.
"Oh tadi Pak Gin udah bilang ke saya katanya kamu diminta untuk temani Syahna aja di sini sampai jam pelajaran olahraga selesai," sahut Bu Ifa.
"Tapi sepertinya dia butuh tidur Bu," gue berusaha untuk bisa pergi dari ruangan ini.
"Gimana Syahna? Kamu mau ditinggal sendiri atau ditemani dengan teman kamu?" tanya Bu Ifa ke Syahna.
Yang ditanya pun kini sedang menoleh ke arah gue dengan ekspresi datarnya.
"Biar Naya di sini Bu, temani saya," ucap Syahna membuat gue langsung bertanta-tanya.
"Nah Naya, teman kamu butuh ditemani. Kalian di sini ya, Ibu mau kembali ke depan memerika beberapa hal."
"Iya Bu," sahut Syahna dengan gue yang masih terdiam.
Ketika Bu Ifa meninggalkan kami, Syahna kembali bersandar di tempat tidur.
"Ngapain lo diem begitu?" tanyanya.
"Lo ngapain sih bilang mau ditemenin gue segala?" gue bertanya balik.
Dia memejamkan matanya. Wajahnya terlihat sangat tenang.
"Makasih udah nolongin gue," ucapnya masih dengan mata tertutup.
Gue pun berjalan mendekatinya dan memerhatikan wajahnya dengan seksama.
"Lo ngelindur apa gimana?" tanya gue.
Dia masih memejamkan mata.
"Thanks," ucapnya singkat.
"Hah? Kalo mau bilang makasih tuh yang bener, jangan sambil merem kayak gitu."
Perlahan, Syahna membuka matanya dan menatap ke arah gue sekian detik lalu dia kembali terpejam.
"Gue mau tidur, jangan ganggu," ucapnya.
Apa-apan nih cewek! Seenaknya aja tadi bilang minta ditemenin sama gue sekarang malah mau tidur.
"Heh, wuah, lo.. lo bener-bener nyebelin banget ya jadi orang," gue sampe tidak tahu harus berucap apa lagi.
Bukannya menyahuti, cewek jutek ini malah mengubah posisi tidurnya memunggungi gue.
Gue hanya bisa menghela nafas melihat tingkah lakunya.
"Gue mau balik ke lapangan," ucap gue.
"Mending lo tidur tuh di kasur sebelah daripada panas-panasan di luar," sahutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...